بسم الله الرحمن الرحيم
***
**
*
Semoga suka, aku panjangin aja buat kalian, karena aku gak tau bakal up lagi kapan, karena lagi sibuk banget, terimakasih ya yang mau nunggu😊
...
"AISYAH!" Teriak Ustadz Rafi setelah melihat istrinya dibekap.
Melihat Ustadz Rafi berlari,kedua preman menyeret Aisyah dengan gerakan cepat mendekati mobil hitam.
Arshaka dan Fathur yang hendak menendang dua preman yang membawah Aisyah, langsung dihalangi 6 preman sekaligus membuat duaGus tampan itu tidak bisa langsung melawan.
Azhara juga tidak bisa menyusul Aisyah, dirinya juga harus melindungi sepupu sepupunya.
Saat hendak dimasukkan kedalam mobil, Aisyah berhasil melepas tangan besar preman itu "GUE GAPAPA, SINGA PUTIH AZHARA!" Teriak Aisyah, setelah itu preman kembali membekap mulutnya.
Semua orang mengernyitkan dahinya tak paham, kecuali Azhara, gadis itu terdiam antara menyesal karena membiarkan Aisyah, dan amarah yang nyaris menguasai tubuhnya.
Aisyah langsung didorong masuk kedalam mobil hitam tanpa plat nomor itu, Azhara dan yang lain membulatkan matanya,kecuali Arshaka.
"Aisyah!, Arrghh sialan preman," Ustadzah Rafi berteriak frustasi karena tidak sempat menyelamatkan istrinya karena dirinya terlalu jauh.
"Ustadz,kita cari sama sama," Tutur Fathur sembari menepuk bahu Rafi agar Ustadz Rafi tetap tenang.
"Tenang Ustadz Rafi,mereka ga bakal lukain Mba Aisyah," Saut Arshaka begitu tenang.
Ustadz Rafi mengangguk setelah mulai tenang "Oke,Tapi apa yang dimaksud Aisyah tadi?" Rafi jadi salahfokus apa yang diucapkan Istrinya tadi.
"Kok singa putih ya?" Pikir Malik mewakili semuanya.
"Sha, apa singa putih itu julukan orang?" Tanya David pada Arshaka membuat Azhara spontan melirik kearah David.
"Singa putih ya singa yang warnanya putih," Gumam Ustadz Danil yang entah sejak kapan kini berdiri didekat Arshaka.
"AZHARA!"
"Ra,"
Azhara spontan berbalik badan, netranya menangkap Khadijah berlari mendekat bersama Ustadzah Meri yang menemani.
"Azhara!"
Panggilan dari arah lain, membuat Azhara menoleh kearah luar wilayah pesantren,gadis itu gugup ketika netranya melihat Sarah dan Ali berlari mendekat setelah keluar dari mobil.
"Azhara, kamu gapapakan?" Tanya Khadijah setelah memeluk menantunya sekilas.
Ustadzah Bela mematung melihat Khadijah yang sangat mengkhawatirkan Azhara.
"Kalian semua gak ada yang lukakan?" Tanya Khadijah pada semuanya.
"Gapapa Bu,"
"Gapapa Umi," Jawab Fathur.
Khadijah menatap Rere dengan senyum tipis "Nak Rere, Vano lagi tidur,"
Rere membalas senyuman dengan anggukan "Iya Bu, terimakasih," Balasnya.
Sarah cepat memeluk putrinya dan mencium keningnya "Azhara, sayang kamu gapapakan?, Dea, Rere,Nadin,Ayu, semuanya?" Sarah begitu panik sampai menanyakan keadaan mereka semua.
Sedangkan semuanya membeku saat melihat kedatangan Sarah yang tiba tiba.
"Azhara,Rafi, Aisyah mana?" Tanya Sarah setelah menyadari tidak ada putri pertamanya disini.
"Azhara, kamu gapapa benerankan ga luka?, semuanya alhamdulillah baik baik aja," Ali, raut wajahnya cemas dan terlihat sekali menahan amarah saat mendengar banyak preman yang merusuhi acara pondok milik sahabatnya itu.
"Jawab Ra, Kakakmu mana?" Tanya Sarah lagi mulai panik.
Ali menatap putri keduanya, keterdiaman Azhara dapat dilihat Ali bahwa ada yang belum ia ketahui "Umi tanya sama kamu," Tegasnya sembari menatap Azhara sedikit tajam agar putrinya mau menjawab.
Arshaka yang melihat keadaan mendukungnya, pun bisa mengambil kesempatan untuk hilang, Arshaka melangkah mundur dengan tangan kiri yang menarik baju Ustadz Rafi untuk pergi entah kemana.
"Sarah,maafin kami, Aisyah berhasil dibawa kedalam mobil," Lirih Khadijah merasa bersalah sekali.
Deg
Ali dan Sarah tersentak kaget.
"Maaf Abi,Umi, Azhara gagal menjaga Kak Ais,maaf," Sesal Azhara.
"Gimana Umi bisa tau?" Tanya Fathur pada Khadijah, karena dirinya tadi yakin Khadijah mengunci pintu rumah.
"Semua Ustadzah dan yang lain, melihat dari jendela," Jawab Khadijah yang diangguki Fathur.
"Kita juga udah berusaha Om Ali,maafin kita," Saut Fathur mewakili semuanya.
"Astagfirullah Aisyah," Gumam Nurul yang entah sejak kapan kini berada didekat Ustadzah Bela.
Dari arah yang sudah dekat,Mpok Ruru,Mpok Irin dan Pakde Joko bergabung dengan Azhara.
"Semuanya gapapakan?" Tanya Irin cemas.
"Tenang Mpok,kita semua gapapa," Saut Nurul.
"Anak anak juga aman, mereka ga bersuara sama sekali," Timpal Ustadzah Meri.
"Astagfirullahalazim," Sarah memijat pelipisnya sembari menghela nafas gusar karena kepalanya mulai pening.
"Tenang Umi,Aisyah bakal baik baik aja,kita cari preman preman itu," Tegas Ali, jeda tiga detik "Imam mana?" Tanyanya pada Khadijah.
"Dia lagi diperjalanan kesini,tadi saya dimasjid langsung nelfon dan kasih tau semuanya," Jelas Khadijah.
"Terus kita harus gimana Abi?" Tanya Sarah semakin cemas.
"Tenang Umi, Abi in syaa Allah bakal urus semuanya," Jawab Ali lembut.
"Bang Fathur," Panggil Azhara tiba tiba.
"Kenapa Ra?" Tanya Fathur.
"Em Bang Fathur, David atau Malik,kalian ada yang bawa motor gak?" Tanya Azhara to the point.
"Hah,buat apa Ra?" Beo Ayu setelah lama tak bersuara.
"Jangan aneh aneh lo," Omel Rere.
"Emang mau buat apa Za?" Tanya Sarah lembut.
"Nanti Azhara kasih tau,tapi sebelum itu ada yang punya gak?" Azhara bertanya ulang.
"Gue sama Malik bawa nya mobil," Saut David enteng.
"Kenapa ga pake mobil aja Ustadzah?" Tanya Ustadz Danil.
"Kalau mau cari Ustadzah Aisyah,enak pakai mobil Ustadzah," Saut Pakde Joko.
"Pakde,Ustadz Danil, mobil itu besar,kalau motor bisa disembunyiin," Jawab Azhara tenang.
"Ada Ra, digarasi rumah itu tuh,gapapa ambil aja," Saut Khadijah sembari menunjukkan garasi yang tertutup rapat tepat disamping Rumah ndalem.
"Kuncinya dibawah pot paling besar," Sambung khadijah, Azhara mengangguk paham.
***
Saat memasuki garasi,Azhara langsung melihat motor sport besar orange hitam, dia menaiki motor itu,Azhara mengkerutkan dahinya saat melihat kunci motor yang masih tercantol dilubang kunci motor tersebut.
"Bisa bisanya kunci masih nyantol,kalau ada yang nyuri ya mudah banget lah," Azhara bermonolog.
Ceklek
Drengg! Drenggg
Azhara menyalakan motor sport besar itu dan mengendarainya sampai kehalaman depan pesantren.
"Hah?" Semua orang tercengang melihat Azhara.
"Itu motor besar cok," Gumam Malik tak percaya.
"Jarang banget gue liat cewe bisa bawa motor gede," Saut David.
"Woy Ra, lo bisa?" Tanya Malik yang mendapat anggukan dari Azhara.
"Azhara, ngapain kamu pake motor gede gitu?" Sarah mengomeli putri keduanya karena dia khawatir, jika celaka bagaimana?
"Itu motor yang Umi maksud," Ucap Khadijah.
"Yakin kamu bisa Ra?" Tanya Nurul dengan raut wajah cemas.
"In syaaa Allah Azhara bisa," Ucap Azhara mencoba meyakinkan mereka.
"Tapi lo mau cari Kak Aisyah dimana Ra?" Tanya Nadin, pasalnya gadis itu melihat jelas mobil hitam milik penculik tadi, bahwa tidak ada plat nomor dibelakangnya.
"Iya sedikit susah sih, karena mobil itu emang gaada plat nomornya,tapi biar aku cari aja mobil hitam yang gaada plat nomornya, semoga aja ketemu." Ujar Azhara.
"Abi juga bakal cari siapa dalang nya, Abi percaya sama Azhara,Abi izinin, dan kita jangan tetap diam tapi harus tetap tenang." Ucap Ali mengarahkan.
Azhara mengangguk sembari tersenyum tipis "Assalamu'alaikum." Pamitnya dengan salam.
"Wa'alaikumsalam." Jawab semuanya.
Drennn drengggg
Azhara terlihat biasa saja mengendarai motor kebesaran itu,dengan cepat keberadaannya sudah menjauh dari halaman pesantren.
Ali celingukan mencari keberadaan seseorang "Arshaka dimana?" Tanyanya.
Fathur dan yang lain juga ikut mengedarkan pandangan mereka, tapi tidak ada sosok Arshaka "Tadi sama kita Om," Saut David.
"Tiba-tiba ngilang tuh Gus Polisi," Gumam Malik.
Ustadz Danil mengkerutkan dahinya "Ustadz Rafi juga ilang," Timpalnya.
Fathur mengangguk paham "Arshaka langsung paham apa yang harus dia lakuin Om," Ucap Fathur lantang.
David dan Malik mengangguk setuju "Iya bener kata Bang Fathur," Timpal David.
"Kalau gitu,saya juga bakal bantu cari Ustadzah Aisyah Ustadz," Ucap Pakde Joko tulus membuat semuanya tersenyum.
"Iya Pakde, makasih ya," Ali tersenyum pada Pakde.
"Sama-sama Ustadz Ali," Jawab Pakde.
"Tadi itu motornya siapa Mba?" Tanya Sarah pada Khadijah.
"Oh, itu tadi motor keduanya Arshaka," Jawab Khadijah.
"Mantep emang suami istri beda dari yang lain," Puji Malik.
Nurul mengangguk setuju "iya ya,mereka unik," Sautnya.
***
Hari mulai sore, ditempat lain sebuah mobil hitam 'carmy' dikendarai dengan kecepatan tinggi, dan yang mengendarai adalah Arshaka, disampingnya ada Ustadz Rafi.
Suami dari Kakak beradik cantik itu terlihat sangat mempesona sore ini, begitu jelas terlihat bahkan para wanita sexsy yang sedang mengendarai mobil, merekapun sampai tercengang saat melihat Arshaka dan Rafi.
Arshaka hanya memakai kaos hitam lengan pendek dengan celana hitam seragam polisi, dan Rafi hanya memakai kaos berwarna coklat dengan jens hitam panjang.
"Gue curiga,dibalik ini semua yang dimulai dari kerusuhan bazar sampe Mba Aisyah diculik, itu dalang yang seperti udah kenal kita," Ucap Arshaka dengan bahasa yang tidak baku.
"Siapa?, Caturlavender?" Tanya Rafi tepat sasaran.
Arshaka mengangguk mantap "Iya, tuh pria tua kayaknya nyari keberadaan gue sama Azhara," Jawabnya.
"Berarti dia nyulik istri gue itu salah sasaran dong? bodoh banget anak buah si Catur," Umpat Rafi geram.
***
Ditempat lain,Azhara mengendarai motor besar itu dengan kecepatan sedang karena takut kehilangan mobil yang ia cari.
Gadis itu mengangkat bawah gamis merahnya sampai pinggang agar tidak mengenai bawah motor, dia memakai celana panjang hitam membuatnya mudah untuk bergerak.
Gadis itu menepikan motornya dibahu jalan raya yang terlihat sepi, dia melepas helm full facenya "Kok aneh ya?, siapa yang ngincar Kak Aisyah coba?, punya dendam apa itu dalang ke Kak Aisyah?" Azhara bermonolog dengan pertanyaan yang melingkari kepalanya.
***
Dirumah ndalem, keluarga Azhara dan Arshaka kini sedang berkumpul dengan suasana sekaligus pembahasan yang serius.
"Li, gue yakin dalangnya itu Catur," Ucap Imam begitu yakin.
"Kemungkinan besar emang Catur, tapi kenapa dia nyulik Aisyah?" Ali jadi semakin bingung.
"Karena sahabatnya Abi itu mengincar sosok wanita yang berada di hutan rahasianya, di hutan rahasianya itu Azhara dan Arshaka secara ga sengaja ketemu dengan satu tujuan yang sama, yaitu ngambil batu emelard berharganya Bos emas,tapi langsung diambil oleh Abi, tapi dengan bodohnya anak buah Catur mengira bahwa Aisyah adalah Azhara," Timpal Fathur panjang lebar, Gus itu pintar memahami dengan cepat.
"Ohh, berarti anak buah Catur memang salah sasaran," Gumam Imam.
"Kok santai aja sih Abi?" Tepat disamping Imam, Khadijah kesal karena melihat ketenangan suaminya.
"Abi juga, gak khawatir sama Azhara yang sekarang masih nyari, David sama Malik juga bantu kalahin Catur lewat internet, entah gimana caranya, sementara kita gaktau keberadaan Arshaka sama Rafi juga," Sarah ikut mengomeli Ali.
"Tenang,tanpa turun tangan, Arshaka dan Azhara bisa dengan mudah paham kejadian ini," Balas Ali menenangkan istrinya.
"Iya, apalagi Arshaka penyidik," Saut Imam.
***
Arshaka melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, didalam Arshaka menyalakan ponselnya yang terhubung dengan Ugan dan Sahur.
Arshaka dan Rafi membagi dua alat yang disumpel ditelinga untuk berbicara, jadi masing-masing hanya memakai satu alat telinga itu, earphone.
Telepon on.
"Gimana Sa,Ugan?" Tanya Arshaka.
"Headphone udah Aisyah bisa dilacak Bos," Saut Sahur dari sebrang sana, Sahur mode anak buah Komandan.
Ustadz Rafi yang mendengar itu jadi sedikit lega "Sahur denger,terus dimana Aisyah sekarang?" Tanyanya.
"Aisyah ada dirumah kosong, samping perbatasan komplek bekas,yang terletak dijalan anggrek Ustadz," Jawab Sahur lantang.
Arshaka dan Rafi sekilas saling melirik ketika mendengar jawaban Sahur.
"Bos Shaka, itu rumah kosong yang pernah dijadikan kasus penculikan beberapa bulan lalu," Saut Ugan mencoba membuat Arshaka ingat.
Arshaka terdiam mencoba mengingat, tak lama kemudian Gus tampan itu mengangguk "Iya gue ingat," Serunya.
Ustadz Rafi menghela nafas pelan "Makasih Sahur, Ugan," Ucapnya.
Setelah itu Arshaka mematikan hubungan telpon
Telepon of.
"Rumah kosong itu gak jauh Sha?" Tanya Ustadz Rafi.
Arshaka menggeleng "Ngga, dari sini bentar lagi sampai,"
***
Memperlihatkan Azhara yang baru saja menepikan motor kebesarannya disamping semak semak pohon dipinggir jalan, netranya fokus tertuju pada sebuah rumah kosong kecil bercat kuning.
Azhara sengaja mencari tempat atau rumah yang katanya setiap orang yang diculik, sering ditahan dirumah rumah itu.
Dan akhirnya gadis itu berhenti saat melihat rumah bercat kuning pucat yang cukup tak terurus.
"Apa aku langsung kesana ya?, tapi kaya sepi banget,nanti yang ada bukannya ketemu Kak Aisyah, malah ketemu-
Azhara menghentikan omong kosongnya saat netranya menangkap mobil hitam yang sepertinya tak asing baginya.
Ya, mobil Arshaka berhenti tepat didepan rumah kosong bercat kuning, terlihat Arshaka dan Rafi keluar dari dalam mobil melalui pintu yang tidak sama.
Mata Azhara sedikit terbelalak saat netranya menangkap sosok Arshaka dan Rafi "Gus Polisi sama Ustadz Rafi?" Batinnya.
Karena tidak ada siapa siapa, dengan amarah yang sedari tadi dipendam, Ustadz Rafi menendang pintu rumah tua itu.
Braggh
Puluhan Sosok preman berbadan besar duduk melingkari Aisyah yang tengah duduk dengan kedua tangan dan kedua kaki yang ditali kuat.
Mulutnya juga diikat kain sehingga tak bisa berbicara sedikitpun.
Ustadz Rafi menatap Aisyah dengan senyuman sedikit lega "Alhamdulillah, tenang ya jangan khawatir," Ucapnya lembut membuat hati Aisyah menghangat.
"Wihh penyelamat datang," Saut ketua preman dengan seringai menyebalkan.
"Serang." Titah Ketua preman langsung dituruti semuanya.
Arshaka dan Rafi disambut dengan serangan preman preman, akhirnya mereka berkelahi tak henti henti dengan gerakan yang lincah.
Sementara diluar, Azhara terlihat gelisah, dia sudah menduga pasti sekarang terjadi sesuatu, tapi gadis itu bingung harus melakukan apa.
Azhara berlari kecil mendekati samping rumah,netranya bisa melihat jelas bahwa dugaannya terjadi "Kurang baik kalau aku ngelawan preman,tapi aku harus selamatin Kak Aisyah,terus juga kalau preman tau muka aku kan bisa bahaya." Ucapnya bermonolog.
Dengan ide dadakan yang muncul, Azhara mulai membuat hijab khimar hitamnya, diaplikasikan menjadi hijan bercadar, alhasil hanya kedua mata indahnya saja yang terlihat.
Azhara berlari masuk dari arah pintu lain rumah yang berada disamping rumah tua tersebut.
"Ekhem, lawan kalian sekarang ada tiga," Seru Azhara dengan santainya membuat empat preman sekaligus beralih menatap kearahnya.
Azhara langsung mendapat serangan empat preman sekaligus, tapi dengan lihay nya Azhara bisa menghindari setiap serangan.
Rafi yang baru saja menendang perut dua preman sekaligus, netranya tak sengaja menangkap sosok wanita dengan wajah yang tertutup hijab hitam.
"Sha, dia siapa?" Tanya Rafi sedikit berbisik.
Brughh
Setelah membuat 5 preman tergeletak lemah, Arshaka melihat kearah yang Rafi tatap, Arshaka mengernyitkan dahinya "Dia jelas perempuan,tapi dia gak bercadar," Ucap Arshaka pelan.
"Iya,dia ngatur jilbab khimar panjang menjadi cadar,tapi dia nolongin kita Sha," Gumam Rafi heran.
"Wehh pakai segala bisik bisikan lo berdua," Seru salahsatu preman berambut panjang.
Brugh
Brugh
Dugh
Bregh
Dengan mudah dan hanya sedikit berkeringat, Arshaka dan Rafi melawan kembali 12 preman berbadan besar sekaligus sampai terkapar lemah.
Azhara menjadi sangat kesal melihat lima preman sekaligus yang tadi menjadi lawannya sekarang menghampiri Arshaka dan Rafi.
Gadis itu berdecak kesal,saat netranya menangkap sebuah meja makan besar, sebuah ide muncul.
Azhara berlari kecil kearah meja itu,
mengangkat gamisnya sampai sebatas lutut dan langsung menendang meja tua itu kearah lima preman yang baru saja melawan Arshaka dan Rafi.
Breghh
Aisyah menangis dalam diam,suara isakan samar saja yang terdengar, wanita itu khawatir dengan keadaan yang sekarang kacau.
Aisyah dewasa, tapi wanita itu mudah khawatir dan menangis jika melihat keadaan kacau.
"WOY ANJIR, SAKIT COK!"
Gertak tiga preman yang berhasil terkena meja makan yang ditendang Azhara.
Arshaka dan Rafi juga sontak menatap kearah meja makan yang sudah hancur karena mengenai tubuh tubuh besar para preman.
"Heh, tinggal lo berlima aja nih sisa, kalian mau kaya mereka yang udah pingsan?" Tanya Ustadz Rafi.
"Sebelum kita kayak mereka, nih cewe bakal kita habisin," Ancam ketua preman yang masih baik baik saja.
Azhara tersenyum miring dibalik kain hitamnya "Diancam nyawa keluarga, uang sebanyak mungkin,kalian gamau?" Tanya Azhara dengan nada merendah.
"Gak guna sama kita,mau kalian apain juga keluarga kita, gue kagak peduli," Jawab salah satu preman.
Azhara tercengang samar "Gila, stres banget mereka," Umpat nya kecil.
Arshaka menatap Azhara diam diam "Memangnya saya tidak mengenali kamu,Kak Azhara, tapi sepertinya kamu akan saya kasih hukuman karena telah membuat saya cemburu saat melihat kamu bersentuhan dengan para preman tadi," Batinnya.
Arshaka mengalihkan tatapannya,Kini Arshaka yang menyeringai, tapi sialnya terlihat sangat manis, Azhara yang baru saja melirik kearah suaminyapun diam diam terpaku melihat pemandangan indah itu.
"Gak usah basa basi terus, kalau gue mau kalian pingsan, sekarang bisa aja,cuma gue mau liat seberapa nyali kalian," Ucap Arshaka dengan nada meremehkan.
"Ck, nyali kita gede," Timpal ketua preman.
Azhara menatap kearah Aisyah dengan tatapan rasa bersalah dan khawatir "Kak Aisyah bakal aku selamatin, semoga Arsha sama Ustadz Rafi bisa diajak kompromi," Batinnya.
"Kalau ada banyak polisi,kalian berlima ga bisa memberontak," Ujar Ustad Rafi santai.
"AHAHAHAA," Kelima preman bertubuh besar itu tertawa serentak, suaranya memenuhi ruangan.
Arshaka diam menatap lima preman itu dengan sorot mata yang menyalurkan aura dingin, sebenarnya ada rasa marah karena Gus Polisi itu sebenarnya pemarah, tapi untuk saat ini harus santai "Kenapa?" Tanyanya dengan ekspresi datar.
"Ngehubungin polisi berkali-kalipun kalian gabakal bisa," Ucap Ketua preman dengan enttengnya.
"Dijamin bakal susah lo berdua dapat internet,karena semua internet bisa berpihak sama bos kita," Timpal preman berambut kribaw.
"Kalau satu Polisi aja bisa ngalahin kalian,kenapa ga dicoba?" Tanya Arshaka dengan tatapan tajamnya.
"Maksud lo apa?" Ketua preman mulai geram.
"Lawan gue," Tantang Arshaka.
"Terus siapa yang mau jaga nih cewe?" Tunjuk preman berambut kribaw kearah Aisyah.
Azhara yang hendak mengambil langkah untuk menghampiri Aisyah, spontan mematung saat keberadaan Aisyah mulai dibahas.
"Berarti kalian bodoh, gak mungkin kita ngelepasin dia kalau kalian pintar," Balas Arshaka, cerdik!
"Gus Polisi pinter juga,bisa nya mancing," Batin Azhara kagum.
"Oke, ayo lawan, tapi bener yaa harus elo sendiri," Ajak ketua preman mutlak.
"Sha,apa maksudnya lo doang?" Bisik Ustadz Rafi.
"Sebentar lagi, lo bakal ngerti Ustadz," Jawab Arshaka.
__________
Jangan lupa votmen yaa🧡