Antara 17 dan Wasiat

By Nka_Atun

54 24 9

Kisahnya di mulai dari gadis remaja yang sebentar lagi akan menginjak usia 17 tahun. Rania Anindita. Gadis ya... More

Bab 1; Pemindahtugasan
Bab 2; Salah Masuk
Bab 3; Calon Pacar
Bab 4; Fivgers
Bab 5; Kasmaran
Bab 6; Putus!
Visual Cast
Bab 7; Nenek?
Bab 8; Wasiat Kakek
Bab 9; Teman Dekat?
Bab 10; Hari Sial
Bab 11; Si Narsis

Bab 12; Pingsan

2 1 0
By Nka_Atun

Bujuk dicinta bulan pun tiba. Baru siang tadi Rania dan Cika membicarakan laki-laki ini, sekarang raga Cakra sudah hadir di hadapan Rania.

"Hai, sayang! Kangen aku gak? Udah lama yah kita gak pulang bareng." Ucap Cakra dengan pdnya.

Rania langsung bergidik geli. Dia tidak menyangka jika hari tenangnya sudah berakhir. Laki-laki yang selama ini dikiranya sudah menjauh, malah hadir dan membuat rusuh.

"Gak!" Jawab ketus dari Rania.

"Loh, loh, loh!"

Raga Cakra refleks turun dari kendaraan roda duanya.

"Gak baik tau judes begitu sama calon sendiri." Godanya.

"Calon apaan?"

"Calon imam lah."

"Lah si kocak, kita kan bukan islam. Gue sih masih Puji Tuhan yah,"

Cakra pun terkekeh.

Entah otaknya sudah konslet atau bagaimana, tapi itulah yang terlontar begitu saja di lisan Cakra. Dia agaknya lupa dengan kepercayaannya sendiri. Untung ada Ran yang mengingatkan.

"Maaf, Manis, aku lupa. Hehehe."

Rania bodo amat. Dia tidak tertarik dengan hal lucu yang Cakra perbuat. Dia juga ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya.

"Udah ah, gue mau pulang. Lo juga pulang gih!" Belum sempat Rania melarikan diri dari Cakra, tangan kanan siswa laki-laki itu sudah mencegahnya untuk meneruskan langkah.

"Tunggu, Manis." Ucapnya.

Helaan napas pasrah dihadirkan oleh Rania.

'Ini apalagi Tuhan!' batinnya mengeluh sekaligus geram.

"Kenapa?"

"Aku anterin pulang yah? Mau yah? Dan harus mau sih, aku gak nerima penolakan." Jawab Cakra yang enteng plus maksa binti penuh tekanan.

Lengkap pol pokoknya. Dan lengkap juga kekesalan Rania pada Cakra.

Namun, entah kenapa, takdir sepertinya tengah berbaik hati pada Cakra. Gadis manis yang ada dihadapannya itu bersedia untuk ia antar pulang.

'Keajaiban dunia. Perlu diabadikan gak yah?' Batin Cakra yang sempat terfikir untuk mengambil gawainya dan merekam kata iya yang keluar dari mulut Rania.

"Kenapa diem? Gak jadi nganterin kah? Berubah pikiran? Baguslah, gue jadi-"

"Eh, engga-engga. Siapa juga yang berubah pikiran." Cegah Cakra yang otomatis membuat dirinya mengurungkan niat untuk melakukan aksi gokilnya.

Daripada kehilangan kesempatan emas, lebih baik Cakra segera meneruskan niatnya yang sudah mendapat lampu hijau dari Rania.

"Ini Manis, helmnya. Aku pakain yah." tukas Cakra sembari memakaikan helm berwarna abu tua pada kepala Rania.

Rania hanya diam. Dia tidak bereaksi apapun.

Berbeda dengan beberapa pasang mata yang sekarang ini tengah memandangi kedua sejoli itu. Mereka teriak histeris, iri, bahkan ada yang meremas bajunya sendiri lantaran ingin berada di posisi Rania dan mendapat perhatian manis dari Cakra.

Bisa dipastikan jika pasang mata itu adalah para kaum hawa. Tepatnya murid-murid perempuan yang amat mengidolakan Cakra. Dan mereka juga sebenarnya sudah tau jika idolanya memiliki hubungan spesial dengan Rania. Walaupun, dari Rania tidak pernah mengiyakan isu tersebut.

"Manis banget sih..."

"Iri deh, sama Kak Rania."

"Bener banget, mereka emang pasangan serasi sih, satunya ganteng satunya cantik. Tapi tetep aja gue iri. Iri banget! pengin boyfie spek Kak Cakra..."

Celotehan-celotehan itulah yang terdengar di telinga Rania. pun dengan Cakra. Tapi lelaki itu tak terlalu memedulikannya. Toh fokus dia hanya kepada Rania.

"Udah sayang?"

"Heem."

Dan Cakra pun segera melajukan kendaraan roda duanya.

Tepat semenit yang lalu, Rania dan Cakra meninggalkan sekolah tercintanya. Kendaraan roda dua milik Cakra telah memelesat ke arah rumah Rania.

***

Sesampainya di rumah Rania, seperti biasa Cakra memberanikan diri untuk mampir.

"Selain udah lama gak nganterin kamu pulang, aku juga udah lama gak mampir ke rumah kamu. Kangeh deh sama mama." Tukasnya dengan amat fasih.

"Cih, gak akan! Gue gak akan ngizinin lo buat mampir." Tolak mentah-mentah dari Rania.

Wajah Cakra yang semula sumringah, seketika langsung muram dan tak bergairah.

"Beneran gak ngizinin nih?" Tanyanya dengan sedikit berharap.

Jelas Cakra berharap Rania akan berubah pikiran.

Namun sayang, Rania tetap konsisten pada jawaban pertamanya. "Gak! Pulang lo."

Bahkan Rania sampai mengusir raga Cakra dari depan rumahnya.

Jadi apa boleh buat, Cakra pun harus segera meninggalkan rumah kekasih hatinya.

Hanya saja, belum semenit Cakra pergi dari rumah Rania, Cakra mendengar kegaduhan yang sontak menghentikan laju motornya.

"Ada apaan tuh!" Teriaknya dengan sedikit panik.

Dan dengan cepat Cakra membalikkan arah motornya untuk kembali ke rumah Rania.

Setibanya di rumah Rania, Cakra benar-benar shock.

"Ada apa sayang? Mamah kamu kenapa?" tanyanya lantaran ibunda Rania tak sadarkan diri dan hendak dilarikan ke rumah sakit.

"Gak tau Cakra, gue gak tau. Gue pulang mamah ud-" Jawab Rania namun tak kuasa untuk menjelaskannya pada Cakra.

"Tenang yah, Ran, ada aku. Dan mamah pasti baik-baik aja." Cakra segera menenangkan Rania dengan memeluknya dari samping dan mengelus lembut lengan kanan Rania.

Rania yang sudah kepalang panik tak memedulikan sikap nekad Cakra. Dia hanya fokus pada mamahnya.

Dan karena raga Cakra ada di sana, dia pun ikut menemani Rania ke rumah sakit terdekat.

Lima menit kemudian.

Raga mamah Rania akhirnya bisa dilarikan ke ruang IGD. Dokter di sana juga langsung memeriksa keadaan mamah Rania.

"Mamah pasti baik-baik aja, Ran. Percaya sama aku." Cakra mencoba meyakinkan raga Rania.

Rania masih menangis sesegukan, namun masih bisa menganggukkan kepalanya guna menjawab ucapan Cakra.

Melihat gadis kesayangannya sedih, Cakra tentu tidak diam saja. Dia menggenggam erat tangan Rania sembari sesekali menyeka air mata yang keluar dari manik coklat Rania.

Kalau seperti ini, rasanya Cakra benar-benar berperan sebagai kekasih Rania. Dia menemani Rania di masa terpuruknya dan dia juga siap menghibur Rania serta mengembalikan senyum manis Rania yang tentu saja amat disukai oleh Cakra.

Siapa pula yang tidak candu dengan senyum manis Rania. Hampir semua kaum adam memujinya. Bahkan seluruh anggota Fivgers kecuali Cakra ikut memuji senyuman manis Rania. Dan saat itu pula keempat-empatnya mendapat teriakan dari Cakra.

"Inget hei! Dia cewek gue. Awas aja kalau kalian embat! Yang kalian hadepin langsung ketua Fivgers. Ingat, ketua Fivgers!" peringatan dari Cakra sekaligus ancaman maut yang dilayangkannya kepada empat sahabat Fivgersnya.

Memang kalau sudah masalah Rania, Cakra tak mau mengalah.

"Keluarga pasien?" Celetuk salah seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang IGD.

Mendengar celetukan tersebut, Rania dan Cakra langsung mendongak.

"Saya, Sus." Jawab Ran sembari bangkit dari duduknya dan mendekat ke perawat.

Dengan lembut perawat itu menjelaskan suatu hal. "Begini, Dek. Ibu adek sudah diperiksa oleh dokter, dan dokter bilang kalau ibu adek baik-baik saja. Ibu adek hanya kelelahan dan juga banyak pikiran. Tapi adek tenang saja, setelah dokter memberikan resep dan adek menebus obatnya di apotek, ibu adek sudah diperbolehkan pulang."

Penjelasan yang sungguh melegakan batin Rania.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSZELA By Naf

Teen Fiction

27.4K 968 6
Aliran takdir memang sulit ditebak kemana muaranya. Ini tentang salah seorang siswa kebanggaan SMA Saturnus, Marshel Kalingga Adidharma yang tanpa sa...
1.1M 6.9K 9
!!!Pindah ke dreame!!! [YUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Telah direvisi ✔] "Dengerin ya, lo bukan pacar gue tapi lo milik gue Shalsa Senja Arunika."...
5K 1.9K 25
Sebuah trauma memaksa Ravenna untuk meninggalkan segalanya, termasuk cinta masa kecilnya, Reiga. Namun, tiga tahun berlalu, dan takdir mempertemukan...
1.4M 14.7K 8
ANGGREO GASLI TAMA Cowok IPS yang hobinya bikin ribut, suka merokok, suka bolos pelajaran, keluar masuk BK udah menjadi salah satu hobinya, sering bi...