Eternal Romance || Milkymong

By ivoriestry

529 66 5

2 tahun pernikahan tanpa menimang momongan? Itulah yang terjadi di keluarga Milkymong ini. Kepoin perjalanan... More

100 : 1
100 : 2
100 : 3
100 : 4
100 : 5
100 : 7
100 : 8
100 : 09
100 : 10

100 : 6

23 3 0
By ivoriestry








Hari ini, Minjeong tak berhenti untuk tidak terheran-heran dengan perilaku tingkah aneh Jeno hari ini. Bayangkan, kenapa dia tiba-tiba jadi gemar mengikuti setiap langkahnya kemana saja? Kalau Minjeong akan ke taman, dia juga ikut, dengan alasan bosan, tak ada pekerjaan. Seakan semuanya lenyap dalam satu hari terakhir.

"Kamu beneran gak ada kerjaan selain ngikutin aku terus ya?" ujar Minjeong dengan berani. Sudah lumayan jengah melihat tingkah aneh suaminya tanpa alasan jelas itu.


Jeno menggeleng. Jujur dia pun tidak tau harus apa, makanya cuman ngikutin Minjeong aja.

"Kantor? Berkas-berkas?" tuding Minjeong, Jeno menggeleng lagi.

"Game?" hanya gelengan yang dia dapatkan.

"Sama sekali?"



Jeno berdecak. "Emang kenapa sih kalau aku dirumah? Gak suka?"


Bahu Minjeong merosot. "Nggak gitu ... Kamu ... Aneh," curiganya amat penuh. Kayaknya Jeno itu lagi menyembunyikan sesuatu yang gak dia tahu.



"Saking jarang dirumah, jadi kelihatan aneh ya kalau dirumah aja?"



Buru-buru Minjeong menolak. "Gak! Ya tapi salah kamu sendiri sih, kamu terlalu cinta sama kantor." balas Minjeong jujur.





"Maaf," ujarnya.

"Gak papa, itukan perjanjian awal kita juga." balas Minjeong lumayan lesu, dia beralih mendaratkan pantat nya di sofa empuk. Jeno juga mengikuti.

"Perjanjian awal?" ulang Jeno.

"Kamu nggak ingat?" Minjeong melirik sinis. "Kita baru jalan dua tahun tapi aku baru tahu kamu pelupa,"

"Serius, perjanjian apa?"

Minjeong jadi pening. Mau gak mau dia jelasin aja.

"Perjanjian awal kita kan, harus sama-sama mengerti kondisi hobi kita masing-masing dan gak boleh ada protes. Kayak kamu bisa semingguan lebih kerja sesuka hati, dan main game tiap waktu. Aku juga sama, belanja, hedon, nyibukin diri sendiri yang aku mau." jelas Minjeong, ia menatap kedua manik Jeno amat serius sukses membuat pria itu meneguk ludahnya diam-diam.

"Sekarang kamu lupain itu semuanya?" tanya Minjeong serius.

"A-aku gak tahu kalau kamu menanggapinya sangat serius," bela Jeno. "Kamu percaya?"


Minjeong mengernyit heran. Ada yang salah dengan Jeno kali ini.

"Percaya? Menurut kamu, dua tahun itu sebentar?"


Jeno tertegun. Apa yang selama ini dia lewatkan sampai-sampai seakan semua kesadarannya ditarik kembali, dia seakan lupa ingatan hari terakhir kapan dan alasan apa dia membuat perjanjian konyol itu. Waktu kemarin dia curhat sama Jaemin juga itu asal bunyi menurut apa yang dipikirannya aja, gak ada terpikirkan kenapa bisa dia membuat perjanjian seperti itu.




"Kok diem?" tegur Minjeong, wanita itu memijat peningnya pelan.

"Kamu nyembunyiin apa?" terang Minjeong.

"Aku—"












DINGG DONGGG


Keduanya sontak menoleh ke dasar pintu rumah, suara bel memang sengaja dibuat menggelegar seluruh ruangan karena sebab Minjeong agak susah mendengarnya jikalau dia sedang ditempat jauh dari pintu.

"Siapa?" celetuk Jeno begitu istrinya dengan antusias berlari membuka pintu rumah lebar-lebar.



"Mama!"









Badan Jeno langsung terkesiap, jujur, dia amat dibikin kejutan kehadiran ibu kandungnya sendiri didepan tengah memeluk Minjeong dengan erat. Pandangan nya tidak putus sampai Mama dipersilahkan duduk di sofa.

"Mama sendiri?" tanya Jeno pertama kali. Jujur dia masih syok.

Si Mama Lee cuman mengernyit heran. "Kan kamu sendiri yang suruh Papa kamu ke Jepang ngurus investor,"



Jangan tanya deh keadaan Jeno kayak apa sekarang, membeku. Sedangkan Minjeong tertawa kosong.

"Dia udah mulai tua, Ma. Udah pikun," kekeh Minjeong beralih ke dapur sebentar menyiapkan teh hangat untuk Mama mertua.

Setelah kepergian Minjeong, tiba-tiba Jeno langsung mendekati Mama nya sambil berbisik.

"Mama gak ada maksud apa-apa kan kesini?" tanya nya risau.

"Mama cuman mampir, lagian dirumah gak ada siapa-siapa. Kenapa sih?" heran Mama Lee.

"Oh yaudah," Jeno agak lega dengarnya.

"Mama ganggu waktu kalian ya?" tanya Mama Lee sekali lagi.

"Gak kok! M-mama kan biasanya kesini kalau ada hal penting, jadi aneh aja." kilah Jeno. Gak mau terlihat mencurigakan, tapi Mama Lee cuman ketawa kecil menanggapi hal itu.

"Gimana? Ada perkembangan?" Mama Lee mengubah topik. Jeno langsung paham kemana arah topiknya itu.

"Belum ada,"

"Mau sampai kapan?" Mama mengubah postur tubuhnya menyamping agar bisa menatap Jeno. "Ini sudah hampir tiga tahun, sebaiknya kalian mulai diskusikan ini nanti."

"T-tapi Ma—"







"Diskusiin apa, Ma?" celetuk Minjeong sambil membawa secangkir teh hangat untuk Mama.

Mama tersenyum sambil menerima teh yang dibawakan. "Terima kasih, Nak."

Jeno segera menyela menggantikan jawaban. "Diskusi investor nya Papa— aw! Mama!" pekik Jeno diakhir kata. Siapa sangka tangan Mama tiba-tiba menyubit pinggang nya agak keras.

Minjeong merasakan aura kecurigaan. "Maksudnya?"


Mama Lee menaruh gelas itu yang sudah separuh sisa sedikit di meja lalu berdiri mengalihkan atensi pasangan itu. "Kayaknya Mama gak bisa lama-lama di sini deh, Mama ada arisan jam 6 takut telat."

Minjeong dan Jeno sontak berdiri. "Harus banget sekarang, Ma?"

Taukan yang protes siapa?

"Iyaa, ini udah jam lima, tempat janjiannya lumayan jauh dari sini." Mama Lee tersenyum menatap mereka berdua. "Nanti Mama kesini lagi bareng Papa, gapapa ya?"



Dengan berat hati. Minjeong menganggukan diri, setelah mengantar mertua sampai masuk mobil supir. Jeno dan Minjeong tampak canggung saat memasuki rumah.

"J-jeongie—"


"Terus terang, kalian nyembunyiin apa?" desak Minjeong beralih menatap Jeno meminta penjelasan.

"Kak? Aku gak bakal bisa tidur tenang kalau kayak gini,"







Jeno menggaruk tengkuknya agak canggung.


"S-sebenernya ..."

Minjeong bersedikap, serius mengamati Jeno.


"Mama udah nanyain perkembangan soal kita,"







Hati Minjeong mencelos mendengar itu, tentu tidak mungkin dia gak paham kearah mana yang dimaksud Jeno itu. Ia tertatih meraih sofa, berusaha mengatur nafas, ketakutan yang amat dia nantikan sudah terjadi. Jeno melihat itu pun panik lantas ikut menenangkan istrinya.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit? Atau mau minum? Aku ambilin—"


Minjeong menahan tangannya. "Disini aja,"

"Minjeong—"

"Aku gapapa, serius. Maaf, bikin kaget." katanya sambil meremat kaus. Tapi tentu dari raut wajahnya saja sudah kewalahan hanya mendengar kalimat itu. Jeno salah, salah mengambil hari yang tepat.

"Jangan gapapa, aku ngerti dan—"

"Kak tolong diem sebentar ..." Minjeong menunduk, dadanya lumayan sakit serasa ditusuk beberapa jarum. Tingkah lakunya sukses menarik kekhawatiran Jeno.

"Kenapa? Dada kamu kenapa? Ayo kerumah sakit aja—"

Tak ada jawaban, genggaman tangan Minjeong semakin erat menandakan sakitnya masih terasa, Jeno juga bingung. Dia baru pertama kali melihat kondisi Minjeong seperti ini, dan bodohnya dia gak bisa bantu apapun.

Ia mendengar suara nafas Minjeong mulai terputus-putus, sesak mulai menyeruak rongga pernafasannya, pelipisnya banjir keringat. Minjeong dibawa kilas balik ingatan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam kini serasa diangkat kembali dan semuanya memburam.

Terakhir kali yang Minjeong dengar adalah suara Jeno dengan nada panik.
















[]

Continue Reading

You'll Also Like

5.7K 1K 18
Devil Sister ft. Whitory Hanya cerita tentang Leona yang menyukai Arthur, kakanya sendiri. __ ⚠️ 17+ ⚠️ Hanya fiksi, jangan terlalu diambil hati ⚠️...
5.2K 923 11
[follow dulu sebelum membaca] disatu sisi karina membutuhkan uang untuk membayar hutangnya, disisi lain dia juga tak mau mengorbankan masa mudanya un...
1.4K 350 7
MAUREEN SHARON, seorang gadis cantik penjual kue yang memiliki usaha bakery yang tidak terlalu besar namun memiliki pelanggan yang cukup banyak. NAR...
379 59 11
Sekumpulan remaja yang terjebak dalam permainan Hitori Kakurenbo sebuah permainan kutukan yang dipercaya mahkluk gaib...