Typo bertebaran mohon di maklumi ya sayang-sayangnya aku.
.
.
.
Happy Reading~
"Ayahanda, aku menolak tawaranmu!"
"Menolak perintah dari Sang Raja, sama halnya seperti kau menjemput ajalmu sendiri"
Tidak terima dengan penolakan dari putranya, Raja Pradipta pemegang tahta dinasti Dipta sangat murka dengan keputusan sang anak.
Putranya menolak untuk di jodohkan dengan wanita pilihannya.
"Tahta telah menutup mata hati Ayahanda, Ayahanda bahkan tidak pernah memperlakukan ku selayaknya seorang anak akhir-akhir ini" Terdengar rasa kecewa yang mendalam dari ucapan tersebut.
"PRADIPTA! Jaga ucapanmu."
"Yang mulia juga bernama Pradipta sama seperti diriku."
PLAK
Tamparan cukup keras, mendarat pada wajah mulus sang anak.
Pradipta menatap tak percaya ke arah sang Ayah.
Pradipta tidak merasakan sakit pada bagian wajahnya yang telah di tampar oleh sang Ayah, tapi hatinya! Hatinya sakit sekali, rasanya seperti ia dihujami oleh ribuan tombak panah.
Sang raja menatap tangannya yang bergemetar.
"Mingyu... "
Tak menggubris ucapan dari sang Ayah.
Mingyu dengan tergesa-gesa berlari menuju kamarnya.
Ia tidak peduli jika harus di gantung atau di hukum mati karna telah kurang ajar meninggalkan seorang Raja tanpa memberi hormat terlebih dahulu.
Sesampainya Mingyu ke dalam kamarnya, ia segera mengunci pintu kamarnya dan langsung membaringkan tubuhnya pada ranjang empuk kesayangan nya.
Mingyu menangis sesenggukan, hatinya sakit sekali mendapat tamparan dari sang Ayah.
Deandra Mingyu Pradipta, putra tunggal dari Raja Pradipta.
Akhir-akhir ini Mingyu sangat merasa kecewa pada setiap keputusan yang di buat oleh sang Ayah.
Semenjak Ibunya meninggal Ayahnya sangat berubah drastis. Selalu memarahi Mingyu bahkan tidak segan-segan untuk menghukum Mingyu.
✯_________✿_________✯
Malam ini Mingyu berniat untuk kabur, ia sudah memikirkan matang-matang segala konsekuensi yang akan dia terima jika Ayah nya sampai mengetahui ini.
Mingyu tidak peduli, keputusannya sudah bulat sekarang.
"Cristoper, aku yakin bahwa kau bisa membantuku untuk keluar dari tempat ini" Mingyu mengusap-usap pelan kepala kuda kesayangannya dan bersiap untuk menunggangi kuda tersebut.
Mingyu tidak memiliki teman satupun selain Cristoper walaupun Cristoper hanya seekor kuda tapi Mingyu selalu menceritakan segala hal pada Cristoper kuda putih kesayangannya itu.
Sepertinya malam ini Mingyu sangat beruntung, karna tidak ada satupun penjaga yang menjaga gerbang di bagian depan.
"Mencurigakan, kenapa tidak ada yang menjaga area bagian depan" Gumam Mingyu.
"Tapi tidak apa-apa, ini justru memudahkan ku untuk pergi"
Sunyi.
Tidak ada satupun penduduk yang terlihat, padahal sekarang belum terlalu larut malam.
Biasanya masih banyak penduduk yang masih berlalu lalang. Tapi hari ini sudah sangat sepi, mereka seperti sedang bersembunyi dari sesuatu.
Mingyu tidak tau apa yang terjadi malam ini karna sejak Ayahnya menampar wajahnya waktu itu Mingyu langsung pergi ke kamar dan tertidur hingga menjelang malam.
Mingyu kini hampir sampai ke perbatasan antara kerajaan Pradipta dengan kerajaan Dewasanja.
Tapi tunggu.
Mingyu seperti mendengar suara perkelahian.
Mingyu sebenarnya sedang terburu-buru sekarang, tapi ia begitu penasaran dan memutuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Ayahanda?" Sosok itu hanya terduduk lemah dengan luka yang menghiasi tubuhnya.
Priia itu mendongak dan menatap marah ke arah Mingyu.
"Mingyu, apa yang sedang kau lakukan di tempat seperti ini" Ucap Pradipta sembari memegang dadanya yang telah berumuran darah, Mingyu menatap khawatir kearah sang Ayah.
"Ayahanda apa yang terjadi? Mengapa kau sampai terluka parah seperti ini" Tanpa berpikir panjang, Mingyu segera merobek pakaian yang sedang ia kenakan untuk membalut luka sang Ayah, bahkan sekarang bajunya pun ikut terkena darah.
Raja Pradipta hanya memperhatikan putranya yang sedang membalut luka di tangannya.
Di dalam lumbuk hatinya yang terdalam ia sangat menyayangi sekali putra semata wayang nya ini, tapi semenjak kematian sang istri masalah demi masalah datang menghampiri kehidupannya
Dan kelemahannya hanya satu sekarang. Yaitu Mingyu putranya.
Semua yang ia lakukan terhadap Mingyu sebenernya demi keselamatan Mingyu sendiri, tapi sepertinya Mingyu tidak mengerti akan hal itu.
Terdengar suara langkah kaki dari arah selatan.
Raja Pradipta was-was dan berjaga-jaga pada tempat sekitar, khawatir jika tiba-tiba serangan datang.
"Kau harus pergi Mingyu, mereka datang kembali" Mingyu tidak mengerti dengan ucapan sang Ayah.
"Aku tidak bisa meninggalkan Ayahanda dalam keadaan yang seperti ini, aku akan mencarikan tabib" Mingyu hendak membantu Ayahnya, akan tetapi...
Suara itu menjadi semakin dekat bahkan terdengar seperti segerombolan pasukan perang yang akan datang menghampiri mereka.
Raja Pradipta menarik pelan tangan Mingyu dan berjalan tertatih menuju kearah sumur tua yang sepertinya cukup dalam.
"Mingyu loncatlah ke dalam sana, ini perintah dari Sang Raja!" Mingyu membolakan matanya tak percaya, apa Ayah nya sudah tidak waras?
"Apa Ayahanda mencoba membunuhku dengan cara baik-baik seperti ini?" Raja Pradipta menghela nafas lelah.
"Tidak ada waktu lagi, Ayah sangat berharap jika kau bisa memaafkan semua dosa yang telah Ayah perbuat padamu"
Raja Pradipta mengusap pelan wajah sang anak "Maaf karena telah menamparmu, Ayah sungguh tak bermaksud melukaimu"
Mingyu menatap Ayahnya dengan tatapan memohon "Ayah...ak-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Mingyu di buat terkejut dengan tindakan Ayah nya.
Raja Pradipta langsung mendorong tubuh Mingyu begitu saja ke dalam sumur tersebut.
Terdengar teriakan yang begitu menyakitkan dari dalam sana.
"Tidak akan kubiarkan putraku untuk melihat kematianku"
✯_________✿_________✯
Mingyu membuka kelopak matanya perlahan-lahan, badannya terasa remuk dan sakit sekali sekarang.
Terdengar bunyi nyaring dari arah depan maupun belakang, membuat Mingyu menutup telinganya karena merasa terganggu.
"Hey, siapa pria gila yang duduk di tengah jalan!"
"Jika kau ingin mati carilah tempat lain"
Mingyu terkejut dan dengan segera ia bangkit dari tempatnya duduk tadi, Mingyu berjalan menghampiri salah satu pengendara mobil, ia memegang kaca spion mobil sambil manatapnya takut.
"Benda ini menakjubkan! Apakah ini semacam sihir?" Orang yang duduk diam di kursi pengemudi menatap aneh ke arah Mingyu.
"Dasar bodoh" Orang itu memperhatikan penampilan Mingyu dari atas hingga ke bawah.
"Kau..sungguh aku tidak bermaksud untuk menyinggung mu tapi...."
"HEI CEPAT JALANKAN MOBILMU, KAU BERHENTI LAMA SEKALI"
Wonwoo terkejut dan membalas teriakan orang tersebut. "MEMANG JALAN INI MILIK NENEK MOYANGMU HAH?!" Balas Wonwoo tak kalah nyolot.
"Begitu saja repot padahalkan dia bisa lewat dari samping, dasar tua bangka menyebalkan"
Wonwoo segera menyalakan gas mobil miliknya dan bersiap untuk pergi dari hadapan pemuda aneh menurutnya ini.
Mingyu menatap sendu ke arah pria yang baru ia temui.
Wonwoo jadi tidak tega.
"Rumah mu dimana? Masuklah, aku akan mengantarmu pulang"
•
•
•
TBC....