Lisa tertawa ketika dia melihat Jennie memakai bajunya. "Siapa yang menyangka seorang Kim Jennie memakai bajuku."
"Aku mengemas untuk ke Paris." Jawab Jennie dengan kerutan di wajahnya.
"Oke oke." Lisa mengeluarkan kapsul tidur dari tasnya dan melebarkanya. Kemudian dia juga mengambil selimut dan bantal angin. "Mari tidur."
Jennie memperhatikan Lisa yang sibuk dengan kegiatannya, dia melirik hanya ada satu tempat tidur. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Jennie melihat Lisa tidur di sisi lain.
"Kau bisa melihatnya. Tidurlah di kapsul itu, aku akan tidur di sini.
"Tidak. Kau bisa sakit, itu terlalu dingin." Jennie bergerak masuk ke dalam selimut kapsul yang Lisa siapakan kemudian dia bergeser ke sisi paling pinggir. "Masih ada ruang Lisa, kemarilah."
"Kau yakin?" Tanya Lisa, karena dia tidak pernah melihat Jennie berbagi tempat tidur dengan siapapun bahkan wanita itu tidak membiarkan siapapun untuk masuk ke kamarnya.
"Iya."
Lisa bergegas masuk ke dalam selimut, itu tidak terlalu kecil tapi tidak terlalu besar. Cukup nyaman bagi mereka untuk tidur saling bersentuhkan.
Dalam diam, Jennie tersenyum ketika lengan Lisa bersentuhan dengan kulit lengannya. "Selamat malam." Ucapnya dengan semangat.
"Selama tidur untukmu juga."
...
Ke esok paginya, Lisa lebih dulu terbangun karena dering handphoneny berbunyi berulang kali.
Dia bangun dan keluar daei selimut kapsulnya dengan pelan agar tidak mengganggu Jennie. "Hallo." Katanya dengan pelan. "Ibu?"
"Apa kau bersama Jennie?"
Lisa melirik ke sampingnya tepat di mana Jennie berada. "Ya, bagaimana kau tahu bu?"
"Beritamu menjadi tranding di twitter Kak." Suara Lia terdengar dari sisi lain. "Apa kau akan membawanya ke rumah?"
Lisa diam sebentar untuk menjawab. Seharusnya pagi ini dia pergi ke rumah Ibunya untuk merayakan ulang tahunnya, tapi bagaimana bisa di pergi bersama Jennie.
"Maaf bu, sepertinya tidak bisa. Aku bersamanya Jennie dan-"
"Tidak apa-apa. Kita tahu dia artis dan banyak jadwal."
"Aku akan datang lain waktu."
"Siapa itu? Ibumu?" Tanya Jennie yang terbangun sambil mengucek matanya. Dia menatap Lisa dengan senyuman. "Boleh aku berbicara dengannya?"
"Bu, Jennie ingin berbicara denganmu." Lisa memberikan handphonenya ke Jennie, hatinya senang karena dia tidak pernah menduga Jennie ingin berbicara dengan Ibunya.
"Hallo Tante, aku Jennie pacar Anakmu. Maaf baru memperkenalkan diri sekarang karena Lisa tidak pernah memberikan kesempatan itu untukku." Ucapnya sambil tersenyum ke arah Lisa.
"Oh aku tahu bagaimana sibuknya seorang artis. Apa anakku membuatmu kesulitan?"
"Tidak, sejujurnya dia sangat baik hati."
"Bu, aku tidak seburuk yang kau kira." Lisa mendekat, menempelkan pipinya ke dekat Jennie. "Aku bukan anak kecil lagi."
"Kau tetap anak kecil yang menbuat onar bagiku. Jennie, jika kau tidak keberatan bisakah kau ikut bersama Lisa ke rumahku? Kami telah memasak sesuatu untuknya di hari ulang tahunnya."
Jennie melebarkan matanya ke arah Lisa, menjauhkan handphone Lisa dan memarahi wanita itu. "Kau ulang tahun? Kenapa tidak memberi tahuku?" Bisiknya pelan. Kemudian dia kembali berbicara dengan Ibu Lisa.
"Tentu saja, kami akan kesana."
"Benarkah?" Lia adiknya Lisa lebih antusias dari siapapun. "Aku akan menunggunya,Unnie."
Jennie memberikan handphonenya ke Lisa setelah panggilan di tutup Lia. "Kau ulang tahun?"
Lisa tersenyum. "Ya."
"Kenapa tidak memberi tahuku?"
"Terlalu malu harus mengumbar usia yang sudah tua."
"Sepasang kekasih harus saling merayakan."
Lisa tertawa kemudian dia menunjukkan jari manisnya ke Jennie." Pacarku sudah memberikan cincin untuk hadia." Katanya menunjukkan cincin yang mereka beli di pasar tradisional.
"Baiklah, kalau begitu kita berangkat ke rumah Ibu mertua?"
"Kau yakin?" Tanya Lisa untuk meyakinkan Jennie. Karena mereka berdua tahu Jennie tidak perlu melakukan itu jika dia tidak mau. Mereka hanya sebatas kekasih palsu.
"Sangat yakin." Ucap Jennie membantu Lisa membereskan peralatan camping mereka.
...
"Jen, ada yang ingin ku beritahu padamu." Lisa menoleh ke Jennie setelah dia berhenti tepat di halaman rumah Lisa.
Jennie menoleh dengan serius, karena dia tidak pernah melihat Lisa mengatakan hal yang serius sebelumnya. Dia menatap Lisa sebelum mereka turun dari mobil. "Apa?" Kata Jennie.
"Aku-"
"Lili!" Lia keluar dari rumah dan berlari ke arah mereka.
Lisa menghela napas. "Aku akan ceritakan nanti."
...
Jennie Pov
Satu hal yang ada dalam pikiranku saat seorang gadis remaja berlari dari pintu menuju kami. Dia adiknya Lisa, Lia.
Lia memeluk Lisa dengan erat, kemudian senyumannya lebar dengan antusias. Aku masih berada di belakang Lisa tidak jauh darinya saat seorang wanita cantik tinggi, berambut hitam tebal keluar dari pintu yang sama.
"Anakku." Katanya memeluk Lisa yang juga membalas pelukan mereka.
Lia menatapku dengan malu-malu, dia cantik seperti Ibunya. Lia adalah versi remaja Ibunya Lisa. Dia punya mata yang tidak sebesar milik Lisa, bibirnya kecil, dan rambutnya bergelombang lembut. Dari dua keluarga Lisa yang tersenyum tidak ada satupun yang terlihat mirip dengannya. Sepertinya dia mirip dengan Ayahnya.
"Unnie." Lia menatapku dengan senyuman.
"Bu, dia Jennie. Pacarku." Begitu mudahnya sekarang Lisa mengungkapkan kata-kata itu di depan orang lain. Aku senang, tidak ada kecanggungan lagi di antara kami.
Aku memeluk ibunya dengan erat. "Senang bertemu denganmu,Bu."
"Kau terlihat sangat cantik. Bagaimana bisa kau menyukai anakku?"
"Oh bu, jangan remehkan anakmu." Lisa memelukku dengan nyaman dan tersenyum. "Aku bisa memikat semua orang dengan mudah." Dia tersenyum dan mengedipkan mata.
"Aku minta maaf karena baru menyapamu setelah dua bulan mengencani anakmu." Dia masih menggenggam kedua tanganku dengan erat. Ibu Lisa tidak seperti dugaanku, dia terlihat sehat dan bugar. Tidak ada tanda-tanda dia memiliki penyakit ironis.
"Sayang, ini Lia adikku." Lisa mendekat dan berbisik. "Dia penggemar beratmu." Ucapnya sambil tertawa.
Lia yang masih berdiri di dekat mobil mendekat dengan rona pipi yang merah. "Aku menonton semua acar TVmu, dan begitu aku melihat dia..." Lia menunjuk Lisa dengan dramatis. "Adalah kekasihmu, aku bersumpah bahwa Unnie benar-benar buta."
Aku tertawa dengan cara Lia menatap Lisa.
"Sebenarnya aku yang tidak percaya mengapa dia mau denganku." Aku menatap Lisa.
"Bisakah kau membanggakan aku sekali saja?" Tanya Lisa pada adiknya yang kini ada dalam pelukan di leher.
"Buu, lihat lah Lisa."
"Abaikan mereka, mereka selalu bertengkar." Ibu Lisa menuntunku masuk ke dalam Rumah yang begitu hangat.
Saat aku masuk, ada kehangatan di sana, foto-foto berbingkai kayu terpajang di sepanjang dinding rumah. Bingkai yang paling besar adalah Foto keluarga, ada seorang Pria dengan senyuman terhangat yang penah aku lihat, dia tampan, rambutnya hampir memutih, kemudian ada Ibu Lisa dengan dress hitam yang manis. Di foto itu juga ada Lia dan tentu saja Lisa yang memeluk Ayahnya dari samping.
Tapi, tidak ada kemiripan antara Lisa dan Ayahnya.
Aku mengikuti Ibu Lisa ke dapur, mencoba menjadi pacar yang baik. "Apa ada yang bisa aku bantu?"
"Tamu dilarang ke dapur, sayang." Dia membelai pipiku dengan lembut. "Lisa berhentilah mengganggu adikmu!." Ibu Lisa menatap tajam kedua bersaudara yang masih saling mengejek. "Lebih baik kau membawa Jennie ke atas, aku akan memanggil kalian jika makananya siap."
"Dengan senang hati bu." Lisa mencium Ibunya. Dan sejujurnya hatiku sangat hangat ketika melihat keluarga Lisa begiru akrap. Keluarga Jisoo punya itu untukku selama kami bersama, tapi kemewahan dari keluarga Jisoo terkadang tidak terlihat sesederhana keluarga Lisa.
"Kita akan kembali besok...jika kau tidak keberatan." Lisa dengan hati-hati melirikku sambil meletakkan tas yang kami bawa. "Ini kamarku." Katanya sambil tersenyum canggung. "Tidak sebagus milikmu tapi ini sangat nyaman."
"Aku tidak mempermasalahkannya, lagian kita hanya butuh satu malam dan kembali."
"Ada yang ingin aku katakan." Dia meletakkan jaketnya ke atas tempat tidur, kemudian berbalik untuk menghadapku. Wajahnya cukup serius, dan aku penasaran dengan apa yang akan dia katakan sebab ada sedikit ketakutan yang aku rasa. "Jen..." Dia kembali menarik napasnya. "Aku bukan anak kandung Ibu dan Ayahku."
Semua kebingungan dan tekateki yang aku kumpulkan terjawab sudah. Dia tidak mirip dengan siapapun dengan keluarganya. Lia mirip dengan Ibunya yang menurutku Asli orang kore, sedangkan Ayahnya terlihat sama dengan Lia. Matanya kecil, hidungnya kecil dan rambut mereka yang berbeda dengan Lisa.
"Aku bukan orang Korea, aku berasalah dari Thailand." Dia menatapku setelah menunduk sedikit lama. "Aku hanya ingin kau tahu soal itu, agar tidak ada pertanyaan aneh di kepalamu." Ucapnya sambil tersenyum.
Aku menarik tangan Lisa yang tertaut, kemudian menggenggamnya dengan erat, memastikan bahwa apapun yang dia katakan padaku tidak akan merugikanku. "Aku senang kau mau memberitahuku tetang rahasiamu."
"Terima kasih."
Tatapan mata Lisa begitu dalam, sangat dalam hingga aku sedikit malu dan merasa sesuatu hal yang aku rasakan terhadapnya juga berbalas.
"Lisa, Jennie, makanan sudah selesai." Ibu mengetuk pintu kamar Lisa dan membuyarkan lamunanku seketika.
"Kami ke bawah bu."
....
Siapa di sini yang uda order Ebook Stay With Me?
Gimana menurut kalian ceritanya? Komen donk buat semangaaat.
Hai, yang belum order ebook Stay with Me (JenLisa) bisa pesan sekarang ya karena lagi ada promo nih, dari harga 40K jadi 30K (Khusus pemesanan melalui intagram ataupun Line. )
(MOHON DI DUKUNG KARYAKU DENGAN MENGORDER VERSI EBOOKNYA)
Terima kasih.