Danu mengeluarkan 1 batang rokok, menjapitnya di mulut, dan menyalakannya menggunakan korek api.
Setelah itu dirinya menghembuskan asap rokoknya.
Sementara Melin.. dia tidak tahu mau melakukan apa, jadi sekarang dia hanya meremas-remas kantong kresek belanjaannya tadi, sesekali melihat-lihat ke sekitar, di sebelah toko.
"Lin.."
Akhirnya Danu mengeluarkan suaranya.
"Hm, iya?"
Jawab Melin kelabakan, agak canggung.
"Gue minta..kamu percaya sama Juna."
"Dan yakin, kalau dia akan buat keputusan yang bener.."
Nada bicara Danu lumayan serius di sini.
Melin masih memasang tampang bingung.
Tiba-tiba? Batin Melin.
"Tentang pernyataan Naya waktu itu, tolong jangan kamu pikirin..Juna pasti tau, mana yang harus dia prioritasin, Mel.."
Setelah tau arah pembicaraannya kemana, Melin langsung mengerti.
"Tapi.. bukannya mas itu deket sama mbak Naya? Kok mas Danu nggak ada perasaan sedih atau cemburu gitu?"
Melin takut kalau dia salah bertanya itu kepada Danu, tapi di luar dugaan..Danu justru tertawa, dan menghadap ke dirinya.
"Nggak, Mel."
Danu masih tertawa.
"Gue cuma deket Naya, sebagai sahabat..nggak lebih!"
Setelah mendengar pernyataan Danu, jelas..Melin sangat terkejut sekarang.
Sedekat itu? Tidak ada perasaan apa-apa?
Danu berhenti tertawa, dan memasang muka serius sekarang.
"Gue tau, seharusnya gue nggak ngomong ini ke kamu."
"Tapi, orang yang gue suka itu adalah orang di depan aku sekarang, kamu sendiri!"
Ting!
Setelah itu Danu menaikkan kedua alisnya dan tersenyum, lalu menyender ke dinding toko lagi sambil mengisap rokoknya.
~~~
Juna berlari menghampiri seseorang yang sedang menunggunya di sebuah bangku taman.
"Maaf..lama.."
Ucap Juna sambil masih terengah-engah.
Kemudian, orang itu beranjak dari duduknya.
"Cincinku bengkok, tadi jariku masuk sela-sela kursi."
Ucap orang itu sambil memperlihatkan cincinnya yang sudah bengkok.
Juna tersenyum, dan meraih cincin tersebut.
"Nggak bisa diperbaiki ini, nanti gue beliin yang baru."
Setelah itu mereka berdua tertawa bersama.
~~~
~Yang Sebenarnya~
Juna melihat seorang wanita sedang duduk sendirian di tepi lapangan.
Melihat sekitar, tak ada 1 orang pun di dekat wanita itu, jadi Juna menghampirinya.
"Ngapain Lo?"
Wanita itu mendongak ke atas, menatap Juna.
"Lo yang ngapain? Emang kita kenal?"
Dengan jurus buayanya, Juna mengatakan..
"Mangkanya..ayo kenalan! Katanya, tak kenal maka tak sayang!"
Ucap Juna dengan muka tengilnya.
Beberapa hari setelah itu, Juna melihat wanita itu lagi. Seperti...sedang berlari ke arahnya?
"Hai!"
Dan, yaa...benar! Wanita itu mengampirinya dan juga 1 temannya yang lain.
Wanita itu tersenyum.
"Waktu itu belum sempet kenalan kan?"
Wanita itu mengulurkan tangannya.
"Gue Naya, Kanaya!"
Tetapi, bukannya Juna yang menyambut uluran tangan wanita itu, melainkan Danu..teman Juna, dia menerima jabatan tangan wanita itu dengan muka bingungnya.
"Gue..Danu.."
Setelah itu, Danu melihat ke Juna..
"Lo kenal?"
Tanyanya, dijawab gelengan oleh Juna.
"Oohh...Danu...salam kenal ya!"
Jawab wanita itu sedikit.. canggung.
"Kalau dia?"
Tanya wanita itu, sambil menunjuk Juna.
"Gue.. Arjuna Nandhika, panggil aja Juna."
Ucap Juna sambil menaik turunkan kedua alisnya, dan menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jemarinya.
"Ajong.."
Tetapi momen sok keren itu digagalkan oleh Danu, karena mengungkap nama panggilan asli Juna.
"Aahh...tai Lo!"
Marah Juna sambil menendang kaki Danu, sementara korbannya hanya tersenyum, hehe:)
Menghentikan pertikaian..
"Boleh nggak, gue jadi temen kalian? Soalnya..gue nggak punya temen di sini."
Ucap wanita itu dengan muka memelas.
Juna dan Danu hanya saling tatap, tetapi setelahnya mereka mengangguk secara bersamaan.
Beberapa hari kemudian..
Seorang anak lelaki, agak berisi..tidak sengaja menabrak Danu yang sedang memainkan bola voli, di...depan kelas.
"Ss-sorry!"
Ucap anak itu takut-takut.
Danu tersenyum ke anak itu, tetapi senyumnya luntur..ketika melihat segrombolan murid lelaki menertawakan anak yang menabraknya tadi.
Karena Danu adalah anak yang cukup pintar...ea! Jadi dia langsung tau, kalau mereka sedang membully anak ini.
Danu tersenyum lagi.
"Tenang! Lo nggak usah takut."
Kemudian Danu menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Tetapi..setelahnya..ibu jarinya ia arahkan ke seseorang yang sedang bersender di pintu kelas.
"Kan ada Juna!"
Hehe:)
Awalnya Juna terkejut, tetapi setelahnya dia langsung datang, berjalan lagaknya seorang pahlawan.
"Berani kalian sama si gembul ini?! Urusan Lo sama gue sekarang!"
Ancam Juna, tengil.
Setelah itu Juna merangkul pundak anak itu.
"Sekarang dia temen gue!"
Ucapnya pada anak-anak nakal itu, lalu menunjukkan jari tengahnya ke mereka.
Naya yang berada di sana pun, tidak bisa menahan tawanya, dan merasa terkesan dengan perilaku kedua temannya itu, yang... cukup peduli dengan sesama?
Mungkin...dari situlah, perasaan itu pertama kali muncul pada diri Kanaya.
Yang kemudian..di susul perasaan yang sama oleh Juna, tetapi terjadi ke salah pahaman setelanya.
Tetapi...
Seperti yang dikatakan Juna, Juna lebih dulu bertemu dengan Melin di bangku SD.
Saat itu, Melin adalah adik kelas Juna.
Entah Juna sadar atau tidak, tetapi Juna selalu mengejek Melin ketika kelas mereka sedang olahraga bersama.
Mulai dari..mengatakan kalau Melin itu tangannya panjang seperti galah, badannya besar seperti benteng, tinggi seperti tiang, dan lain-lain.
Mungkin...sekarang gantian Melin yang mengolok-olok Juna begitu:)
Jadi..itu alasan mengapa Juna lebih memilih Melin, dari pada Naya.
Meskipun alasan lainnya adalah..
Juna memang kerap menghabiskan waktunya bersama dengan Melin, jadi perasaan itu pun perlahan-lahan mulai muncul di diri Juna, pun di diri Melin.
Karena sebenarnya, orang yang Melin suka juga bukanlah Juna, melainkan Danu.
Tetapi harapannya pupus setelah melihat kedekatan Danu dengan Naya.
Jadi Melin melakukan hal bodoh tersebut, di malam itu..dengan menyatakan perasaannya kepada Juna.
Tetapi ternyata, dia benar-benar jatuh hati kepada Juna.
Sementara Danu..dia tertarik kepada Melin, saat pertama kali mereka bertemu di rapat PANDA. Mereka diam-diam saling bertukar tatap pada waktu itu.
Pun..saat final voli..
Dia sering melihat ke tribun penonton atas, bukan karena ingin melihat Naya, tetapi melihat orang di depannya, yaitu Melin.
Naya sendiri, padangannya terpaku pada Juna, yang sedang menjadi hakim garis pada saat itu.
Begitu pun Juna, yang diam-diam juga kerap melihat ke arah Naya.
Sementara Melin, aduh bingung...dia melihat antara Juna ataupun Danu.
Dan surat yang diberikan oleh Danu saat itu, bukanlah surat cinta, melainkan...
"Nay, Jawab pertanyaan gue nanti, Lo sebenernya ada perasaan lebih atau nggak ke gue?"
Dan..Naya membaca surat itu!
Jadi Naya menjawab pertanyaan Danu tersebut, dengan pertanyaan perasaannya kepada Juna.
Waktu Danu hendak membuang surat itu pun, Danu juga sadar..kalau surat itu seperti sudah diremas.
~Bonus~
Beberapa tahun kemudian..
Danu datang dengan menenteng tas kerjanya.
Zulhan yang pertama kali melihat kehadiran Danu pun melambaikan tangannya.
Danu tersenyum, dan mulai berlari kecil.
"Yo! Bro! Apa kabar!"
Sapa Danu, lalu melakukan tos ria bersama Zulhan dan Juna.
Juna menoleh ke belakang.
"Loh? Mana?"
Danu meletakkan tasnya, lalu mengangkat dagunya.
"Siapa?"
"Pasangannya mana?"
Setelah itu mereka berdua tertawa bersama.
"Ck..ah kalian mah! Dulu Danu yang di ceng-cengin gitu, sekarang kok jadi gue?"
Kesal Zulhan, masih ditertawakan kedua temannya itu.
"Apa?! Gue beneran nanya ke Danu ya!"
Jawab Juna, masih dengan tertawa.
"Katanya tadi dari bandara, langsung nyusul ke sini..gue di suruh duluan ini, soalnya dia bilang mau bawa suprise! Kalo gue jemput, nggak jadi suprise lagi nanti"
Jelas Danu pada keduanya.
"Lah..Lo juga kok sendiri ke sini?"
Tanya Danu kepada Juna balik.
Kemudian Juna membuka laptopnya, memperlihatkan wallpaper fotonya bersama dengan seorang wanita yang memeluk dia dari belakang, dan anak kecil di pangkuannya.
"Lagi nemenin tuan putri di ulang tahun temennya dulu!"
Juna melihat jam di laptopnya.
"Bentar lagi juga mau gue jemput."
Danu menjadikan tangannya sebagai tumpuan dagu.
"Keluarga harmonis banget nggak sih, Mbul?"
Ucap Danu sambil menatap Zulhan, berniat untuk mengejeknya.
"Halah! Lo juga kagak nikah nikah gitu!"
Sinis Zulhan.
Lalu kembali ditertawakan oleh kedua temannya itu.
Tak lama setelah itu, Naya muncul sambil menyeret kopernya.
"Haaiii!!!"
Sapa Naya kepada mereka semua.
"Kasiaannn... jauh-jauh dari Singapore, pulang sendiri, nggak dijemput cowoknya!"
Gantian Zulhan yang mengejek sekarang, tetapi..
Dahi Naya berkerut.
"Kan emang gue yang minta buat nggak dijemput, soalnya gue bawa suprise!"
Setelah itu mereka tertawa, serentak.
Tetap kalah, Zulhan...
Naya memegang kedua bahu Danu, dan tersenyum, kemudian duduk di sebelahnya.
Reflek Zulhan berdehem, dan saling pandang dengan Juna sekarang.
Tringgg...tringgg...
Juna menatap ponselnya, kemudian beranjak.
"Eh..mau kemana, Jun?"
Tanya Naya.
Juna memperlihatkan ponselnya kepada mereka.
"Mau jemput ibu ratu sama tuan putri dulu! Entar balik lagi ke sini!"
Ucap Juna, lalu pergi.
~~~
Setelah sampai di tempat tujuan, Juna celingak celinguk melihat sekitar, mencari seseorang yang akan dia jemput tadi.
Tak jauh dari sana, 1 wanita dewasa, dan juga 1 perempuan kecil.. dengan mulut mungilnya yang dipenuhi oleh es krim, berjalan ke arahnya.
"Minta es krim dulu ini tadi!"
Ucap wanita itu, sambil sedikit merengut.
Juna tertawa terbahak-bahak.
"Mel! Anakmu itu mirip banget sama aku kecil dulu..buat muring-muring emaknya!"
Wanita itu tambah merengut.
"Ya berarti ini anakmu!"
Kesalnya, lalu berjalan mendahului Juna.
Juna menggendong anak kecil itu.
"Ngopi yuk sayang, mama nggak usah diajak!"
Ledek Juna.
Wanita itu melotot.
"Kalo sampek anak gue Lo kasih macem-macem, abis Lo entar di rumah!"
Ancam wanita itu pada Juna.
Tetapi Juna bukannya takut, tetapi malah merangkul pundak wanita itu dan mengajaknya untuk menaiki motor.
"Udah ditunggu temen-temen aku, Meliiinnn!"
Bujuk Juna, dengan nada kelewat lembut.
Sesuai janjinya, Juna kembali lagi ke cafe itu, bersama dengan Melin...yang kini menjadi istrinya, dan juga 1 putri kecil berusia 2 tahun, yang merupakan buah hati mereka.
Melihat putri Juna, Naya langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berlari menghampirinya.
"Sayaanggg..."
Ucapnya, sambil menggendong putri Juna dan juga Melin.
"Mel! Perasaan..dulu masih kecil banget, kok sekarang udah gede aja!"
"Kan dikasih makan!!!"
Serobot Juna, mendapat cubitan dari Melin.
Naya membawa putri Juna ke kursinya.
Dan, Danu yang melihat itu reflek mengatakan..
"Lo mau? Ayo buat.."
Seluruh orang di sana langsung melotot, begitu juga dengan Naya.
"LO NIKAHIN DULU BEGO!"
Semprot Zulhan, membuat semua orang tertawa.
"Suprisenya tadi mana?"
Tanya Danu.
Naya mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Kemudian dia membukanya, memperlihatkan sebuah buku album, berisi foto-foto mereka dari SMP, hingga sekarang.
Juga foto mereka bersama dengan putri Juna dan Melin yang baru lahir saat itu.
~Selesai~