Kutunggu Kau Putus - RorAsa

By PandaRabbit1714

2.4K 356 180

Rora dan Asa sudah bersahabat sejak sekolah dasar. Asa selalu menjadikan Rora sebagai tempat curhatnya, terma... More

Episode 1
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6 (End)
PEMBERITAHUAN
I Need Your Opinion
COMING SOON

Episode 2

316 57 33
By PandaRabbit1714

Paginya, Dain terbangun lebih dulu. Mendapati Asa yang tertidur dalam pelukannya. Entah sejak kapan mereka dalam posisi seperti itu. Ia memperhatikan wajah polos Asa yang sedang tidur, tangannya terangkat ke arah wajah Asa, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah ayu itu.

"Maafkan aku, entah sejak kapan aku mulai menyukaimu lebih dari seorang sahabat. Berawal dari curhatan-curhatanmu tentang dia, aku sadar bahwa aku tidak suka kau dimiliki orang lain. Salahkah aku jika berharap suatu saat nanti kau dapat memiliki perasaan yang sama denganku? Apa aku salah jika berharap kau dapat membalas perasaanku, Asa-ya?" tangannya sibuk memainkan alis, hidung, bahkan bulu mata Asa.

Dain berani berkata seperti itu karena Asa masih tidur, gadis itu tidak akan mengetahui apa yang ia katakan barusan. Setelah puas memandangi fitur wajah Asa, Dain dengan hati-hati memindahkan kepala Asa ke bantal dari lengannya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi, bersiap untuk pulang ke apartemennya.

Mendengar pintu kamar mandi yang tertutup, Asa perlahan membuka kedua matanya. Ternyata ia sudah terbangun sejak Dain mulai menyingkirkan anak rambutnya, hanya saja memilih untuk tetap memejamkan mata. Dan tentu saja ia dengan sangat jelas dapat mendengar semua yang diucapkan Dain padanya. Ia bangun, duduk bersandar di headboard tempat tidur, memikirkan ucapan Dain tadi.

Pikirannya teralihkan oleh bunyi notifikasi dari ponselnya yang menandakan adanya pesan masuk. Ia menoleh ke arah nakas, tangannya meraih ponsel yang ia simpan di atasnya semalam. Pesan itu dari Ruka, kekasihnya, yang meminta untuk bertemu di tempat biasa mereka bertemu. Sebuah café dengan nama Dream café. Tentu saja Asa segera membalasnya, bagaimanapun ia memang merindukan kekasihnya itu, ia juga akan mendengarkan alasan sang kekasih lebih memilih futsal daripada dirinya.

"Oh? Kau sudah bangun? Mandilah, aku akan pulang sebentar lagi." Asa mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi, tampak Dain yang sudah terlihat segar di sana. Asa hanya tersenyum, mengangguk, kemudian berlari kecil masuk ke kamar mandi. Ia menyelesaikan ritual mandinya dalam waktu 49 menit, yah setidaknya tidak sampai satu jam.

*****

Kini Dain berpamitan pulang pada kedua orang tua Asa setelah tadi mereka sarapan bersama. Keempatnya sudah berdiri di ambang pintu, mengantarkan Dain keluar. "Berhati-hatilah saat mengemudi, Nak." Momo mengelus lembut pipi Dain, menyalurkan rasa hangat kasih sayang. "Jangan ragu untuk mengabari kami jika kau mengalami kesulitan." Kini giliran Heechul yang memegang pundak Dain yang dibalas senyuman dan anggukan oleh gadis itu.

"Baiklah, Appa, Eomma. Dain pulang dulu kalau begitu." Ia menatap orang tua Asa bergantian, kemudian memeluknya sekejap lalu berjalan menuju mobilnya diikuti Asa. "Dain-a, terima kasih karena selalu mau mendengarkanku." Langkah Dain terhenti di samping mobilnya, berbalik menatap ke arah Asa. Tangan kanannya ia bawa ke puncak kepala Asa, membelainya lembut, "Apapun untukmu, Princess." Dain tersenyum kemudian masuk ke dalam mobilnya, mengendarainya untuk pulang ke Apartemen.

Asa kembali masuk ke dalam rumah, Bersiap untuk bertemu dengan Ruka. Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya, ia segera meminta sang supir untuk mengantarkannya Dream café. Di sana, sudah ada Ruka yang duduk menanti sang kekasih. Di hadapannya, tersaji segelas iced americano, segelas chocolate milkshake, dan dua piring toast. Asa yang baru tiba di café itu, mengedarkan pandangannya mencari Ruka. Dan, ketemu! Ia segera menghampiri meja tempat Ruka, duduk tanpa berkata sepatah kata pun, menunjukkan wajah merajuknya.

Ruka yang tadinya fokus menatap ponsel sambil tersenyum, terkejut dengan kehadiran sang kekasih yang sudah duduk di hadapannya. Segera ia menyembunyikan ponselnya, menampakkan senyuman yang memperlihatkan jajaran gigi putihnya pada Asa. Asa masih belum mau memberikan senyumnya pada sang kekasih.

"Sayang, apa kau marah?" dengan wajah tanpa dosa, Ruka bertanya pada Asa, Asa masih diam tak menjawab. "Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menolak permintaan temanku untuk bermain futsal kemarin. Aku janji, aku akan menebus semuanya, kau boleh meminta apapun yang kau mau padaku." Wajahnya dibuat memelas untuk meluluhkan hati Asa, matanya memandang lurus mata Asa untuk meyakinkan sang kekasih.

Asa menghela napasnya sedikit berat, berusaha menekan emosinya. "Apa Eonni bahkan merindukanku? Kita tidak bertemu selama dua minggu karena katamu kau disibukkan dengan tugas, tapi setelah selesai pun kau malah lebih memilih untuk bermain futsal dengan teman-temanmu, Eonni." Asa mencoba untuk membicarakannya dengan Ruka seperti saran Dain padanya.

Tangan Ruka terulur, meraih tangan Asa yang diletakkan di atas meja, menggenggamnya lembut. "Iya, Sayang. Maafkan aku, okay? Hum?" suara Ruka terdengar sangat lembut, berharap Asa mau memafkannya. "Aku-" Asa tercekat, kepalanya menunduk menyembunyikan air mata yang mulai menetes, "Aku hanya merindukanmu, Eonni." Isakannya kini lolos.

Ruka yang melihat sang kekasih menangis, berpindah duduk di samping sang kekasih. "Maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan menangis ya." Ruka memeluk tubuh Asa, menepuk-nepuk punggung gadisnya lembut, berusaha menenangkannya. Asa menumpahkan segala amarahnya melalui tangisan di pelukan Ruka.

Puas menangis di pelukan sang kekasih, Asa pamit untuk ke restroom, membasuh wajah dan memperbaiki dandanannya. Di cermin, terlihat mata Asa yang sembab dan hidungnya yang memerah. Segera ia keluarkan segala alat tempurnya, kemudian kembali ke meja mereka setelah selesai mematut diri.

Melihat Asa yang sudah kembali, Ruka langsung mengajaknya pergi. Mereka ke taman bermain, menaiki berbagai wahana permainan, kemudian dilanjutkan dengan berjalan-jalan santai menikmati senja. Setelah matahari kembali ke peraduannya, barulah Ruka mengantarkan Asa pulang.

Mobil Ruka kini telah terhenti di depan gerbang tinggi kediaman Asa, Ruka tidak berani masuk karena sebenarnya hubungan mereka dilarang oleh kedua orang tua Asa. Bukan karena Heechul dan Momo tidak menyukai hubungan sesama jenis, mereka hanya tidak menyukai Ruka. Seperti ada perasaan yang tidak menyenangkan setiap melihat Ruka kata mereka.

Asa belum turun karena Ruka sejak tadi menahan tangannya, kekasihnya itu hanya memandangnya dalam diam, membawanya semakin terhipnotis oleh tatapan Ruka. Ruka mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Asa perlahan, semakin dekat, sedetik sebelum bibir mereka bertemu, Asa memalingkan wajahnya. Ruka sebenarnya geram, namun ia menahannya. Dua tahun mereka menjalin hubungan kekasih, belum sekalipun Ruka berhasil mencium Asa.

Ruka kembali menjauhkan tubuhnya, membenarkan posisi duduknya. Kecanggungan tercipta di antara mereka, "Masuklah, Sayang. Ini sudah malam." Tidak ada amarah dalam nada bicara Ruka, namun ia sama sekali tidak melihat kearah Asa. "Um." Asa hanya mengangguk, kemudian keluar dari mobil Ruka, berjalan masuk ke kediamannya.

Suara mobil Ruka terdengar menjauhi kediamannya, barulah Asa berbalik menatap kepergian sang kekasih. Sebenarnya, ia juga bingung pada dirinya sendiri. Hubungan mereka tidak bisa dibilang sebentar, namun ia masih tidak bisa memberikan apa yang Ruka mau. Kontak fisik paling jauh yang mereka lakukan adalah pelukan, hanya berpelukan.

Asa memilih melanjutkan langkahnya memasuki kediamannya. Sang Ayah yang melihat kedatangannya segera menghampirinya, "Dari mana saja, anak Appa? Kenapa baru pulang, hum?" Heechul menyambutnya dengan pelukan, sesekali mengecupi puncak kepala sang anak sayang. Asa tak berani menjawab, hanya membalas pelukan sang Ayah. "Sudah pulang, Sayang? Apa kau sudah makan malam?" Momo terlihat berjalan dari arah kamar. "Belum, Eomma. Asa tidak sempat tadi."

Momo yang mendengar jawaban sang anak langsung menggandeng sang Anak menuju dapur. "Duduklah, Eomma akan siapkan makan malam untukmu." Momo mendudukkan Asa di kursi meja makan, kemudian berkutat dengan peralatan dapur menyiapkan makanan untuk Asa. Tak perlu menunggu lama, nasi goreng kimchi sudah terhidang di depan Asa. Ia menyantapnya dengan lahap ditemani Momo. Kedua orang tuanya sudah makan lebih dahulu tadi.

Setelah menghabiskan makanannya, ia berpamitan pada sang Ibu untuk masuk ke dalam kamar, membersihkan tubuhnya, kemudian tertidur.

*****

Pagi ini Asa sudah tiba di sekolah diantar sang supir, bertepatan pula dengan mobil Dain yang kini terparkir di samping mobilnya. Dain keluar, menemui Asa yang berdiri menunggunya untuk masuk ke gedung sekolah bersama. "Pak, nanti tidak perlu menjemput Asa. Aku yang akan mengantarkannya pulang." Dain berdiri di samping jendela pengemudi mobil Asa, berbicara dengan sang supir.

Sang supir yang memang sudah sangat mengenal Dain tentu tidak akan khawatir jika putri majikannya itu pulang bersama gadis bermarga Lee ini. "Baik, Nona. Akan saya sampaikan juga pada Tuan bahwa Nona Asa pulang bersama Nona Dain." Sang supir menjawab sopan, kemudian meninggalkan area sekolah untuk kembali ke kediaman keluarga Kim.

Selepas kepergian supir keluarga Kim, Dain mengulurkan tangannya, meminta Asa menggangdengnya. "Ayo masuk, sebentar lagi bell akan berbunyi." Ia Kembali menampilkan senyum teduhnya pada Asa. Asa pun dengan senang hati menyelipkan tangannya di lengan kanan Dain. Berjalan bersama menyusuri koridor sekolah menuju kelas.

Mereka berada di kelas yang sama, keduanya disambut teriakan salah seorang sahabatnya, "Yow, Aurora! Bantu aku, cepat!" Dain hanya memutar bola matanya jengah, "Haish, hey, Chiquitakoyaki! Tidak perlu berteriak! Aku tidak tuli, kau tahu?! Kau berisik sekali!" Dain balas berteriak pada Chiquita. Sementara Chiquita hanya menunjukkan cengirannya pada Dain.

"Maaf, maaf. Apa kalian tahu? Sebentar lagi akan dilaksanakan ujian akhir. Ahh, aku masih kesulitan pada beberapa materi. Rora-ya, bantu aku yaa. Kau kan siswi unggulan di sekolah kita." Chiquita memohon pada Dain, kedua telapak tangannya disatukan di depan dada, matanya menatap Dain dengan wajah dibuat sok imut.

"Ugh, ekspresimu menjijikkan. Menjauh dariku!" Dain mendorong kening Chiquita menjauh dengan telunjukkan. "Hey! Kau jahat sekali sih!" Chiquita bersungut, bibirnya dimanyunkan, dan pipinya digembungkan. Asa dan kedua sahabatnya yang lain hanya menahan tawa mendengar ucapan Dain pada Chiquita, sementara Dain sudah duduk lebih dulu di tempatnya.

"Rami-ya, temanmu itu benar-benar menyebalkan!" adu Chiquita pada gadis berambut blonde. "Salahmu sendiri, Bodoh. Kau merengek pada orang yang salah, seharusnya kau merengek saja pada Asa yang baik hati, bukan malah pada kulkas seperti Rora." Bukan tanpa alasan Rami menyebut Dain sebagai kulkas, gadis itu memang jarang tersenyum, kata-katanya seringkali dingin dan menusuk.

Tapi berbeda lagi jika sedang bersama Asa, kulkasnya akan benar-benar rusak parah. "Ahyeon-a, apa kau juga tidak akan membelaku?" Chiquita beralih menatap Ahyeon, mencari pembelaan pada sahabat mereka yang paling tenang itu. "Tidak, kali ini aku setuju dengan Rami." Ahyeon kemudian terkekeh, membuat Chiquita semakin merajuk.

Dain hanya memperhatikan mereka dalam diam, lebih tepatnya memperhatikan Asa. Matanya selalu tak bisa lepas dari wajah ayu gadis itu, hingga tak menyadari ada seseorang yang sejak tadi memandangnya juga dengan tatapan sedih.
















Huwaahhhh, maaf kalau kurang nyambung🤧🤧🤧. Ternyata bikin fan fiction gak segampang itu. Terima kasih bagi yang sudah membaca. Sejujurnya, bagi Pan-Pan yang love language-nya act of service dan physical touch, merangkai kata-kata itu cukup sulit. Tapi akan selalu Pan-Pan usahakan untuk tetap membuat cerita yaa.

Oh iya, sebenernya cerita ini awalnya mau dijadiin one shot aja, tapi ternyata kepanjangan buat jadi one shot. Namun, sepertinya juga gak sepanjang itu untuk jadi cerita dengan puluhan episode. Mungkin cerita ini akan berakhir dengan jumlah episode tidak sampai 10👉🏻👈🏻😗

Huhuhu, kemarin ada moment RorAsa di TMEA Behind. Jantungku sungguh tidak aman🥹🥹🥹

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 265 6
Labyrinth, lebih dari sekedar ruangan penuh tanya; dia adalah refleksi tentang bagaimana cinta dapat menjadi labirin emosional bagi mereka yang meras...
134K 7K 30
Aelin tidak menyangka kalau sang ibu menikah lagi dengan seorang duda, ayah Aelin meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu karena serangan jantung...
1.4K 277 5
semua hal pasti ada pengecualian.
Crush By tiv

Fanfiction

5.7K 553 5
"Kadang lupa kalau dia cewek saking gantengnya." Pharita tergila-gila sama Ruka, sampai rela melepas keanggunannya demi memikat sang pujaan hati. Dis...