Setelah perjalanan panjang mencari buku sihir yang cocok, uang yang tersisa masih cukup banyak. Dua buku sihir dan satu buku mengenai aksara Demon Rune berhasil kudapatkan. Seharusnya, ini sudah sangat cukup kan?
Aku menghabiskan waktu luang ku di Guild Adventurer sembari membaca buku sihir. Teknik elemental sihir sangat menarik perhatian ku terutama pada bagian mengenai pemanfaatan reaksi antar elemental seperti perpaduan elemental sihir lisrik dengan elemental sihir air yang menciptakan kombinasi dua serangan elemental yang menjadi satu. Buku sihir ini sangat rapuh. Jadi, aku harus berhati-hati saat membalik lembar halamannya. Aku tidak ingin merusak buku sihir ini sebelum memahami isi di dalamnya.
Buku sihir ini ternyata ditulis oleh seseorang yang penuh perhitungan dan kreatif. Jika saja aku memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menggunakan sihir. Aku pasti akan mencoba sihir elemental sesuai panduan buku sihir ini.
Di sisi lain, buku sihir mengenai kontrak spirit sangat berbeda dengan buku sihir elemental. Daripada menggunakan sihir, seseorang yang berhasil membuat kontrak spirit maka akan mendapat kekuatan spirit dan mampu menggunakan sihir spirit berdasarkan atribut spirit. Itu artinya jika aku berhasil melakukan kontrak dengan spirit maka aku bisa menggunakan sihir spirit tanpa memiliki kapasitas dan kemampuan menggunakan sihir. Ini sangat efisien dan mengerikan, untung saja hanya ras Demon saja yang memiliki pengetahuan seperti ini. Terlebih, ritual kontrak spirit menggunakan bahan katalis yang sulit ditemukan seperti tulang naga, sisik wyvern, tulang kepala kobold, dan sebagainya.
Aku belum pernah melakukan test mengenai kapasitas sihir ku karena Ayah ku tidak mengijinkan ku keluar rumah. Jadi, aku tidak tahu apakah diri ku bisa menggunakan sihir atau tidak. Dengan buku sihir ini, tidak ada salahnya jika melakukan kontrak dengan spirit kan? Secara teori, spirit tidak masuk ke dalam kategori sihir.
Aku menutup kedua buku sihir itu. Saat ini, meja yang ku tempati merupakan bekas meja makan siang kami. Setelah makan siang selesai, Mio memangku tubuh ku dan menemani ku membaca buku sihir. Karena jam makan siang telah berakhir, Ibu Mio pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Nee.. Mio, apa tulang naga sangat mahal?" tanya ku.
"Tulang naga? Itu sangat mahal Lily-sama. Jika tidak salah, kualitas tulang naga yang buruk pun berkisar antara 100 Koin Perak hingga 1 Koin Emas" jawab Mio.
"Itu artinya aku hanya bisa membeli beberapa tulang naga dengan uang yang tersisa dan mengandalkan keberuntungan untuk kualitasnya yang buruk atau bagus."
"Lily-sama, apa yang ingin Lily-sama lakukan dengan tulang naga?"
"Hanya memenuhi rasa penasaran ku saja."
"..." Mio terdiam.
"Rasanya seperti Lily-sama menyembunyikan sesuatu dari ku" Mio menggembungkan pipinya dan mengalihkan pandangannya dari ku. Posisi tubuh ku duduk di atas pangkuan Mio, tapi saat berbicara mata kami saling bertemu. Itu sedikit aneh jika Mio memalingkan wajahnya dari ku.
"A-Ah.. ini untuk Alice dan Alyssa. Buku sihir yang ku baca adalah buku sihir mengenai kontrak spirit. Untuk melakukan kontrak spirit diperlukan bahan katalis yang tepat seperti tulang naga dan semacamnya."
"Kontrak spirit?" tanya Mio yang keheranan.
"Tunggu sebentar! Lily-sama bisa membaca tulisan ini?" lanjut Mio.
"Eng? Awalnya aku memang kesulitan tapi setelah mengerti beberapa baris kata-kata. Aku bisa memahami tulisan di dalamnya."
"I-Itu sangat luar biasa, Lily-sama. Mungkinkah Lily-sama orang yang jenius?"
"Eh? Apa sesulit itu mempelajari kalimat asing?"
Jika itu adalah pengetahuan langsung yang diberikan sang Dewi, aku tidak mungkin mengucapkan pertanyaan itu. Tapi, jika berbicara mengenai aksara Demon Rune yang perlu dipelajari. Beberapa lekukan dan simbol Demon Rune memiliki ciri khas tersendiri. Aksara Demon Rune dan alfabet manusia tidak jauh berbeda, hanya berbeda huruf dan simbol yang digunakan namun penempatan arti kalimat masih menggunakan bahasa manusia.
Apakah Demon Emperor ini sengaja melakukannya supaya umat manusia mempelajari aksara Demon Rune?
Atau Demon Emperor ini sengaja melakukannya untuk memperkenalkan eksistensi dari sebuah spirit?
"Nee, Mio.. apa kau pernah mendengar tentang spirit sebelumnya?" karena penasaran, aku pun bertanya kepada Mio.
"Spirit? Jika tidak salah pernah ada sekelompok petualang yang bertemu dengan mereka tapi kebenaran dari cerita itu masih dipertanyakan karena eksistensi spirit yang sulit dibuktikan."
"Hmm.. itu memberi ku ide kecil. Bukankah hari ini adalah hari ulang tahun Ibu Mio? Boleh aku memberi hadiah kecil untuk Ibu Mio?"
"T-Tidak perlu repot-repot seperti itu Lily-sama. A-Aku akan kerepotan jika hadiah itu sangat berharga."
"Tidak apa-apa, ini sebagai rasa terima kasih karena telah membantu ku sebelumnya."
Aku tidak mendengar jawaban dari Mio melainkan tingkah Mio yang memalingkan mukanya.
"Lily-sama..." Mio kembali menatap ku.
Eh? Kenapa ini? Rasanya aku seperti melakukan suatu hal yang salah.
"A-Apa aku boleh mencium Lily-sama seperti Mama?"
"Hue?" aku hanya bisa terheran-heran mendengar pertanyaan Mio.
"Em! Tidak masalah!" jawab ku.
Aku segera menyerahkan pipi ku ke Mio. Berbeda dari Ibu Mio, jantung ku berdegup kencang saat wajah Mio mendekati ku. Perasaan ini jauh berbeda dari sebelumnya dan sedikit memalukan.
"M-Mioo.. Umph!!"
Eh? Bukankah ini sedikit salah? Ibu Mio hanya mencium pipi ku tapi kenapa Mio mencium bibir ku?
Aku sedikit merasakan tangan Mio yang memegang pipi ku. I-Ini tidak buruk juga dan aku menyukai sisi Mio yang lembut ini. Di atas pangkuan Mio, ciuman lembut seperti ini sangat sulit untuk dilakukan tapi aku tidak mempermasalahkannya.
Aku bisa mendengar sekelompok petualang yang berbisik kecil di sekitar kami, namun Mio menghiraukan mereka dan melanjutkan ciuman kami.
Setelah puas, Mio perlahan melepas ciuman kecilnya dan memeluk erat tubuh ku.
"Lily-sama.." menghiraukan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mio memeluk erat tubuh ku hingga pukulan kecil menghantam kepala Mio.
"Hauu!! Siapa yang memukul ku?! Oh! Mama.." Ibu Mio berdiri di belakang Mio.
"Sudah puas?" tanya Ibu Mio dengan nada yang dingin.
"Huh?" Mio sedikit kebingungan dengan pertanyaan Ibunya.
Mio menyadari tatapan dan senyuman orang-orang di sekitarnya hingga rona merah menghiasi wajahnya.
"Eh.. bukankah aku sudah menjadi milik Lily-sama??" balas Mio dengan menahan rasa malunya.
"Itu benar sih, tapi jangan lakukan di tempat umum!" balas Ibu Mio dengan nada tinggi.
"Lily-sama memang imut tapi tolong tahan sikap predator mu itu dan jangan beri mereka imajinasi yang aneh!" lanjut ucapan Ibu Mio.
Imajinasi yang aneh?
Apa maksudnya?
Aku menyadari arti dari ucapan Ibu Mio. Di sekeliling kami, beberapa petualang tersenyum ke arah kami. Ekspresi terkejut, tersenyum, hingga menahan rasa malu terukir di wajar mereka.
Saat itu juga, rasa malu mulai menyerang ku. Aku memalingkan wajah dan menutup wajah ku ke dada tubuh Mio. Aku sedikit memeluk erat tubuhnya.
"Hyaaa! Lily-sama!" Mio terkejut saat aku memeluk erat tubuhnya.
"Ekhem! Lily-sama.." Ibu Mio bergerak ke samping ku.
"Jika tempat ini terasa tidak nyaman, Lily-sama bisa menggunakan ruangan pribadi yang tersedia."
Aku menggelengkan kepala ku.
"Aku suka tempat ini" balas ku sembari membenamkan wajah ku di dada Mio lebih dalam lagi.
"Uguh!!" Ibu Mio tiba-tiba memegang dadanya.
"Apa ini? kenapa sangat imut seperti ini? I-Ini memang salah tapi.. entah kenapa aku tidak ingin membuang pemandangan ini" gumam Ibu Mio.
Mio membelai rambut ku secara perlahan, tubuh ku terasa nyaman dan mulai mengantuk.
"Mmph.. Fuaah!!" aku sedikit menarik nafas panjang dan mencium aroma tubuh Mio.
Kelopak mata ku terasa berat dan elusan lembut yang diberikan Mio membuat ku semakin mengantuk. Belaian lembut Mio terasa sangat nyaman dan ingin rasanya aku tertidur dalam pelukannya.
Jika aku tertidur dalam pelukan Mio, itu tidak apa-apa kan?
Aku menyerah oleh rasa kantuk ku dan terlelap tidur di dalam pelukan hangat Mio.
"Lily-sama.." Mio tetap membelai rambut ku hingga diri ku terlelap tidur.