Hellow guys
Yuhuuu....
Aku balik lagiii
Ada yang kangen??🤭
Happy Reading 🪄
_____________
Seorang pria kisaran umur 26 tahun berjalan menghampiri atasannya dengan raut wajah gelisah.
"Ada apa?" Tanya pria yang sedang duduk di bangku khusus miliknya dengan alis terangkat sebelah.
"Maaf tuan, salah satu karyawan melakukan korupsi pada uang perusahaan." Pria itu gelisah, takut jika atasannya marah kepadanya karna kelalaian nya. Nama pria itu Reza.
"Pecat karyawan itu! Dan jangan biarkan dia bekerja di manapun itu!"
Ucapan tegas itu membuat reza langsung pamit keluar mengatasi kasus itu. Aura yang dikeluarkan atasannya memang sangat seram jika sedang marah.
Ariendra Devano Dhaxawara. Anak tunggal dari pasangan Indri Wulandari dan Gaza Dhaxawara.
Devan pria tampan pewaris harta keluarga Wiratama. Sifat yang dingin serta cuek membuat para wanita tertantang mendapatkannya. Wajah yang terpahat sangat sempurna tetapi sampai sekarang belum memiliki pasangan. Bukan karna tak laku, tapi memang devan orangnya masa bodoh, pria tampan itu lebih memilih fokus pada perusahaan nya.
Keluarga Dhaxawara adalah keluarga yang terpandang. Perusahaan mereka sukses sampai ke luar negri dan memiliki banyak cabang. Perusahaan Dhaxawara juga menduduki perusahaan terbaik di Indonesia.
☆☆☆
Malam hari dihiasi bintang serta bulan yang memancarkan cahayanya, terdapat seorang gadis yang melihat pantulan dirinya depan cermin.
Dress putih selutut yang membaluti tubuh mungilnya sangatlah indah, ditambah dengan rambutnya yang tergerai.
(Contoh dress nya)
Gadis itu ialah Haura. Entah kenapa malam ini ayahnya yaitu Hendra menyuruhnya memakai dress ini, dan Haura juga bingung mengapa malam ini sikap ayahnya terasa berbeda?
Ayahnya memberitahunya jika malam ini ia akan memperkenalkan Haura dengan sahabatnya. Haura bingung, mengapa tiba-tiba sekali? Dan gelagat ayahnya juga terasa aneh.
Haura hanya berpikir positif tentang hal itu, lagipula hanya perkenalan kan?
Tinn!
Suara klakson mobil terdengar dari luar rumahnya. Haura berjalan keluar dan mendapati mobil pajero yang terparkir di depan rumahnya.
"Sopir sahabat ayah udah sampai, buruan siap-siap kita berangkat." Suara Hendra terdengar dari arah belakang, Haura menoleh.
Tanpa membantah Haura berjalan masuk ke kamarnya untuk mengambil tas.
Mereka mulai meninggalkan perakaran rumah Haura. Haura memandangi luar jendela mobil, mengapa perasaannya jadi tidak enak?
☆☆☆
Mobil pajero memasuki area hotel tepat pukul 20.43 malam. Haura turun dari mobil, melihat sekitar dengan dahi mengernyit bingung. Kenapa pertemuannya di area hotel?
"Ayah, kita gak salah tempat kan?" Tanya Haura.
Hendra menggeleng sambil tersenyum, "tidak, memang disini tempatnya."
Mereka berdua dituntun oleh supir menuju tempat dimana sahabat Hendra berada. Mereka memasuki lift, Haura bisa melihat si supir memencet tombol angka 9 yang berarti mereka akan pergi ke lantai 9.
Haura mulai keringetan, kenapa perasaannya makin tidak enak. Lagipula jika hanya pertemuan biasa pasti tempatnya bukan dihotel. Haura memberanikan diri bertanya pada Hendra.
"Sahabat ayah namanya siapa? Kenapa pertemuannya di hotel? Kenapa enggak tempat yang lain aja?"
"Kamu nggak usah banyak tanya! Ikut saja dengan ayah."
Haura diam tapi tidak dengan pikirannya. Semoga Tuhan selalu melindungi dirinya dimana pun ia berada.
Mereka telah sampai di lantai 9. Haura berjalan sambil melihat-lihat sekitar, Interior hotel ini sangatlah mewah.
Sang sopir dan Hendra berhenti di depan sebuah kamar, lantas Haura ikut berhenti. Haura memandangi Sang ayah dengan bingung?
"Ayah k- hmppp!"
Tiba-tiba datang dua orang berbadan besar dari arah belakang, mereka menutup mulut Haura dengan sapu tangan sambil menyeretnya menuju ke dalam kamar. Haura berusaha memberontak namun hasilnya nihil, tenaganya tak cukup kuat untuk melawan dua orang itu.
Hendra hanya menatap putrinya dengan senyum miring.
Dirinya didorong paksa memasuki kamar itu, dua orang itu keluar dan mengunci kamar itu.
Haura bisa melihat pria tua yang duduk di sebuah sofa sambil meminum segelas minuman, mungkin alkohol. Pria tua itu menatap Haura dengan tatapan laparnya. Umur pria tua itu mungkin seumur dengan ayah tirinya.
Joseph, pria tua itu berjalan mendekat ke arah Haura yang berada di dekat pintu.
Haura berjalan mundur tapi sialnya punggungnya terbentur tembok. "Jangan dekati saya!"
"Tenang, om gak akan nyakitin kamu kok."
"Ayah kamu sudah menjual kamu kepada saya, jadi puaskan saya malam ini!" Lanjutnya.
Haura tak bisa lagi membendung air matanya kala Joseph semakin dekat dengannya.
"TOLONGG!!" Teriak Haura, berharap ada seseorang yang mendengarkan nya dari luar dan menolongnya. Namun nihil, tak ada satupun yang bisa membantunya sekarang.
Tuhan tolongin Haura, Haura takut.
"Gak usah teriak, lagian tidak akan ada orang yang bisa menolongmu."
Secepat kilat Haura menendang perut Joseph saat pria itu ingin menyentuhnya. Haura berlari menghindar dari pria tua itu.
"Kamu tidak akan bisa lari! Pintu kamar ini sudah dikunci, jangan buang tenaga mu untuk kabur, kita nikmati saja malam ini." Joseph mencekal pergelangan tangan Haura dengan kuat dan menyeretnya menuju kasur.
Haura yang diseret secara paksa langsung mendorong pria tua itu ke tembok hingga punggungnya terbentur dengan keras.
Haura melihat sekitar, terdapat kunci yang berada di atas nakas dekat dengan kasur. Kunci itu pasti kunci kamar yang sekarang ia tempati. Tanpa berlama-lama, Haura dengan gerakan kilat mengambil kunci itu dan berusaha membuka pintu kamar dengan tangan yang bergetar.
Joseph yang melihat itu tak tinggal diam, pria tua itu berlari dan menjambak rambut Haura dengan kuat.
"Akkkh... LEPASIN!!"
"TIDAK! SAYA TIDAK AKAN MELEPASKAN MU!"
Tak ada jalan lain, Haura menendang paha pria tua itu dan berhasil kabur. Gadis dengan dress putih itu berlari menuju lift, ssekali menoleh kearah belakang.
Haura keluar dari hotel dengan rambut serta dress nya yang acak-acakan.
"Hiks, kenapa ayah jahat banget sama aku? Kenapa hiks.. ayah tega jual aku? Kenapa? Hiks..."
"Tuhan, kapan aku bahagia?" Ucapnya. Haura merasa kehidupannya terlalu pahit, ia juga ingin mendapatkan kebahagiaan.
Haura berjalan tak tentu arah dengan air mata yang senantiasa membanjiri pipi mulusnya.
Dari arah berlawanan, sebuah mobil hitam melaju dengan cepat. Haura seolah-olah tak peduli dengan hal-hal disekelilingnya. Gadis itu berada tepat di tengah jalan hingga...
BRAKK...
____________
Hehehe, gimana sama part ini?🙂
Next?
Follow akun wp author serta ig sama tiktok!
Tiktok: @nnsy.nun
Ig: @wp.syafitrah29
Sampai jumpa di chapter berikutnya
Babayyy🤍