Kakinya dipijakkan mantap tanpa ada rasa keraguan seperti kemarin. Mungkin masih ada sedikit rasa ragu yang tersisa, tapi itu segera sirna kala netranya menangkap satu sosok yang berhasil buat ia tidur tak nyenyak semalam.
Nirei perlahan lebih mendekati toko lemonade yang terlihat ada beberapa pengujung sedang menikmati minuman mereka sambil bercakap ria. Pun terlihat juga sang gadis pujaan yang tengah mengerjakan sesuatu di tempatnya.
Tatkala kakinya sudah berpijak di depan tempat biasa orang memesan apa yang diinginkan, (Name) alihkan maniknya karena mengira ada pelanggan lain yang harus dipenuhi pesanannya.
"Selamat datang, apa yang ingin—" Kalimatnya terhenti. Bagai terputus sendiri setelah menemukan bahwa Nirei lah yang ada di hadapannya saat ini. "Nirei, ternyata kamu!" Kalimat sebelumnya tak dilanjut dan kebih pilih keluarkan kosakata baru.
Sang pemuda tak mau ambil kesimpulan sendiri, tapi baginya saat ini, wajah (Name) yang Nirei lihat saat ini diselingi rasa antusias begitu mata mereka bertemu di satu titik. Tapi sang pemuda hanya bisa berharap apa yang dilihatnya itu adalah fakta yang benar-benar nyata. Karena dia juga merasakan kembali gemuruh di hatinya ketika melakukan kontak mata dengan yang perempuan.
"Aku kira kamu terluka atau semacamnya karena sebuah perkelahian, makanya kemarin kamu tidak datang ke sini." Sang gadis mulai buka suara mengetahui Nirei yang belum mengatakan satu patah pun kata.
"Tapi sepertinya kamu baik-baik saja." Ada hentakan rasa lega dari dalam hati (Name) begitu menatap wajah pemuda yang tak terdapat luka.
Melihat sikap (Name) yang justru mengkhawatirkan dirinya, mulut Nirei tak terkatup melainkan sedikit terbuka. Bola matanya sedikit melebar begitu mendengar penuturan dari sang lawan bicara.
Rasa pundung dan keraguan di dalam hatinya kemarin buat ia jadi merasa bersalah sekarang. Dia benar-benar payah, begitu pikirnya.
"(Name)-san, maaf," lontar Nirei tanpa merespon kalimat dari sang gadis sebelumnya.
Yang dimintai maaf seketika terheran. Tak mengetahui apa kesalahan yang sekiranya dibuat oleh yang ada di hadapan.
"Eh, kenapa kamu tiba-tiba minta maaf?" tanya sang gadis seraya memiringkan sedikit kepalanya.
Tekadnya sudah bulat. Keraguan hatinya telah sirna. Hatinya ingin memberi penjelasan yang sebenar. Karena itu, Nirei angkat suara.
"Kemarin saat aku ingin memberikan sayuran padamu yang dititipkan Umemiya-san, aku tak sengaja melihatmu berpelukan dengan seorang laki-laki di tokomu," jelas Nirei mulai merangkai kata untuk jadi sebuah penjelasan.
"Begitu melihat pemandangan itu, kakiku bagai menempel di tanah dan tak bisa bergerak mendekat. Dan tanpa aku sadari, aku menitipkan pemberian Umemiya-san pada temanku dan berlari menjauh dari sana." Alisnya berkerut kala mengingat kembali hal payah yang sudah ia lakukan tanpa pikir panjang.
Belum sempat merespon kalimat yang diucapkan oleh sang pemuda, Nirei membuat sebuah pengakuan yang selama ini ia tutupi.
"(Name)-san, aku m-menyukaimu! makanya aku cemburu saat melihatmu berpelukan dengan laki-laki lain yang tidak aku kenal." Kalimat ini buat (Name) sungguh buat jarak antara bibirnya. Otomatis terbuka sebagai antisipasi rasa kejutnya.
"Maka dari itu maafkan aku yang tidak berpikir panjang dan justru memilih untuk menghindar!" Kali ini ia tundukkan tubuhnya sebesar empat puluh lima derajat tepatnya. Membuat (Name) kian terkejut dengan apa yang sang pemuda lakukan setelah berujar panjang lebar.
Ingin memperjelas apa yang sepertinya disalahpahami, (Name) kemudian lemparkan kata. "Nirei, tolong angkat kepalamu.." tutur sang gadis dengan perasaan sungkan. Yang diminta lantas mengangkat kepala terlebih dahulu untuk menatap ke arah yang perempuan.
"Sepertinya kamu salah paham. Laki-laki yang kamu lihat berpelukan denganku kemarin adalah kakakku yang baru saja pulang dari Amerika," ungkap (Name) ingin meluruskan hal telah buat salah paham. "Kami sudah cukup lama tidak bertemu. Aku terkejut karena dia tiba-tiba mendatangi tokoku, kemudian aku memeluknya saat itu juga."
Tubuh Nirei tegap sepenuhnya. Tak menyangka dapatkan sebuah penjelasan yang buat hatinya lega seketika. Seluruh rasa tegang yang sedari tadi ia rasakan langsung sirna usai dengarkan penuturan sang lawan bicara.
"Benarkah itu yang sebenarnya terjadi..?" Suaranya terdengar ragu, tapi itu hanya pertanda kalau Nirei terlampau senang karena pernyataan yang diberikan. Untuk sebuah jawab, sang gadis berikan anggukan singkat. Menjadi tanda bahwa dia mengiyakan apa yang ditanya.
Terjadi adegan Nirei yang menatap lamat ke arah (Name) dengan wajah yang tak bisa diterka. Tapi sepertinya ia hanya bingung harus bereaksi apa setelah mengetahui semua yang ia rasakan adalah sebuah kesalahpahaman.
"Dan tentang kamu yang menyukaiku.." (Name) tundukkan kepala serta kecilkan volume suara. "Itu artinya perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, kan?"
Disekon tersebut maniknya kian melebar. Tak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Degup jantungnya kali ini bukan karena gemuruh akibat rasa cemburu, melainkan rasa bahagia yang tak terkira banyaknya.
Ini adalah akhir bahagia yang selalu Nirei impikan selain bertemu dengan sosok idola yang ia tulis di buku kecilnya, yakni perasaan yang berbalas dengan pujaan hatinya.
End.