Sinar mentari mulai muncul di ufuk timur, lambat laun sinar hangatnya menembus diantara tirai kamar tidur. Hingga membuat sang pemilik kamar mulai terbangun dari tidurnya, tak berselang lama terdengar suara dering dari ponselnya.
Dengan perlahan jari jemarinya menekan layar ponsel dan memperlihatkan waktu sudah menunjukkan pukul 05.30. kicauan burung di atas atap rumah membuatnya tersadar bahwa saat ini waktu telah pagi
Perlahan kelopak matanya menampilkan kedua manik ruby merah yang amat indah jika dilihat dari dekat, tatapannya tertuju ke cermin yang terpajang di sampingnya. Memperlihatkan wajah rupawan dibalik rambut poni yang berantakan karena tidurnya sungguh pemandangan indah-
"Abang, ini Gemy"
"Buka aja" ucapnya melihat ke ambang pintu dan memperlihatkan rupa adik ketiganya yang menatap dirinya dengan senyum kecilnya
"Abang ayo turun, yang lain udah nungguin abang dibawah" ucap pemuda bermanik gold yang menatap wajah kakak sulungnya sedang tersenyum tipis kearahnya, Gempa Keandra Crystasia Louis
"Iya" ucap Halilintar membalas senyum manis adiknya dengan senyum tipis, perlahan Halilintar beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual pagi
"Gemy tunggu dibawah"
.
.
.
.
.
.
.
"Kak Aze!!, itu ayam Thornie!!" Teriak pemuda bermanik zamrud, ia meneriaki kakaknya yang tiba-tiba mengambil bagian lauknya hanya karena tersisih di tepi piring, Hyandra Thornion Louis
"Bukannya tadi ga mau?" Tanya pemuda bermanik saffron, ia menatap wajah adiknya yang duduk berhadapan dengannya, Blaze Gavandra Louis
"Siapa yang bilang?" Tanya Thorn menatap kesal ke arah Blaze yang menatapnya dengan tenang
"Abang sendiri"
"Yee ngarang!!"
"Pagi semuanya" sapa pemuda bermanik azure menyita perhatian kedua adiknya yang bertengkar karena sepotong ayam, Taufan Verandra Louis
"Kak ufannn, tuh Kak Aze" sahut Thorn menunjuk ke Blaze, si empu sendiri tidak peduli
"Emangnya ada apa?" Tanya Taufan melihat Thorn yang menatap dirinya dengan mata sedikit berkaca
"Itu tadi ayam- AYAM KUUU!!!" Teriak Thorn melihat sepotong ayamnya dicuri oleh hewan berbulu berkaki empat dengan tenang menarik satu potong ayam dari meja
"Ini masih pagi, berisik!" Celetuk pemuda bermanik arctic, ia bersandar di sofa dengan menatap datar ke arah mereka bertiga, Avandra Icellian Louis
"Ga terima!!, Ayam Thorn dimakan kucing!!!" Teriak Thorn menatap sedih kearah kucing berambut cokelat dengan santai memakan potongan paha bawah ayam
"Bukannya tadi udah?" Tanya pemuda bermanik silver, ia menatap wajah Thorn yang mulai mengembung layaknya balon, Biandra Solarian Louis
"Itu bonus dari kak Gem..."
"Udah, ini ambil punya Solar" ucap Solar memberikan sepotong ayam ke piring Thorn
"Eh!?, Solar sendiri?" Tanya Thorn menatap adiknya yang memberikan sepotong ayam dengan percuma
"Udah gapapa, Solar udah kenyang" jawab Solar menepuk pundak Thorn untuk menenangkannya daripada membangunkan singa yang tenang
"Eh ada apa ?" Tanya Gempa yang baru saja menuruni anak tangga
"Gapapa kak, tenang aja" ucap Blaze menyerobot Thorn yang ingin mengeluarkan suara, dengan kesal Thorn menggembungkan pipinya
"Begitu..."
Kini ke-enam pemuda berkumpul bersama di satu meja, menyisakan satu kursi. Tak lama mereka mulai berbincang untuk rencana hari ini, hingga tak menyadari akan kedatangan seseorang yang mereka tunggu-tunggu
"Abang ayo sarapan bareng" ucap Thorn menatap Halilintar yang masih fokus mengancingkan jasnya.
Tanpa banyak kata Halilintar menduduki kursi kosong tersebut dan menatap ke-enam adiknya secara sekilas
"Biar gue yang antar bungsu" ucap Taufan memberi tau Halilintar
Anggukan kecil dari Halilintar menjawab pertanyaan Taufan, lantai ia mempersilahkan ke-enam adiknya untuk memulai sarapan
Waktu berjalan dengan tenang, hanya ada dentingan alat makan yang saling bertubrukan. Tak ada satu patah kata yang terdengar dari mereka bertujuh
"Gue duluan" ucap Halilintar sejenak menatap kearah adik-adiknya lalu beranjak pergi dari tempat untuk menuju ke depan
"Hati-hati" sahut Gempa menatap punggung Halilintar dari arah dapur
"Nah, ayo kita berangkat" ucap Taufan mengambil kunci motor dari arah laci
"Biar kita yang antar bungsu, jam matkul masih lama. Kalian duluan aja" ucap Blaze seraya merangkul adik bungsunya yang terlihat menahan amarahnya karena merusak rambut yang baru saja ditata rapi
"Ah oke, ayo Gemy" ucap Taufan menarik lengan adiknya menuju kedepan
"Eh- abang!"
"Awas jangan ngebut, atau gue pukul" sahut Solar menoleh kesamping menatap bengis kearah Blaze
"Iya bocil" jawab Blaze dengan menyunggingkan senyum jahilnya tanpa sadar
"Ayo kak, nanti kita telat" ucap Thorn menarik lengan Ice untuk berjalan kedepan
"Ga ad yang ketinggalan kan?, gue ogah muter balik kl ad yang ketinggalan" ucap Ice menatap kedua bungsu dengan cermat
"Iya ga ada"
"Baguslah, ayo"
.
.
.
.
.
.
"Abang, nanti Gemy pulang sendiri aja ya" ucap Gempa yang berjalan disamping Taufan
"Gapapa?, abang bisa tungguin kalau mau" pinta Taufan menatap wajah Gempa yang berada disampingnya
"Iya Abangg" jawab Gempa tersenyum manis lalu menepuk pelan puncuk kepala Taufan sedikit berjinjit. "Ugh- abang tinggi"
Ukiran senyum tersungging di wajah Taufan, dengan gemas mencubit pipi Gempa yang menggembung layaknya balon
"Aw sakit abang"
"Adek siapa sih ini?" Ucap Taufan sambil mencolek pipi tembem Gempa dengan gemas
"Abangg" ucap Gempa mencoba menghentikan aksi Taufan yang masih saja memainkan kedua pipinya. "Udah sana masuk ke kelas Abang!!, jangan mainin pipi Gemy!!" Sahut Gempa mendorong pelan Taufan agar menjauh
"Iya Gemy sayang, abang duluan" ucap Taufan mengambil jatah kecupan di pipi Gempa, dengan cepat Taufan melarikan diri dari amukan beruang kecilnya
"ABANG UPANN" teriak Gempa dengan wajah merona merah karena mereka di lorong kampus banyak mahasiswa yang lalu-lalang.
'Ugh- sakit' batin Gempa sendikit merintih saat menyentuh area lengan atasnya, kedua matanya sedikit terbelalak setelah merasakan sesuatu yang basah mengenai kemeja putihnya. Dengan segera Gempa berjalan ke arah kamar mandi untuk melihatnya, mungkin perbannya terbuka lagi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Selamat pagi tuan" ucap orang-orang yang bertemu dengan Halilintar di area kantornya
"Pagi tuan Halilintar" ucapan demi ucapan seringkali menyambut Halilintar yang menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya
Halilintar sendiri tak mempedulikan sapaan yang tiap kali ia berjalan selalu terdengar, tak semua sapaan yang terlontar itu tulus
"Maaf tuan, hari ini ada meeting antar perusahaan. Apakah tuan akan menghadirinya?" Tanya seorang wanita yang menjabat menjadi sekretarisnya dengan genggaman tangan membawa beberapa berkas
"Jadwalkan" ucap Halilintar tanpa menoleh ke sekretarisnya
"Baik tuan, untuk sekarang ada beberapa berkas yang perlu di lihat ulang. Sudah saya bawakan ke ruangan anda, apa perlu saya bantu?" Tanyanya menawarkan bantuan
"Tidak" tanpa banyak basa-basi Halilintar melangkah cepat ke ruangannya dan mengunci dari dalam, dengan kasar Halilintar menduduki sofa dan melirik ke arah mejanya terdapat tumpukan berkas dan map yang cukup tebal
Helaan nafas pendek membuat Halilintar segera mengambil sebagian berkas untuk memeriksanya, ada banyak yang harus diperiksa ulang. Dari penambahan karyawan hingga fasilitas kantor, dari lantai basement hingga lantai 20. Semua itu perlu di periksa agar mempertahankan nilai perusahaannya ketika dikunjungi dari perusahaan lain
"Lembur lagi" lirih Halilintar menatap map di genggamannya
.
.
.
.
.
.
.
"Kita duluan" ucap Blaze menepuk pelan kedua bahu adiknya dan tersenyum
"Iya kak" jawab Thorn ikut tersenyum saat menatap Blaze
"Hati-hati" ucap Ice sebelum menyusul langkah Blaze yang mulai menjauh
Kedua bungsu menatap punggung kedua abang kembarnya yang kian lama menghilang tersisa mereka berdua di tepi lapangan.
Tak butuh lama mereka mendekati salah satu mading untuk mencari nama mereka, hal wajar tiap kenaikan kelas pasti akan di acak dengan kelas lain
"Yah ga sekelas" ucap Thorn menatap mading didepannya lalu menoleh ke arah adik kembarnya
"Udah, jangan sedih. Solar gapapa" ucap Solar menatap Thorn lalu tersenyum kecil
"Tapi..."
"Iya gapapa, kalau gitu Solar duluan" ucap Solar melihat sekilas sebelum berbalik arah dan berjalan menuju kelasnya
"Hati-hati Solar, waktu istirahat Thorn ke kelas Solar" ucap Thorn dibalas dengan lambaian tangan. 'Thorn yakin Solar bisa' batin Thorn menatap punggung Solar yang kian lama menjauh dari kerumunan orang
"Gue harus bisa" lirih Solar menatap kedua tangannya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
____________________________________________________________________________
Next > 002
"Gemy dimana?"
"Bagaimana dengan tawaran ku?"
"Aze, hentikan"
"Eh Solar ga ada di kelasnya?"