Wedding Planner

By vikyauliasafitri

380K 20.7K 115

Apa jadinya jika kamu menyukai orang yang akan menyiapkan pernikahanmu? Itulah yang dirasakan Kean Mardika. I... More

Bab 1 (Gorgeous)
Bab 2 (Stalker)
Bab 3 (Forgive Me)
Bab 4 (Wedding Dress?)
Bab 5 (Jealous?)
Bab 6 (Jealous)
Bab 7 (It's Oke It's Love)
Bab 8 (Secret)
Bab 9 (He is Mine)
Bab 10 (I Hurt her)
Bab 11 (Give Up)
Bab 12 (Tired)
Bab 13 (I Love Her)
Bab 14 (Someone New?)
Bab 15 (Finally)
Bab 16 (He Come Back Again?)
Bab 18 (Finally We Married!!!)

Bab 17 (I Catch You)

18.2K 921 5
By vikyauliasafitri

Kean Mahardika POV

" Akan kubuktikan bahwa aku benar-benar milikmu."

Dua hari sudah aku menggoda Gheana. Aku masih ingat wajahnya yang gugup ketika kami bertemu di halte. Aku sengaja mengikutinya setiap hari, menunggu celah untuk menemuinya. Saat melihat ia tak pulang dengan Adrian aku tentu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang langka.

Aku juga masih ingat ketika ia terkejut ketika aku menyambangi kantornya dan menyapanya. Bahkan aku masih ingat wajahnya tak henti-hentinya menatapku ketika aku keluar dari ruangan Adrian. Aku senang ia masih memperhatikanku.

Kemarin aku sengaja bertemu dengan Adrian dan bilang mengenai semuanya. Aku bilang aku akan mengejar Gheana sebagai laki-laki single. Aku juga bilang padanya bahwa aku telah putus dengan Diana.

Respon Adrian tak terduga, ia yang biasanya kalem dan penuh dengan kesan misterius tiba-tiba marah. Ia bilang ia akan mempertahankan Gheana tak peduli jika aku akan merebutnya. Aku tau ini benar-benar jahat karena merebut orang yang dicintai temanmu. Tapi aku tak punya pilihan, aku tak mau kehilangan perempuan yang aku cintai untuk kedua kalinya.

***

Aku : Hai, aku harap kamu punya satu hari makan siang denganku

Gheana : Aku sudah bilang selamanya akan makan siang dengan Adrian.

Aku : Tapi aku tak melihat Adrian di meja makanmu :)

Aku melihat Gheana melirik kesana-kemari mencariku. Aku tersenyum padanya dan melambaikan tangannya padanya ketika kedua matanya menangkap sosokku. Wajahnya memerah karena ketahuan berbohong.

"Jadi kemana Adrian?" aku menggodanya untuk kesekian kalinya.

"Dia sibuk" ucapnya tanpa mau menatap kedua mataku.

"Jadi bisa makan siang bersamaku" ia menggeleng tapi aku akan tetap makan siang bersamanya.

"Jika begitu tak ada pilihan lain selain memaksamu untuk makan bersamaku. Aku tak suka penolakan" aku mengedipkan sebelah mata membuat matanya membulat.

"Ah ya aku ingin memberitahu sesuatu yang mengejutkan" aku melihat wajah Gheana yang tampak penasaran dengan apa yang akan selanjutnya aku katakan.

"Aku sudah putus dengan Diana" aku mengangkat tangan kiriku dimana dulu ada cincin yang terukir namaku dan Diana. Ia tampak schok tapi hanya sebentar.

"Aku tak menyangka seseorang yang baru saja putus terlihat begitu bahagia" ucapnya sarkartis.

"Tentu aku bahagia karena aku akan mendapatkanmu kembali" ia mengerutkan keninganya mendengar aku bicara seperti itu.

"Kamu sudah tau dengan pasti bahwa aku sudah bertunangan dengan Adrian" jawabnya yang memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Kalo begitu aku tak keberatan menjadi laki-laki keduamu" ia tersedak karena aku bicara seperti itu saat ia tengah meminum.

"Kamu benar-benar gila" umpatnya dihadapanku dan aku hanya tersenyum.

"Aku tau kamu masih menyimpanku dalam hatimu dan aku akan merebutmu dari Adrian seperti kamu merebut aku dari Diana" aku mengangkat kedua bahuku seolah tak peduli dan reaksi dari Gheana hanya geleng-geleng kepala secara dramatis.

***

Aku : Bagaiman tawaranku tadi siang

Gheana : Aku tak suka dengan tawaranmu

Aku : Kalo begitu bagaimana jika aku menawarkan menjadi laki-laki utamamu dan menjadi calon suamimu?

Gheana : Aku lebih tak suka dengan tawaranmu yang satu itu

Aku : Jadi, kamu memilih tawaran pertama? Menjadikan aku laki-laki keduamu?

Gheana : Aku tak pernah suka dengan semua tawaranmu

Aku : Kamu harus memilih salah satu

Gheana : Kamu takan pernah bisa memaksaku

Aku tersenyum melihat pesan yang baru saja Ghea kirimkan padaku. Lihat saja nanti aku akan mengganggunya membuatnya memilihku. Aku yakin aku akan mendapatkan perempuan yang aku cintai.

***

Aku melihat Adrian dan Gheana tengah makan siang bersama. Ini saatnya aku beraksi. Aku tersenyum sebelum menghampiri mereka berdua.

Tanpa basa-basi aku duduk disamping Gheana dan dihadapan Adrian. Aku bahkan merangkulkan tanganku kepundak Gheana meski Gheana langsung melepaskan rangkulanku. Laki-laki dihadapanku benar-benar kesal melihat aku duduk disamping Gheana. Sementara itu Gheana tampak terkejut dengan kehadiranku yang secara tiba-tiba. Meski sudah familiar dengan wajahnya yang terkejut karena kau sering mengagetkannya tetap saja aku tak bosan menatap ekspresi wajahnya yang terkejut.

"Hai" ucapku santai sambil mengambil kentang goreng di piring Gheana.

"Gue gak nyangka lo pake cara kotor buat ngerebut Gheana" Adrian melempar sendok dan garpunya dengan kasar dan menatapku tajam. Aku hanya mengangkat alisku.

"Kamu benar-benar gila" ucap Gheana.

"Ayo Ghea kita pergi dari sini" Adrian menarik tangan Gheana dan aku tak habis akal ketika mereka pergi. Aku akan mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.

"Kean lo gak kerja apa sampe ngikutin kita mulu" ucap Adrian kesal karena aku terus membututinya terus.

"Pekerjaan utama gue saat ini adalah mendapatkan Gheana" aku tersenyum pada Gheana sementara ia membuang muka.

***

Malam ini aku ingin memberikan kejutan pada Gheana. Aku sengaja datang keapartemennya seperti saat kami melakukan hubungan rahasia. Aku ingin ia kembali jadi milikku hingga aku pikir membawanya kekenangan saat kami bahagia adalah salah satu cara yang mungkin pantas dilakukan untuk mendapatkannya kembali.

Aku sudah menekan bel beberapa kali namun ia belum juga membukannya. Aku terus menekan bel tak sabaran hingga akhirnya pintu terbuka. Reaski perempuan dihadapanku adalah menutup pintu tapi aku sudah mempersiapkan itu yaitu menahan pintu dengan kakiku.

Ia tampak merengut kesal karena tak bisa menutup pintu. Aku memasuki apartemen miliknya meski tak disambut dengan baik. Ia sepertinya tengah menonton tv karena tv miliknya masih menyala ketika aku duduk di sofanya.

"Aku bisa panggil satpam dan menendangmu keluar" ucapnya garang tapi aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku serius Kean" ucapnya sambil berjalan mendekat telfon dan mengangkat gagang telefon. Aku tau ia hanya mengancamku jadi aku menarik tangannya dan mendekapnya di pelukanku. Ia meronta tapi aku takan pernah melepaskan pelukanku.

"Lepaskan aku Kean" ucapnya dengan susah payah akhirnya lepas dari pelukanku.

"Kamu tak merindukanku?" tanyaku dan ia menatapku tajam, tak ada senyum yang biasa menghiasi wajahnya.

"Berapa kali harus aku katakan kita sudah berakhir, aku kini milik Adrian bukan lagi jadi selingkuhanmu" ia memegang kepalanya seperti lelah dengan sikapku tapi aku sudah bertekad takan pernah melepaskan perempuan satu ini yang telah merebut hatiku.

"Aku sudah bilang aku senang dijadikan selingkuhanmu selama aku memilikimu, well meski hanya sebagian" ia mendesah dan duduk di sofa disampingku.

"Kean dengarkan aku" ia menatap mataku dan duduk menghadapku.

"Aku tak mau lagi menjalin hubungan denganmu. Aku punya Adrian orang yang mencintaiku" ucapnya seakan tengah menerangkan sesuatu yang rumit pada anak kecil.

"Apakah kamu mencintainya?" ia hening selama beberapa menit dan aku tau ia masih ragu dengan perasaanya.

"Ya, aku mencintainya" aku tau ia berbohong.

"Kamu menipu dirimu sendiri Gheana" ucapku.

"Sudahlan Kean, pergi dari sini" bentaknya dan aku menuruti apa yang dikatakannya.

***

Aku : Aku takan menyerah untuk mendapatkanmu

Gheana : Kau gila

Aku : Tentu aku mencintaimu hingga gila

Gheana : Kamu harus belajar melepaskan apa yang bukan jadi milikmu lagi

Aku : Aku tak suka menyerah nona dan aku tau kamu masih milikku

Gheana : Aku sungguh lelah Kean, biarkan aku sendiri dan bahagia bersama pria pilihanku

Aku : Aku ingin menujukan padamu aku adalah laki-laki yang tepat bukan Adrian

Aku mengakhiri bertukar pesan singkat dengan Gheana. Aku harus mendapatkan Gheana secepat mungkin sebelum semuanya terlambat. Sebelum ia meyakini dirinya bahwa Adrian yang pantas untuk dimiliknya.

Aku akan menyiapkan sebuah rencana untuk mendapatkannya. Aku hanya bergantung pada hal ini. Aku setiap hari berdoa pada Tuhan agar bisa kembali memiliki perempuan yang aku cintai selama ini.

***

Aku kembali berdiri didepan pintu apartemen Gheana. Aku bersungguh-sungguh akan membuatnya jatuh cinta padaku lagi. Aku akan membuatnya berkata akan memiliku lagi.

Lama sekali hingga ia membuka pintu. Wajahnya ditekuk ketika melihat aku dari balik pintu. Meski begitu aku tersenyum dan menyapanya meski ia hanya diam saja tak menjawab sapaanku.

"Ada apa lagi Kean Mahardika sehingga kamu datang malam-malam kemari?" ia bertanya sarkartis padaku namun aku tetap tersenyum sabar akan sikapnya yang tak bersahabat.

"Aku merindukanmu" ucapku tulus karena aku memang merindukannya. Aku akan selalu merindukannya.

"Sudah aku bilang aku bukan perempuan lajang hingga kamu bisa mengucapkan merindukanku begitu saja" ia berkacak pinggang tampak kesal karena aku menggodanya.

Aku mengambil lengannya dimana ada cincin manis pemberian dari Adrian yang melingkar di jarinya. Ia tersentak dan melepaskan genggaman namun aku tetap menariknya dan menggenggamnya lebih erat. Aku melepaskan cincin Adrian dari jarinya dan ia nampak terkejut.

"Aku mau bukan Adrian yang menjaga kamu, aku mau aku yang menjagamu. Aku tau kisah kita sangat rumit. Aku menemukanmu ketika aku akan menikahi perempuan lain tapi lihat aku Gheana. Aku sekarang laki-laki lajang yang takan menyia-nyiakan perempuan yang aku cintai menikahi pria lain. Aku tau aku sering kali membuatmu menangis karena aku menjadikanmu perempuan kedua tapi kamu sungguh tau bahwa kamu adalah satu-satunya perempuan yang ada dihatiku. Ah, aku tau ini terdengar seperti gombalan tak bermakna tapi aku dengan sungguh-sungguh ingin bilang aku mencintaimu dengan setulus hatiku. Aku ingin aku yang memilikimu seutuhnya. Lepaskan Adrian, Gheana. Biarkan kamu bahagia dengan cintamu. Lihat hatimu paling dalam Gheana, siapa yang ada dalam hatimu" aku bicara panjang lebar membuatnya tercekat. Ia bahkan belum mengatakan apa-apa sejak dari tadi.

Aku memeluknya, mendekapnya erat ketubuhku. Ia meronta dan memukulku membuatku melonggarkan pelukan. Ia tampak menangis.

"Kenapa baru sekarang Kean?" ia menghapus jejak air mata yang baru saja turun.

"Kenapa baru saat aku menemukan pria lain? kenapa saat aku membuka lembaran baru dengan pria lain? mengapa kamu merusak segalanya?" ia memukuli dadaku membuatku memeluknya erat.

"Kamu selalu jahat Kean, kini kamu membuatku menjadi perempuan jahat karena membagi hatiku pada dua pria" ia terisak didadaku.

"Hanya ada aku dalam hatimu" ucapku sambil terkekeh dan ia berhenti menangis dan tersenyum padaku.

"Lalu bagaimana dengan Adrian?" tanyanya melepaskan pelukan dan kini kami duduk di sofa miliknya.

"Bilang padanya perasaanmu sesungguhnya" tawarku dan ia melempar tisu bekas ia menangis membuatku pura-pura jijik.

"Seolah itu mudah" ia memutar kedua matanya.

"Aku akan membantumu sayang" aku kembali memeluknya, mendekapanya dalam kebahagian karena berhasil memiliknya lagi.

***

Aku sengaja mengundang Adrian makan siang bersama. Apalagi jika bukan mengenai Gheana. Sebenarnya aku tak tega memberitahu Adrian bahwa aku dan Gheana kembali bersama. Tapi bukankah akan menyakitkan jika ia terus tak mengetahui mengenai kami berdua.

"Ada apa?" ia tampak tak begitu bersahabat. Semenjak ia memproklamirkan diri menyukai Gheana ia memang tak pernah ramah padaku.

Aku mengeluarkan cincin milik Gheana dan menyimpannya di hadapannya. Ia tampak terkejut dan menatapku menuntut penjelasan lebih lanjut. Aku menarik napas beberapa kali sebelum menjelaskan semuanya.

"Gue tau gue brengsek tapi gue gak bisa tinggalin dia" aku menjelaskan sesingkat mungkin.

"Gue heran kenapa harus dia, lo tau gue sayang banget sama dia" ia menatapku.

"Gue juga sayang banget sama dia dan gak mau kehilangan dia untuk yang kedua kali" ucapku meyakinkan Adrian bahwa aku yang dibutuhkan Gheana.

"Seharusnya gue ajak nikah Gheana saat lo campakin dia" aku mengerti ia sangat mebenciku saat ini.

"Cinta itu aneh Adrian, gue jatuh cinta sama Gheana saat gue mau nikah sama Diana dan lo menjadi orang baik yang menjaga Gheana saat gue mencampakannya. Tapi gue bisa apa Adrian, Tuhan menakdirkan gua sama Gheana sama-sama masih jatuh cinta hingga sekarang" ia mendengus dan tertawa meremehkan.

"Jadi kali ini gue harus menyerahkan Gheana?" ia malah bertanya padaku dan aku tersenyum karena akhirnya ia mengerti.

"Awas aja lo kalo bikin Gheana nangis lagi, gue gak akan segan-segan rebut dia lagi gak peduli lo udah nikah atau belum sama dia" aku tersenyum dan mengangguk kemudian berjanji takan membiarkan ia melihat aku membuat Gheana menangis.

"Thanks atas pengertiannya" aku berterimakasih padanya karena ia mau mengerti kami berdua, karena ia mau dengan ikhlas memberikan kesempatan kedua untuk memiliki Gheana lagi.

"Ingat janji lo" ia mengancamku.

"Lo dan Diana benar-benar orang yang baik" aku memujinya.

"Dan gue harap lo gak menyia-nyiakan pengorbanan kami berdua" ucapnya.

"Tentu" ucapku sambil tersenyum.

***

Continue Reading

You'll Also Like

52K 6.7K 30
(Masih Lengkap) Ero : Kadang perubahan terjadi, lambat ataupun cepat seperti halnya sesuatu mulai bergolak dalam diriku. Seperti malaikat yang beruba...
6.7K 638 18
Umeda adalah Sarjana Ekonomi yang melamar pekerjaan sebagai Officegirl karena kesal pada Sang Ayah. Di kantor barunya ini ia menghadapi aneka tingka...
2.3M 136K 48
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
74.8K 3.9K 30
Completed ✓(09/02/21 - 17/04/21) Pernikahan yang bahagia adalah impian setiap manusia. Seperti pernikahan Gistara Ganeswara dan Prabaswara Mahatma. P...