I Still Want A Divorce

By namiski

5.8K 643 24

Mata pria itu bergetar dan mulai basah mendengar satu kalimat yang dia ucapkan. Bianca duduk di seberang pria... More

1. Ingin Bercerai
2. Beri aku kesempatan
4.Berkorban dan menjauh
5. Apa baik-baik saja?
6. Terluka secara perlahan
7. Kau Bukan Kilian
8. Tidak Berperasaan
9. Haruskah Aku Tidak Tega?
10. Tempat Hatinya Bersandar
11. Tanda di Cangkir Teh

3. Makna lain yang terlarang

492 50 1
By namiski

Kepala Bianca terasa sakit walau dia tidak dipukul di kepala. Dia menjambak rambutnya sendiri dan memejamkan mata sambil merenungkan sikap Kilian hari pagi ini. Kata-kata lembut yang memohon. Pengakuan cinta yang manis. Rayuan yang seperti kebohongan membuatnya cemas.

Bagaimana jika terjebak dalam pernikahan bersama Kilian hingga dia mati? Bianca ingin menangis meratapi kemalangan hidupnya.

Dia adalah putri Count Elyas yang berharga. Tapi berkat titah kaisar dan keabaikan Kilian, dia pun menjadi bunga layu tak sedap dilihat. Hantu tak kasat mata. Bahkan hantu mungkin lebih baik karena tidak dibenci dan bebas. Bianca tidak bisa bebas. Kebahagiaannya terbelenggu oleh cinta  bodohnya pada suaminya.

Andai dia tidak bersimpati. Andai dia tidak berusaha mengerti. Andai dia tidak dengan tangan terbuka menghiburnya malam itu, dia tidak akan terluka.

Setidaknya meski dia mati, hatinya baik-baik saja. Benar kata orang bijak kalau cinta memang tidak salah, tapi mencintai orang yang salah akan membawa malapetaka.

"Aku merasa tidak berdaya," gumamnya lemah. Lalu menertawakan diri sendiri. Perceraian akan mudah karena Kilian hanya peduli pada Evalina. Tapi dia tidak bisa menceraikan Kilian karena Kilian yang tidak setuju itu adalah grandduke.

Dia tidak bisa membuat pria itu marah atau membuatnya menyimpan dendam. Dan Kaisar akan tidak senang dengan perceraian mereka. Tanpa persetujuan Kilian, Bianca hanya akan terlihat seperti pembuat masalah atau orang yang tidak mensyukuri perhatian kaisar yang telah memilihkannya suami.

"Ini karena kaisar itu. Memangnya kenapa kalau belum punya anak? Mereka baru setahun menikah."

Ekspresi Bianca muram. Mungkinkah itu hanya alasan Wilhelm untuk memiliki wanita baru? Untuk bercerai hanya karena setahun menikah tanpa punya anak, rasanya sedih bagi wanita yang terusir itu.

Menyadari bahwa dia bersimpati lagi dengan mudahnya, Bianca menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Kau harus mengasihani hidupmu sendiri Bianca. Karena kau bodoh, kau terluka dan harus mengulang ketidakbahagiaan. Kau bahkan mati!"

Walau kematiannya murni bukan salah Kilian. Itu hanya karena kecelakaan kereta di mana mereka diserang perampok. Tapi itu tetap karena Kilian jika dia menyalahkan satu dua hal.

Kaisar mengusir istrinya karena menolak keberadaan selir sedangkan Kilian mengusir Kilian karena meracuni minuman Evalina hingga keguguran. Kilian marah besar hingga sebelum pergi pria itu bahkan mencekiknya.

"Dia tidak percaya padaku saat itu, bukankah seharusnya aku juga tidak mempercayainya agar kami adil?"

Bianca menyadari rupanya dia menyimpan kemarahan dalam hatinya.  Dia hanya manusia biasa yang memiliki emosi. Selain bercerai, dia ingin melenyapkan ketidakbahagiaan yang dia rasakan.

****

1 tahun sebelum regresi.

Pernikahan Grandduke Kilian Evantheon dan Nona Muda Bianca Elyas.

Pernikahan itu dilaksanakan di kuil kekaisaran. Dihadiri oleh Kaisar, serta beberapa bangsawan berstatus tinggi, termasuk pendeta yang akan mencatat dokumen pernikahan mereka. Hari ini Kilian berdiri bagaikan seorang pria yang didorong menghadapi monster tak terkalahkan sendirian.

Salah-salah orang akan berpikir dia menyerahkan dirinya untuk ditumbalkan pada sesuatu yang besar. Memang itulah kenyataannya. Dia tengah berkorban demi cintanya, demi Evalina yang saat ini tersenyum bak musim semi yang hangat.

"Jika kau sungguh mencintaiku, buktikanlah. Menikahlah dengan Nona Muda Bianca demi aku."

"Bagaimana kau bisa mengatakan itu padaku, Eve. Kau tahu betul perasaanku. Kaulah yang ingin kunikahi."

Ketika perintah pernikahannya keluar, Evalina berlari padanya layaknya peri cantik yang membawa musim. Mengucapkan selamat dengan wajah berbinar. Saat itulah Kilian menyadari bahwa Evalina tidak menatapnya dengan istimewa.

Jadi saat itu juga dia mengutarakan perasaannya. Wilhelm mungkin ingin membungkam mulutnya, tetapi dia akan maju sekarang untuk membuatnya terlihat di mata Evalina sebagai pria.

Tapi apa yang selanjutnya terjadi?

Evalina menolaknya. Berkata bahwa sulit untuk membantah perintah Wilhelm. Dia tidak ingin melihat mereka saling melukai.

"Kau tidak benar-benar mencintaiku, Kilian. Kau hanya merasa terikat denganku karena kita bersahabat sejak kecil!"

"Jika kau benar maka buktikanlah. Berkorbanlah untukku. Karena aku akan sangat terluka melihat kalian berselisih satu sama lain."

Kilian merasa hatinya bagai diremas. Jika bukan dengan Evalina sama saja seperti menghancurkan impian tentang masa depan yang dia bayangkan. Dia mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya.

Mereka berada di taman istana kekaisaran. Namun bagi Kilian ini seperti sebuah tempat gelap dan hampa.

"Mengapa kau memintaku menikah dengan orang lain? Apa kau tidak peduli? Tidak, apa kau bahkan memikirkan perasaanku sedikit saja?" Dia mulai berbicara dengan dingin pada Evalina sejak saat itu.

"Kau orang yang sangat berharga bagiku. Maka dari itu aku tidak mau kau sampai terluka terutama karena menentang Wilhelm."

Kilian tertawa kosong. Dia tidak ingin mempercayai pendengarannya. Bahkan logika Evalina, dia tidak bisa memahami cara wanita itu memandangnya sebagai orang yang berharga dengan membuatnya menikah.

Emosi kadang bisa merusak jalan seseorang. Kilian yang adalah Grandduke memiliki kekuatan besar. Bahkan jika dia menantang keputusan Wilhelm, bahkan jika dia menghadapi resiko dan melawan kaisar, dia yakin dia mampu melewatinya karena dia seorang grandduke yang berkuasa dan memiliki kekuatan.

Tapi kata-kata tak bisa dibuktikan seperti 'aku tidak ingin kalian melukai satu sama lain' serta 'berkorbanlah untukku' membuatnya terluka tanpa dia sadari sebesar apa lukanya. Merusak akal sehatnya.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Akan kubuktikan padamu!" ucap Kilian dengan tenggorokan tercekat serta emosi yang diredam. "Tapi setelah aku membuktikan diriku, maka kau juga harus membuktikan dirimu. Kau tidak berhak memintaku menyingkir, bahkan jika kau telah memilih Kaisar dibanding aku. Kau juga harus berkorban bahkan jika harus memotong setengah bagian dirimu. Karena sejak aku menikahi wanita itu, kau milikku."

Kilian menatap Evalina yang terkejut dan meletakkan tangan di jantungnya dengan kekecewan dan luka sebelum pergi. Perlahan Kilian berbalik dan pergi tanpa peduli Evalina memanggil di belakangnya.

Sejak saat itu Kilian mulai mendedikasikan langkah demi langkah untuk secepatnya menikah dengan wanita bernama Bianca Elyas.

Seminggu berlalu dan pernikahan dilaksanakan di kuil kekaisaran dengan persiapan yang tanpa melalui banyak pertimbangan. Tidak memikirkan berapa undangan yang harus hadir. Gaun apa yang benar-benar cocok dipakai. Berapa mahar yang harus sang mempelai wanita bawa. Selama pernikahan terjadi maka sudah.

Ajaibnya, mempelai hari itu cantik. Meski dia pion kaisar. Meski dia seperti dirampas dari orang tuanya. Meski tangannya gemetar memegang buket bunga. Sayang. Kilian melihatnya tanpa ingin melihat lebih jelas. Dia melihat mempelai di antar padanya, tapi tidak menyadari bahwa mempelai itu ditemani sang ayah yang mencoba berbagi penderitaan mereka.

Pendeta di mimbar memulai upacara sumpah pernikahan.

"Yang Mulia Grandduke Kilian Evanteon, bersediakah Anda menerima Nona Bianca Elyas sebagai istri Anda?"

Sumpah itu terlalu sederhana. Tidak ada janji untuk setia ataupun mencintai, menghargai sehidup semati.

"Ya." Bahkan jawabannya pun sangat singkat.

"Nona Bianca Elyas, bersediakah Anda menerima Grandduke Kilian Evantheon sebagai suami Anda?"

"Saya bersedia," jawab mempelai Kilian. Suara rendah dan pelan wanita lembut dan entah mengapa menggetarkan jiwanya. Sayang sekali, Kilian melupakan momen itu begitu cepat.

"Dengan begitu kalian berdua telah sah menjadi suami istri. Silakan tanda tangani dokumen pernikahan kalian."

Setelah menandatangi dokumen pernikahan pun Kilian dan Bianca resmi menikah. Kilian menatap Evalina ketika dia berbalik. Evalina juga menatapnya terdiam. Hanya mereka berdua yang tahu makna lain dari pernikahan yang telah resmi itu.

Continue Reading

You'll Also Like

529 135 60
"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa ber...
860K 38.3K 42
#Dewasa
1.3M 77.5K 50
Aku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah...