Affair with My Uncle [21+]

By tehmanismadu_

928K 19.6K 2.1K

Bagaimana bisa seorang paman yang sudah beristri memiliki hasrat kepada ponakan nya sendiri? Revano Kalingga... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 37

Bab 36

20.2K 1K 254
By tehmanismadu_

Punggungnya telanjang dengan tali panjang sampai melewati bahu, bokongnya sedikit terlihat karena saking pendek dan tranparans baju itu.

Mata Vano sudah memburu gelap. Tak sabar menggenjot lubang manis Sarah yang menggiurkan itu. Tanpa menunggu waktu miliknya dalam celana sudah keras dan sesak. Sudah gagah siap menumbuk numbuk lubang hangat Sarah.

Sarah seperti sengaja tidak menutupi tubuhnya dengan selimut. Vano duduk di belakang nya. Meremas dan mengelus bokong indah Sarah.

Sarah belum sadar. Vano terkekeh kenapa Sarahnya ini nyenyak sekali tidur sampai belum sadar vagina nya sudah ia usap usap dengan jari.

Dia naik ke kasur, "Sayang..." di belakang nya, Vano menghimpit tubuh kecil itu.

Tangan Vano masuk ke selangakangan Sarah dari belakang sehingga lengan nya diapit dua paha Sarah. G-string warna putih yang Sarah pakai begitu kecil minim dan menerawang.

Seperti nya sudah dibuat setipis itu sehingga tak perlu susah payah Vano merobeknya.

"Eenghhh.." Sarah mulai melenguh dalam tidurnya. Bahkan punggung nya sudah menempel di dada Vano berkaos itu.

Vano terkekeh mengecupi pundak mulus nya. "Wake up baby." Jari jemarinya terus mengucek dan memberi tekanan menggelikan di sana.

"Aaanghhh..." lambat lambat mata Sarah pun terbuka.

"Om Vano?" Serak suaranya bangun tidur.

"Aahhh... ahh.. anghhh." Sarah mendesah desah lirih. Tubuhnya bergerak gelisah teramat seksi.

Vano berhenti dan meminta Sarah untuk berdiri. Sarah pun turun dari ranjang. Dia berdiri di hadapan Vano yang kini duduk di pinggir ranjang menatapnya lekat.

"Mas suka sama bajunya. Kamu cantik banget pake baju ini." Tangan nya mengelus naik turun paha Sarah. Wanita itu cukup dekat sehingga wajah Vano bisa menciumi payudara Sarah yang tidak sepenuhnya tertutup lingerie.

Besar, putih, lembut meski tidak bulat sempurna karena agak menggantung rendah menjelaskan seempuk apa buah dada dengan ceri di atasnya.

"Nanti Mas belikan juga."

"Ngghhhh.. T Tante udah tidur?" Sarah membelai rambutnya sayang.

"Udah sayang." Dengan gemas Vano menguyel dada Sarah.

Cukup mengeluarkan payudaranya tanpa melepas baju, Vano sudah bisa menyusu di bukit empuk itu. Tangan tangan Sarah mengelus dan bermain main di rambut Vano.

Tatapannya yang layu karena rangsangan Vano tapi bibirnya tersenyum di sela desahan nya sambil mengelus kepala Vano seolah memberitahu pada pria itu bahwa dia suka menyusui nya.

Tak sadar dia semakin mengikis jarak sehingga benar-benar berdiri dekat di antara kaki Vano.

Mimpi mimpi semacam ini menjadi nyata. Sarah sudah sering memberikan dadanya untuk jadi mainan Vano suka suka. Ia tak terpaksa.

Lihatlah bagaimana bernafsu nya Vano menghisap hisap seluruh bagian payudaranya. Menggelitiki puting nya dengan liukan lidah. Menghisap hisapnya bergantian seolah sedang berusaha menghisap air di dalamnya.

"Aaahhh.... Mas Vano- enghh.."

Puting nya di gigit gemas. Cukup menggelikan dan beberapa kali Sarah tertawa.

Cukup lama dia berdiri memberikan payudaranya untuk dihisap, dikulum, di pilin pilin sesuka Vano.

"Kaki Sarah pegel Mas." Berdiri lima belas menit cukup pegal juga kan?

"Duduk sini sayang."

Sarah duduk menyamping di pangkuan nya. Vano kembali menyusu di dadanya. Gemas dan bernafsu. Remasan lembut sampai terkuat Vano lakukan. Kadang Sarah merintih desah atau tertawa pelan.

"Pelankan suaranya." Kata Vano sebelum kembali mencaplok puting menggemaskan itu.

"Aaahhh... Ahh... Aah.." Sarah mendesah lirih membekap mulut nya dengan tangan.

Tangan lebar Vano meremas sekaligus menarik narik gumpalan daging empuk itu. Dari balik punggung perempuan itu, tangan kiri Vano meremas tak henti henti dada kiri Sarah sedangkan yang kanan dalam hisapan dan kuluman mulutnya.

Tangan kanan Vano turun perlahan membelai pinggul dan pahanya. "Kakinya lebarin, baby." Suara Vano sudah serak berat.

Sarah begitu patuh. Dia letakkan satu kakinya ke sisi ranjang sampai menekuk di paha Vano lalu yang satunya lagi terbuka lebar berpijak di lantai. Sarah sudah ngangkang maksimal. (Kebayang kan?) 😄

Pun wanita itu merintih. Menjengggut lembut rambut Vano yang sedang menyusu nafsu juga jari jemari besar besarnya menggelitik kewanitaan nya.

"Aanghhhh.. Mas— ughhh.."

"Ahh ahh aaah aaahhh."

Desah desah manja nan lirih. Vano suka mendengar nya meski wanita itu mati-matian menahan suaranya agar tidak berisik.

Tapi untuk berjaga-jaga Vano harus menyumpal mulut Sarah lagi dengan celana dalam wanita itu agar tidak terdengar oleh Rania dan mengganggu tidur istrinya.

Perlahan tapi pasti celana kecil itu ia singkirkan dari Sarah turun melewati kaki kakinya.

"Buka mulut kamu sayang." Pintanya tegas tapi lembut.

Sarah membuka mulutnya lebar-lebar dan Vano menjejalkan celana itu ke mulutnya.

Aman setidaknya desahan Sarah tidak melolong berisik se penjuru ruangan.

Baru dengan jari jemari yang memutar mutar dan mencolok colok agresif, Sarah squirting hingga air air yang bocor itu pun muncrat deras.

Sarah sudah berkeringat. Lelah sayu terlihat seksi dan menggairahkan di mata Vano.

Pria itu membanting nya kasar ke ranjang yang untungnya empuk kalo tidak sudah pasti punggung Sarah kesakitan.

Vano terlihat sabaran melepas semua pakaian. Pria itu menindih Sarah tapi tidak bener benar menghimpitnya kuat.

Bibir Sarah habis dilumat dalam ciuman agresif dan penuh nafsu. Lidah mereka saling bertemu di dalam rongga mulut. Telapak tangan Vano tak henti hentinya meremas kelembutan Sarah dan beberapa kali menamparnya.

Kecupan dan jilatan yang Vano berikan di seluruh tubuh Sarah hingga sampailah pada celah basah yang berkedut kedut lucu di bawah sana.

Vano mengerang. Ia lapar dan ingin memakan vagina Sarah.

Kaki kecil yang sudah terbuka itu makin ia lebarkan. Menekan lembut paha Sarah hingga kedua kaki perempuan itu membentuk huruf M.

"Eenggh..." Dadanya membusung. Punggung kecilnya melenting ke atas sesaat cumbuan Vano mulai merangsang lagi di bawah nya.

Hingga beberapa saat kemudian setelah membuat Sarah semakin basah, Vano tak menunggu nunggu untuk menggenjot nya.

Ranjang Sarah yang kokoh itu sampai ikut berderit derit meski tidak terguncang guncang hebat oleh keperkasaan Vano yang melajukan gerakannya di lubang intim Sarah.

Mereka tidak melihat waktu. Tidak menghitung berapa kali Sarah klimaks tapi keduanya ingat Vano baru dua kali membuang spermanya ke rahim Sarah.

Lingerie putih itu sudah compang camping namun tetap berada di tubuh Sarah yang kacau, justru itu terlihat seksi menggairahkan dalam bentuk yang berantakan.

Tubuh kecilnya menungging di tengah ranjang. Tangannya berpegangan erat di kepala ranjang. Vano mencengkram lembut pinggul Sarah dan terus memompa nya dalam hentakan bringas.

Sarah tidak tahu dengan gaya apa saja mereka bercinta selama satu jam lebih ini, semua Om Vano lah yang mengendalikan untuk membunuh kebosanan dalam gaya bercinta yang tidak itu itu saja.

Wajah dan badan mereka sudah lepek berpeluh keringat. Sarah terlihat kelelahan tapi Vano masih ada sisa sisa stamina mungkin untuk empat jam lagi?

"Eenggh..."

Mulut Sarah masih tersumpal celana dalam yang basah karena air liur walau sepanjang mereka bercinta terkadang Vano membuka kain itu dari mulutnya.

Vano yang terlentang di bawah mencengkram kuat tapi tidak sampai menyakitkan pinggul Sarah sedangkan perempuan itu di atasnya dengan kedua kaki menginjak lutut Vano dan tangan tangan nya di dada Vano.

Wanita itu sudah terisak-isak namun bukan menangis sungguhan.

"Henghhhhh... Mmhhh.."

Kalau saja ada seseorang yang membuka pintu kamarnya sudah jelas mata mereka saling bertemu karena posisi Sarah yang menghadap pintu dalam keadaan sedang di sodok sodok brutal om Vano dari bawah

Sarah pikir setelah di gempur beronde ronde, om Vano membiarkan dirinya tidur nyatanya hanya istirahat semata.

Kini tubuh kecil yang sepenuhnya telanjang itu menungging di sisi ranjang, wajah dan setengah dadanya menekan kasur dan Vano dalam posisi berdiri kembali menggenjotnya dari belakang.

Belum lagi rambut nya yang tiba-tiba Vano tarik seolah sedang memegang tali kekang dari kuda betina.

Sarah menyerah. Pasrah membiarkan om nya puas.

Bahkan ketika ia dihimpit ke dinding dengan satu kaki yang Vano angkat. Sarah pasrah.

Bagaimana Sarah dipaksa bergerak maju-mundur atau naik turun dalam pangkuan Vano yang duduk di lantai.

Sarah sudah terkencing kencing lagi dan terisak-isak lelah. Sungguh nikmat dan melelahkan.

***

Rania sudah siap dengan pakaian kerja nya. Dia keluar dari kamar menenteng tas mahal berlalu ke dapur. Rania tidak melihat apa-apa di meja makan.

"Si Sarah belum bangun? Gak masak dong?" Rania agak keki.

"Iya." Vano jawab singkat. Pria itu sedang menyeduh susu favoritnya dan masih mengenakan pakaian santai walaupun dia juga masih mengantuk karena baru tidur di jam setengah empat pagi bersama Sarah.

"Akhir akhir ini Sarah sering bangun telat sampe gak nyiapin sarapan. Gak kayak awal-awal tinggal di sini. Kok dia gak rajin lagi sih?"

Rania berdecak. Tidak suka dengan kebiasaan Sarah yang sekarang.

"Kenapa respon kamu begitu?" Tanya Vano serius. "Sejak dulu kamu ataupun saya terbiasa makan di luar."

"Sekarang kenapa kamu mempermasalahkan soal sarapan cuma karena Sarah gak sempet masak?"

"Ck. Bukan gitu mas! Tapi aku gak suka liat Sarah males malesan."

"Males malesan? Kamu gak liat tiap hari rumah selalu dalam keadaan bersih. Pakaian kotor gak pernah dibiarkan berhari hari, setrikaaan gak pernah bertumpuk tumpuk bahkan soal masak pun siapa yang ngerjain? Sarah!"

"Dan kamu bilang sarah males malasan? Heran saya sama kamu."

"Kayanya sejak ada Sarah, kamu bahkan gak mau nyewa ART lagi."

"Itu wajar ya! Sarah itu di sini nunpang! Ngapain kita sewa pembantu kalo si Sarah bisa melakukan pekerjaan rumah?" Rania bersilang tangan.

"Dimana mana yang numpang itu harus tau diri."

"Gila kamu!" Vano membentak nya. Tidak keras memang karena pria itu masih mengontrol dirinya untuk tidak mengamuk.

Vano benci! Tidak suka Rania menilai Sarah nya sejelek itu!

Rania terhenyak. Selama berumah tangga baru kali ini Vano meninggikan intonasi suaranya.

"Segitunya kamu ngebela Sarah! Dia bukan keponakan atau pun anak mu!"

Rania malas ribut lagi. Dia melengos pergi cepat cepat dengan wajah kesal.

Vano tidak peduli. Dia menyugar rambutnya kasar. Mendadak tak berselera minum susu. Vano membanting kasar gelas putih tersebut ke wastafel sampai pecah sedikit di bagian sisi gelas nya.

"M Mas.." suara pelan itu Sarah.

Sejak tadi Sarah berdiri di ujung tangga dan mendengar pertengkaran mereka. Mau turun untuk melerai tapi terhalang oleh langkahnya yang pelan pelan karena selangkangan nya nyeri.

Vano yang memasang wajah kesal seketika runtuh terganti kekhawatiran. Pria melangkah cepat ke Sarah.

"Sayang. Kenapa turun? Emang bisa jalan?" Tangan besarnya merengkuh hangat wajah cantik itu.

"Sedikit... Sarah haus tapi gelas di kamar air minum nya habis."

Dengan perhatian pria itu menggendong nya dan Sarah duduk di meja makan.

"Biar Mas ambilkan."

Sarah lalu menerima gelas yang sudah Vano isi air. Dia meminum nya hingga tandas.

Om Vano terkekeh sambil merapikan rambut rambut Sarah. "Haus banget ya?"

Sarah hanya mengangguk.

"Mas,"

"Ya sayang?" Vano menatapnya hangat seolah sedang melihat gadis kecil yang lembut.

Sarah malu untuk bilang tapi dia harus bilang, "Sarah... Mau di kompres lagi."

Suaranya kecil. Wajahnya bersemu merah.

Sudah ketentuan mutlak dari Vano kalo urusan kompres mengompres miliknya harus Vano yang melakukan nya. Antara tulus perhatian atau sekalian memandangi lubang cantik Sarah yang tiap disentuh suka berkedut kedut lucu.

"Sebentar ya." Sebelum meninggalkan Sarah dia mencium bibirnya lembut.

Pun pria itu mengisi air hangat ke dalam baskom kecil dan mengambil handuk kecil yang dia miliki di lemarinya.

Sekembalinya Vano dari kamar, pria itu menyuruh Sarah untuk mengangkat kaki dan diletakkan di pinggir meja.

Sarah tidak mengenakan lingerie yang sudah robek tak layak pakai lagi. Perempuan itu mengenakan terusan pendek berbahan katun dan tidak pakai dalaman.

Menahan malu. Sarah membuka kaki membiarkan om Vano yang hati-hati mengompres miliknya. Pria itu sudah duduk di kursi.

"Maaf ya Mas. Sarah bangun kesiangan dan bikin mas Vano ribut sama Tante."

Vano menatapnya sejenak lalu melanjutkan kegiatannya. "bukan salah kamu sayang. Gak perlu minta maaf lagian penyebab kamu bangun kesiangan kan gara-gara layanin saya semalam."

Wajar saja dia bangun kesiangan. Dari jam setengah satu sampai mendekati jam empat miliknya terus dihantam hantam kegilaan Vano padanya.

Untungnya hari ini Sarah ada jam kuliah pukul setengah sebelas. Dia bisa tidur beristirahat dulu mudah mudahan bisa berjalan normal.

"Mas mandiin ya abis itu sarapan. Goreng telor sama nugget gpp ya?"

Sarah sudah digendong Vano lagi. Dia menatapnya melas. "Janji kan cuma di mandiin? Jangan di ehem ehem lagi, punya Sarah masih perih."

"Ehem ehem? Apa itu?"

"Ish. Gak usah pura-pura gak paham." Sarah memeluk leher Vano menjatuhkan dagunya di pundak pria itu.

Vano terkekeh gemas. Untungnya Vano tidak setega itu, dia murni hanya membantu Sarah mandi.

Walaupun setelah nya pria itu bermanja-manja di kamar Sarah yang sudah dia rapihkan.

Setidaknya untuk satu jam sebelum berangkat ke kantor, Vano memanfaatkan waktu singkat itu menyusu di payudara Sarah.

-TBC

Teteh gk punya draft lgi 🤣
Selagi nulis, gw tunggu 1k vote + 200 komen nya!!!
💋💋😜💋💋

Klo sampe target, gw up Bab 37!
Ogheeyy Bess?? 💋

Continue Reading

You'll Also Like

287K 10.3K 30
Dax, bangun di sebuah kamar hotel dalam keadaan telanjang bersama dengan seorang wanita yang bukan pacarnya. Setelah mengetahui wanita itu ternyata...
763K 55.2K 61
Tentang persahabatan, cinta, perceraian dan penyesalan. Jeno yang membuat jaemin pergi dari kehidupannya hingga berujung penyesalan karena kebodohan...
38.7K 311 12
⚠️JANGAN LUPA FOLLOW GES⚠️ *** Dianna sering melakukan One Night Stand sebagai hiburan ketika dirinya lelah bekerja, entah dengan pria lajang ataupun...
1.6M 14.1K 18
Ruby, seorang gadis panti asuhan yang polos harus bertemu dengan Gerald, seorang dokter Gynecologic, dipersimpangan hidupnya. Dokter itu memberikan h...