Mall tengah ramai pengunjung, dan Jang Wonyoung sudah siap menyapa setiap orang yang lewat di stan promosi sepeda motornya. Rambut panjangnya diikat rapi, wajahnya penuh senyum, dan setiap kali ada yang melirik motornya, dia langsung dengan semangat menjelaskan spesifikasi dan keunggulan motor yang dijualnya.
Di tengah keramaian itu, Wonyoung melihat seorang pria muda bersepeda lewat di depan mall. Pakaiannya simpel, hanya kaos dan celana olahraga. Menariknya, pria itu kelihatan menikmati betul gowesnya, seolah-olah dia berada di taman, bukan di depan mall.
Wonyoung langsung mendekat, nggak mau menyia-nyiakan kesempatan. “Hai! Kayaknya kamu suka naik sepeda, ya?” sapa Wonyoung sambil tersenyum ramah.
Pria itu berhenti dan menatapnya dengan heran. “Iya, kenapa?”
“Pas banget!” Wonyoung langsung menggebu-gebu. “Kamu harus denger nih, motor-motor kami ini bisa bikin hidup kamu lebih praktis. Nggak capek, bisa cepat sampai tujuan, dan… bebas panas-hujan juga!”
Pria itu, yang bernama Park Sunghoon, hanya tersenyum kecil sambil dengerin. Sunghoon cukup menikmati semangat Wonyoung yang berapi-api.
“Bayangin, kamu bisa jalan-jalan jauh tanpa harus ngos-ngosan,” lanjut Wonyoung sambil menunjuk motornya. “Dan kalo lagi macet, motor bisa lebih gesit, lebih fleksibel, praktis banget!”
Sunghoon menahan senyum. Dia sebenernya nggak tertarik sama motor, tapi senyum Wonyoung yang semangat bikin dia betah dengerin.
“Ada lagi nih, motor ini hemat banget buat dipakai sehari-hari. Kamu nggak perlu susah-susah cari parkir panjang-panjang,” kata Wonyoung, makin semangat. “Dan harganya juga terjangkau! Mending punya satu kan daripada capek terus naik sepeda?”
Setelah Wonyoung selesai ngoceh, Sunghoon akhirnya angkat bicara. “Kamu tau nggak, sebenernya aku lebih suka olahraga pake sepeda sih... Tapi keren juga kamu, promosi motor kayak gini,” ujarnya sambil nyengir.
Wonyoung terdiam sejenak, sedikit kecewa karena promosi panjangnya nggak bikin Sunghoon tertarik. Tapi sebelum dia bisa jawab, Sunghoon menunjuk sesuatu ke arah depan mall. “Liat deh ke sana.”
Wonyoung mengikuti arah tunjukannya dan langsung terdiam kaku. Di depan mall, terparkir sebuah mobil super mewah berwarna hitam dengan seorang supir yang berdiri menunggu. Supir tersebut langsung membungkus hormat saat melihat Sunghoon. Wonyoung langsung tertegun. Ternyata, mobil itu milik pria didepannya.
Sunghoon hanya tersenyum tipis, lalu mengarahkan sepedanya ke mobil mewahnya. Dia berhenti sejenak di depan Wonyoung dan berkata, “Aku cuma iseng naik sepeda buat olahraga aja tadi. Tapi, aku seneng liat cara kamu promosi. Kamu passion banget ya?”
Wonyoung mengangguk canggung, wajahnya memerah malu. “Eh… iya, makasih…”
Sunghoon tertawa kecil sambil naik ke mobilnya. “Nanti kita ketemu lagi, ya?” katanya, sebelum akhirnya mobilnya melaju pergi meninggalkan Wonyoung yang masih terkejut.
Wonyoung hanya bisa tersenyum kaku sambil melihat mobil Sunghoon yang menghilang di keramaian jalan. Rasanya, pertemuan singkat itu lebih berkesan dari yang dia kira. Mungkin, bakal ada pertemuan lagi di lain waktu, kali ini bukan cuma untuk promosi motor.
S E L E S A I