Maaf jika typo bertebaran 🙏
-
-
-
Keesokan harinya, suasana baru menyelimuti rumah Sing. Mama sing, yang biasanya terperosok dalam rutinitas pekerjaan dan jarang menunjukkan perhatian, kini terlihat berbeda. Ia sedang menyiapkan makanan untuk Sing dengan penuh kasih sayang. Zayyan, teman baru Sing, benar-benar membawa perubahan yang signifikan dalam hidupnya.
"Sing, sayang, kau sudah bangun?" suara lembut mama memecah keheningan pagi. "Mama sudah siapkan makanan untuk kamu. Ayo makan."
"Eh, Mama tidak kerja? Tumben di rumah," tanya Sing, sedikit terkejut.
"Mama ambil cuti dan mau menghabiskan waktu di rumah denganmu, nak," jawab Mama dengan senyuman hangat. "Tapi papa belum bisa, gpp ya sama mama dulu?"
Sing tersenyum dan mengangguk. Hatinya bergetar bahagia mendengar perhatian yang diberikan mamanya. Ia segera menikmati sarapan buatan Mama untuk pertama kalinya dalam hidupnya. "Ini sangat enak, Ma. Terima kasih!"
"Sama-sama, sayang. Senang mendengar kamu menyukainya," kata Mama dengan penuh kebanggaan.
Setelah selesai makan, Sing berpamitan untuk berangkat sekolah. Mama menawarkan untuk mengantar, tetapi Sing menolak dengan alasan ingin menaiki motor sendiri. Setelah sedikit ragu, Mama akhirnya mengiyakan.
Dengan hati yang gembira, Sing meluncur ke sekolah. Ia tidak sabar untuk bertemu Zayyan dan menceritakan perubahan positif yang terjadi pada mamanya. Selain itu, Sing merasa berhutang budi kepada Zayyan, yang telah membantunya membuka mata Mama untuk lebih memperhatikannya.
Sesampainya di sekolah, seperti biasa, Sing disambut oleh kedua sahabatnya, Davin dan Beomsu. Kali ini, Sing merespons dengan senyuman lebar. Tindakan kecil itu membuat keduanya terkejut, hampir tidak percaya.
"Sing, kau senyum?" tanya Beomsu dengan ragu, seolah mencerna apa yang baru dilihatnya.
"Yah, memangnya kenapa?" jawab Sing, dengan nada santai.
"Ini sebuah momen langkah, Sing!" seru Davin, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Aku akan tersenyum setiap saat sekarang," kata Sing dengan penuh keyakinan. Ia merasakan kekuatan baru dalam dirinya, dan kehadiran Zayyan telah membawa cahaya ke kehidupan yang dulunya kelabu.
"Yuk, masuk kelas!" ajak Sing, sambil melangkah mantap ke arah ruang kelas. Dalam hatinya, ia bertekad untuk menjalani hari-hari yang lebih ceria dan penuh makna, berkat keberanian Zayyan dan cinta yang baru ditemukan dari mamanya.
Hari-hari baru menanti Sing. Setiap senyuman adalah langkah menuju perubahan yang lebih besar. Dan ia tahu, dengan dukungan Zayyan dan perhatian Mama, hidupnya akan menjadi lebih cerah.
-
-
-
-
Sepanjang pelajaran, Sing menyimak dengan penuh semangat. Hari ini, perasaannya sangat gembira, dan ia tidak sabar untuk meluangkan waktu bersama Zayyan saat istirahat. Namun, saat bel istirahat berbunyi, harapannya seketika runtuh. Sing melangkah cepat menuju kelas Zayyan, tetapi kenyataan yang ia temui membuatnya kecewa. Zayyan tidak masuk hari ini.
"Kenapa dia tidak masuk sekolah?" pikir Sing cemas. "Apakah dia sakit?" Rasa tidak nyaman menyelimuti hatinya, dan ia tak bisa menyingkirkan kekhawatiran tentang kondisi Zayyan. Dengan tekad, ia memutuskan untuk mengunjungi mansion Zayyan setelah pulang sekolah.
Sing melangkah menuju kantin dan menghampiri dua sahabatnya, Davin dan Beomsu. "Kau dari mana, Sing?" tanya Beomsu, melihat wajahnya yang tidak ceria.
"Dari kelas Zayyan, tapi dia tidak masuk," jawab Sing lesu, sambil mengaduk makanannya.
"Kulihat kau sangat dekat dengan anak baru itu," kata Davin, menggigit burgernya.
"Iya, dia banyak membantu aku akhir-akhir ini," ucap Sing, meski hatinya masih terjepit oleh rasa khawatir.
Mereka melanjutkan makan, tetapi Sing tidak bisa fokus. Waktu berlalu, dan akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Sing segera berpamitan dan meluncur menuju mansion Zayyan, bertekad untuk memastikan keadaan temannya itu.
Sing menaiki motor sportnya dan melaju cepat menuju hutan tempat mansion Zayyan berada. Namun, saat ia tiba di lokasi yang dikenalnya, langkahnya terhenti. Kenyataan yang dihadapinya sangat mengejutkan. Mansion yang indah itu tidak ada! Sing mengedarkan pandangannya, mencari-cari, tetapi hanya pepohonan lebat dan rumput liar yang ia temui.
"Tidak mungkin! Mansion itu ada di sini!" seru Sing dalam hati, berlari menghampiri tempat yang biasanya dipenuhi keindahan. Gerbang besar yang biasa menjulang tinggi juga lenyap tanpa jejak. Rasa panik mulai menguasai pikirannya.
Sing terus berlari, berharap menemukan sesuatu, tetapi nihil. Di mana mansion Zayyan? Di mana Zayyan? "Apa ini mimpi?" tanyanya dalam kebingungan. "Kalau ini mimpi, tolong bangunkan aku. Sing ingin bertemu Zayyan!"
Hatinya hampir hancur, dan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Sing merasa frustasi, ketakutan kehilangan zayyan yang baru ia temui dan yang telah membawa kebahagiaan ke dalam hidupnya. "Kumohon Zayyan, kau di mana?" teriaknya, suaranya menggema di antara pepohonan.
Hanya angin yang menjawab, dan kesunyian hutan semakin menambah rasa kesepian di dalam hatinya. Sing terjatuh, berlutut di tanah yang dingin, mencoba mencerna semua yang terjadi. Dia tidak ingin kehilangan Zayyan. Ia tidak ingin kehilangan zayyan yang telah mengubah hidupnya.
Dengan penuh harapan, Sing menggenggam erat tasnya, bertekad untuk tidak menyerah. Jika Zayyan ada di luar sana, ia pasti akan menemukan jalan pulang. "Aku akan mencarimu, Zayyan," bisiknya dalam hati, "apapun yang terjadi."
Setiap detik terasa seperti seabad, tetapi Sing tahu satu hal ia tidak akan berhenti berusaha. Daya juang dalam dirinya membara, dan ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk menemukan jawaban, meskipun jalan di depannya tampak gelap dan penuh rintangan.
-
-
-
Malam semakin larut, dan Sing terus berjalan tanpa arah, harapannya untuk menemukan mansion indah milik Zayyan semakin memudar. Rasa frustasi menyesakkan dadanya, dan ketakutan akan kehilangan Zayyan merayap masuk ke dalam pikirannya. Kenapa semua ini harus terjadi? Hidupnya baru saja dipenuhi kebahagiaan, namun kini, ia harus merasakan kehampaan dan kehancuran yang mendalam.
Zayyan adalah sosok yang selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan di saat-saat terpuruk. “Zayyan, tolong kembali,” ucap Sing hampir tak terdengar, suaranya tenggelam dalam kesunyian malam.
Hari mulai gelap, dan bayangan takut akan mamanya mencarinya menghantuinya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang. Dalam hati, ia berharap Zayyan hanya pindah tempat dan bukan pergi untuk selamanya. Dengan perasaan hancur, Sing mengendarai motornya pulang, pikirannya melayang jauh.
Sesampainya di rumah, Mama sudah menunggu dengan wajah khawatir. Melihat senyuman Mama yang hangat, Sing merasa bersalah karena telah membuatnya menunggu.
“Sing, kamu dari mana, nak? Tumben pulang malam?” tanya Mama, matanya penuh kekhawatiran. “Kamu selalu tepat waktu saat pulang sekolah.”
“Maafkan Sing, Ma,” jawabnya pelan. “Sing tadi ke mansion Zayyan, tapi…”
“tapi’ apa, Sing?” tanya Mama, semakin khawatir.
“Mansion Zayyan tidak ada, dan Zayyan bahkan tidak masuk sekolah,” ucap Sing, suaranya bergetar. Rasa sedih menyelimuti hatinya, membuatnya sulit bernapas.
“Sayang, tenanglah. Mungkin Zayyan hanya pindah tempat, dan besok semoga kau bisa bertemu lagi dengannya,” jawab Mama, berusaha menenangkan.
“Semoga saja, Ma,” balas Sing dengan suara serak. Mama melihat betapa putranya terpuruk, dan hatinya merasakan sakit yang sama. Dia teringat kata-kata terakhir Zayyan yang diucapkan kemarin, bahwa ia tidak selalu bisa bersama Sing selamanya. Apa itu tanda perpisahan?
Mama Sing berusaha berpikir positif, berharap semoga besok Sing dapat bertemu dengan Zayyan. “Kita tidak boleh menyerah pada harapan,” bisiknya dalam hati, berdoa agar semuanya baik-baik saja.
Setelah makan malam, Sing pergi ke kamarnya, tetapi tidurnya sangat terganggu. Ia terus memikirkan Zayyan dan mansion yang hilang. Dalam kegelapan malam, harapan dan ketakutan bercampur aduk.
“Zayyan, di mana kau?” ucapnya pelan, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. “Semoga kau baik-baik saja.” Ia memejamkan mata, berharap bisa mendapatkan jawaban saat terbangun nanti.
Keesokan harinya, Sing bangun dengan semangat yang sedikit terbangkit. Ia bertekad untuk mencari Zayyan, tidak peduli apa pun yang terjadi. Setiap langkah yang diambilnya adalah untuk menemukan zayyan yang telah mengubah hidupnya.
Dengan harapan yang menyala kembali, Sing berjanji untuk tidak menyerah. Dia akan mencari Zayyan sampai ia menemukan petunjuk tentang keberadaannya. Kini, perjalanan baru dimulai, dan Sing merasa bahwa cinta persahabatan yang tulus akan membimbingnya melalui kegelapan menuju cahaya harapan.
Maaf kalau up chapter nya sedikit telat 🐣
happy Reading 🥰🔥