My Naughty Dog ⏩ CalumHood//B...

By BiruLangit_2514

6.1K 834 136

Dia pergi dan dia juga pergi. Akankah orang-orang disekitarku juga akan pergi? More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23

Chapter 17

108 8 0
By BiruLangit_2514

Pengungkapannya saat itu membuatku lemah. Mengapa aku tak ingat waktu yang ia punya hanya tinggal sedikit lagi.

Dokter bilang keadaan ayahku sudah membaik, bila kondisi beberapa jam kedepan masih sama ayahku di perbolehkan pulang. Tentang Bradley ia nekat tidur di rumah sakit hanya untuk menemaniku. Untunglah alas tidurku lumayan lebar jadi kami tak terlalu terganggu terhadap satu sama lain.

"Kenapa kita tidak ke kamar mayat dulu?"kalimatnya membuatku ingin jatuh ke palung bersama ikan-ikan buas.

"Untuk apa sih?"

"Bersenang-senang. Apa lagi?"

Astaga, lain kali aku ajak Michael atau Weissy.

Sejak kapan kamar mayat jadi tempat hiburan anak-anak seumuranku?

"Bradley yang benar saja itu kamar mayat kita ini manusia."sahutku.

"Memangnya kenapa? Kita juga akan seperti mereka kan? Dan mereka juga manusia."

Cih, obrolan macam apa ini?

"Iya, tapi kita tidak akan masuk kedalam kamar mayat,"aku menoleh padanya. "Selagi kita masih hidup. Kau akan mimpi buruk."

"Benarkah Hazzelnut? Bilang saja kau takut."Olok Bradley seraya menyeruput jus apelnya.

Aku mengedikkan satu alisku. "Kau sendiri kenapa tidak melakukannya sendiri atau jangan-jangan kau takut?"aku tak mau kalah.

Ia mendegus. "Tidak."

"Jujur saja."

"Kalau begitu kau juga harus melakukannya."wajahnya mendekat di depan wajahku.

Krek...

Pintu kamar rumah sakit berdecit. Mendadak sosok pria dengan kacamata khasnya keluar dari sana.

"Bagaimana dokter?"

"Karena kondisinya sudah membaik. Saya memperbolehkan ayahmu pulang. Ingat, Obat harus di minum tepat waktu, jika tidak penyakitnya akan kambuh lagi, mengerti?"

"Ehm."jawabku sambil mengangguk.

"Ya, kalau begitu saya permisi."

"Ya dok. Terimakasih."

Dokter itu melangkah menjauhi kami. Begitupun aku, kaki-kakiku mulai melangkah menuju kamar di depan sana.

"Hei bagaimana dengan permainannya?"Bradley bertanya.

"Kita lupakan saja."

--

"Hazzel!"suara ayah membuatku melepas satu earphoneku. "Hazzeel!"

"Iya ayah."aku beranjak dari kasurku membiarkan laptopku menampilan obrolanku bersama Weissy kemudian aku melangkah keluar dari kamar ini menuruni tangga hingga akhirnya aku melihat ayahku sibuk membenahi buku-buku.

"Yaampun ayah, ayah baru saja sembuh bukan berarti boleh melakukan ini."tubuhku membungkuk berusaha untuk mencari lebih tahu kenapa ayahku melakukan ini.

Ia tak menjawab malah menyingkirkan ucapanku. "Nak, apa kau lihat buku ayah yang baru saja ayah beli 2 minggu yang lalu?"

Jadi aku kesini hanya untuk pertanyaan itu?

Aku tertegun mencerna kalimatnya. "Ugh, kurasa buku itu ada di..."

"Dimana ya? Kemarin aku sempat baca tapi aku letakkan lagi di sana."

"Hazzel... Kau ini bagaimana? selalu saja ceroboh,"ungkapnya masih sibuk mengotak-atik rak buku.

"Iya ayah aku minta maaf aku letakan lagi di situ."ralatku.

"Kalau di letakan di sini buku itu pasti ada Hazzel."Ayahku tetap tidak mau kalah padahal aku sangat ingat waktu aku meletakan buku itu di rak.

"Ayah aku letakan lagi kok di situ."

Ayahku mendecak. "Sudah ayah bilang berkali-kali jangan ceroboh."

"Tidak ayah aku letakan lagi di sana. Percaya padaku."gerutuku.

Ya, kadang dia menyebalkan.

"Mana buktinya Hazzel? Ayah bahkan belum menemukannya, Ayahkan sudah bilang berkali-kali kamu itu Ceroboh. Harusnya cerobohmu itu di hapus. "

Aku menghela napas.

Kalimat ceroboh itu membuatku naik darah.

Aku menghela napas pasrah, mungkin akan terdengar menyebalkan baginya. "Ayah selalu bilang begitu."

"Yasudah sana."

Hah? Aku di usir?

Aku terdiam sebentar menatapnya lalu memalingkan sosokku padanya.

Ku jatuhkan tubuhku saat telah sampai di kamar dan ku pandangi layar laptop yang telah penuh oleh pesan dari Edelweiss di tambah sekarang ia sedang mengetik. Karena aku penasaran segera ku baca kalimat-kalimatnya.

Haz, lain kali kita adakan acara musik di sekolah, kau kan panitia mungkin akan mudah.

Haz, bagaimana?

Hazzel....

Haaaazzz!!

Wajahku berubah datar. Langsung saja ku balas pesannya.

Maaf, ayahku memanggilku. Boleh juga, nanti akan ku coba.

Yay! By The Way Ayahmu kenapa?

Bukunya hilang dan aku di minta mencarinya -_-.

Drt...drt...drt...

Ponselku berdering.

Weissy ada yang menelfonku. Sebentar ya.

Aku langsung beralih pada ponselku. Segera ku dekatkan benda mungil itu pada telingaku sebelum ku amati siapa yang menelpon ku.

"Hallo?"sapaku canggung.

"Hei Haz."sahut seseorang di sebrang sana. Tentu suaranya sudah tidak asing lagi.

"Calum?"

"Yep."

Mataku membulat menggambarkan rasa senang dan kaget. "Kenapa? Kenapa kau menelponku?"

"Tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengisi waktuku setelah latihan Band."jelasnya.

"Ohh. Jadi?"

"Uhm... Aku hanya ingin... mendengar suaramu. Maksudku kau tahu dua hari yang lalu kita tidak bertemu."ungkapnya.

Tubuhku membisu. Masalah kuno ini lagi.

Aku pura-pura tertawa berupaya menghilangkan kecanggungan. "Begitu ya. Haha."

"Kau aneh, jangan jaga image begitu dong."katanya di iringi tawa.

Bibirku tersenyum simpul. "Aku hanya bingung Cal."

"Bingung kenapa?"

Haruskah aku bilang sekarang? Kitakan sudah lumayan dekat. Apa tidak salah jika aku bilang sekarang? Kurasa itu sangat salah. Tidak aku tidak akan bilang. Tapi mungkin...

"Bukan apa-apa."

"Dasar aneh. Oh iya bagaimana dengan ayahmu?"

"Ayahku baik dia sudah pulang."aku tertawa kecil.

"Serius?!"suaranya terdengar antusias.

"Ehm."

"Maaf ya aku tak bisa mengantarmu."

Deg.

"Tidak apa-apa lagipula ada Bradley yang menemaniku."

Ia tertegun agak lama. "Oh, Bradley."

"Yap."

Kini hening tak satupun dari kami mengeluarkan suara.

"Ehm... Haz?"suaranya membuat kalang kabut.

"Ya?"

"Aku tak tahu harus bilang apa tapi yang jelas aku ingin bilang terimakasih."

Aku terdiam mengamati pertanyaannya.

"Terimakasih untuk apa?"

"Nanti kau akan tahu. Sudah ya. Bye Haz."

"B-"

Calum mematikan jaringan telponnya. Sialan.

----

Kring...

Bell pulang telah berdering. Aku tak benar-benar beniat untuk meninggalkan kursi yang kududuki sekarang ini. Masuk di kelas yang berbeda tanpa mereka membuatku agak minder. Padahal aku ini panitia. Panitia yang redup. Hanya sebentar tenar yang kemudian menghilang. Itu tak ku jadikan sebagai beban lagipula aku telah memiliki orang-orang yang benar-benar ingin mengenalku.

Mendadak nama Maddy terlintas di otakku.

"Hey!"seseorang berhasil mengejutkanku, tubuhku terguncang akibat refleks.

Ia tertawa kecil lalu duduk di depanku dengan menggeser kursi di depan. "Kenapa belum pulang? Aku menunggumu di depan tadi."

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin di sini sebentar."ku beri senyum simpulku.

"Yakin? Aku ini bisa baca perasaanmu."

Aku tertawa jahat.

"Serius aku bisa."

Kepalaku mulai mengarah pada seantero wajahnya. "Kalau begitu diam dan jangan beritahu siapa-siapa."

Jujur, sebenarnya aku tidak peduli dengan ungkapannya tadi karena yang dapat memahaminya hanyalah dirinya seorang.

Ia tersenyum miring dan masih tetap menatapku.

"Baiklah, kita pindah ke topik lain."

"Oh iya Cal. Tentang 'terimakasih' maksudnya apa?"aku bertanya.

"Oh itu. Kau benar-benar ingin tahu?"

"Ya tentu, kau kan juga manusia yang dekat denganku, setelah Edelweiss dan Bradley."

Calum cuma tertawa mendengar ungkapanku tadi. "Jadi..."Ia meraih kedua tanganku.

Degupan jantungku menggesit.

"Tanganmu dingin."

Mataku melebar tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

"Kau adalah penyelamatku. Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah kalah oleh Maddy."

"Apa maksudmu?"gumamku.

"Aku tak ingin menjelaskan jika hasilnya hanya membuatmu sakit. Jadi hanya itu yang bisa kuucapkan."urainya lembut.

Kalah oleh Maddy? Membuatku sakit?

Diam jadi hal yang utama sekarang.

"Cal sungguh aku tidak mengerti."sungutku.

Ia terdiam memandangku, namun tak lama mengeluarkan suaranya lagi. "Kau pengganti Maddy. Aku men-"

"Haz!"Seseorang menyelak perkataan Calum. Pria berambut ikal tengah berdiri di ambang pintu mengamati kami berdua-merasa curiga. Kemudian ia melangkah ke arahku dan Calum.

"Sedang apa kalian?"tanyanya antusias.

"A-"

Calum menyangkal ucapanku.

"Aku sedang menunggunya, tak salahkan jika aku menunggunya?"tanya Calum keras kepala-namun ekspresinya tidak menjelaskan secara jelas.

"Oh tentu tidak Cal."jawab Bradley santai. Bradley kembali memfokuskan dirinya terhadapku. "Ayo pulang."

"Hey, dia pulang bersamaku."

Bradley menoleh pada Calum. "Cal, rumahnya di sebelahku."

"Ayolah kawan. Hentikan ini."gerutuku malas mendengar ocehan manusia-manusia abstrak di depanku.

Mereka terdiam namun saling memasang tatapan kegelapan.

Aku bangkit dari kursi. "Ayo pulang."

--

Malamnya...

"Sudah kubilang Calum itu bukan pria yang baik. Kau harus jaga jarak dengannya kalau aku sudah tidak ada disini."jelasnya panjang lebar.

Ia terus membicarakan hal itu-selama 19 menit yang lalu. Entah karena khawatir atau sesuatu yang berbeda dari itu. Mungkin itu. Karena gerak-geriknya selama ini membuatku mengerti walau kadang ia bertingkah aneh.

"Apa yang kau bicarakan? Jangan pandang orang yang nekat menemaniku ke rumah sakit di daerah Wyong itu jahat."sahutku.

"Kau pikir aku tidak nekat? Apa kau lupa saat aku menemanimu di rumah sakit?"tanya Bradley tidak mau terkalahkan.

Aku terdiam sekejap. "Kau tidur. Ia mengendara selama 3 jam. Mana yang lebih santai?"

Ia menghela napas. "Tapi bagaimana jika ia melakukan hal yang tidak-tidak? Ia itu buruk."

"Heh, memangnya kau tahu apa tentang dia?"cemohku.

Matanya melirikku tajam. Tidak lama ia bangkit dari sofaku lalu berhenti sebentar di ambang pintu.

"Aku tak suka caramu merendahkanku. Kuharap kau tidak merindukanku."

Aku mengamatinya. "Kuharap juga begitu."

####

Sorry yang udh pada lumutan nungguin ni cerita(?) Tunggu keknya g ada deh:"v

Kalian kalian yang baca jangan lupa vote cerita abal-abal ini ya ty...

Muah muah muah

Continue Reading

You'll Also Like

647K 45.5K 51
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
254K 18.6K 96
Tiga pasang remaja yang di takdirkan menemukan bayi yang di takdirkan mengurus ke empat bayi karna suatu insiden dulunya bayi bayi itu di tempatkan...
598K 66.4K 43
Kosan Amour tercipta untuk seluruh rasa sakit yang akan di sembuhkan oleh kehangatan. ....... Highest rank 1 - #Jaerose 2 - #vsoo 3 - #vsoo 3 - #kpop...
190K 13.9K 39
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...