I'm not crazy
I'm just the man
Searching for reason to find you
Over and over again
I'm not crazy
I'm just the man
I'm doing everything
That i can
°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Demian Pov
Di hari bahagia pernikahan adikku, seharusnya aku juga turut bahagia. Hari ini tepat dimana janji hidup setia semati terucap dari keduanya, bersiap mengarungi lika-liku hidup.
Ya, aku juga bahagia. Tapi ada yang kurang dari kebahagiaanku, seharusnya dia ada disini. Dia yang ternyata berhasil memporak-porandakan seluruh isi hatiku. Dia yang berhasil mencairkan kebekuan cintaku selamanya, dan dia yang sudah berhasil mengembalikan Demian yang dulu.
Dan lelaki pecundang sepertiku ini malah menyiakannya, menyakitinya dengan perbuatan dan ucapanku. Aku telah benar-benar salah menilainya, dia ternyata tidak seburuk yang aku kira.
Sampai saat ini pun aku belom bisa menemukan keberadaanya, aku benar-benar ingin meminta maaf dan memulai semuanya dari awal lagi.
Di tengah riuhnya acara, yang kurasakan hanyalah sepi. Senyum yang ku berikan kepada tamu undangan hanya kamuflase atas rasa sedihku kehilangannya. Sampai akhirnya aku seperti melihat sosoknya sekilas diantar kerumunan, dan entah kenapa jantungku berdetak begitu cepat. Wanita itu sangat mirip dengannya, hanya saja aku belom begitu yakin. Karena aku belom pernah melihatnya tampil dengan make up, aku terus mengejarnya, hingga akhirnya dia hilang entah kemana.
Sepertinya aku butuh mengistarahatkan tubuhku, aku takut itu tadi hanya halusinasiku saja.
"Ngga mbak sama temen mbak, katanya sih dia udah duluan kesini tapi mbak belom lihat batang hidungnya".
"Cowoknya mbak ya cuitcuit".
"Bukan Sya, cewek. Qiran namanya". Aku mencoba untuk mendengarkan perbincangan Tasya dan Jihan.
"Ohh, eh tunggu mbak siapa namanya?". Tanya Tasya sekali lagi, jantungku makin berdegup kencang. Apakah wanita yang dibicarakan ini dia.
"Qiran Sya, Hanna Qiran Falguni kenapa sih memangnya?".
"Mbak kenal dimana sama Hanna atau Qiran itu". Semakin penasaran aku dibuatnya.
"Lha diakan karyawan mbak, dia kerja di restonya mbak di lombok. Kenapa sih pada aneh deh. Kalian juga kenal?". Seketika itu aku bagai dihantam oleh ombak besar, aku begitu bodoh sampai tidak berpikir bahwa dia akan bersembunyi ditempat terpencil.
"Maaf ya Sya Tristan temen mbak langsung ke bandung katanya ada urusan penting ini barusan bbm mbak". Akupun semakin terbengong. Secepat itukah dia pergi tapi kenapa? Rupanya si siput sudah berubah menjadi belut.
"Bandung? Gapapa kok mbk, tadi dia udah kesini duluan". Jawab Tasya. Baiklah kalo dia bisa gerak cepat aku juga akan mengimbanginya.
Tak ku hiraukan pesta yang masih berlangsung, segera saja ku pacu mobilku menuju bandung, ini kesempatanku bertemu dengannya dan memulai semuanya dari awal lagi.
"Tahan dia Tuhan sampai aku disana". Ujarku
Malam mulai larut, aku terus memacu mobilku agar segera sampai di bandung. Kalo meminta maaf darimu harus dengan nyawa akan aku lakukan.
Perjalana menuju rumah Hanna bukannya tanpa halangan, letak rumahnya yang sedikit jauh dari kota sedikit susah di jangkau, apalagi mobil tidak bisa melalu jalan menuju rumah Hanna. Dengan seluruh tenaga akhirnya aku sampai juga di rumah Hanna.
Rumah yang cukup sederhana dengan banyak tumbuhan disekitarnya, mulai buah hingga bunga tumbuh subur memberikan pemandangan yang asri dan sejuk.
Tok...tok...tok !!! . aku tidak tau apa bisa dikatakan sopan bertamu diatas jam tujuh malam seperti saat ini. Cukup lama aku menunggu namun tidak ada sahutan dari dalam rumah, apa semua sudah tidur.
Tok...tok...tok , assalamulaikum. Tak lama kemudian suara kaki menuju arah pintu terdengar dari dalam rumah.
"Waalaikumsalam, loh nak Demian kan?". Bagaimana bisa bunda Hanna masih mengenalku.
"Iya bun ini saya, maaf kalo menganggu malam-malam seperti ini".
"Masuk nak, bicara didalam saja". Bunda Hanna mempersilahkan aku masuk, aku segera menurutinya. Aku duduk setelah dipersilahkan, aku celingukan tidak ada tanda kehadiran Hanna sama sekali.
"Kal...!!! Bikinkan teh hangat manis nyak . Aya aa Demian iye". Seru bunda.
"Ngga usah repot-repot bun, saya mungkin ngga lama". Tolakku halus.
"Eee ula kitu atuh kasep. Tunggu nyak masih di bikin keun sama Ikal, sok memangnya teh aya non malem-malem kadiek?". Tanya bunda tanpa basi-basi persis seperti Hanna.
"Maaf bunda sebelumnya, apa ada Hanna disini?".
"Kunaon atuh kok kamu cari Hanna? Ada masalah memangnya?". Selidik bunda.
"Um anu bun, sudah hampir dua bulan ini Hanna menghilang, terus tadi kata teman saya, Hanna ada disini. Makannya saya kesini". Bunda melihatku penuh selidik, aku hanya bisa tertunduk lesu.
"Ini kak tehnya diminum dulu mumpung hangat". Tiba-tiba Ikal datang dengan dua cangkir teh hangat.
"Teh Hanna mah udah pergi dari satu jam yang lalu kak, kakak telat". Informasi dari Haikal membuat hatiku mencelos seketika. Apa aku kehilangannya lagi?.
"Sana-sana Ikal ulah ikut-ikut kitu. Masuk, ini urusan bunda sama Demian sok buru". Bunda mengusir Haikal agar tidak ikut campur.
"Apa bener bun yang dibilang Haikal?". Bunda mengangguk dan menghembuskan nafas kasar. Luruh sudah badanku di sofa.
"Kasep, bunda teh bingung. Dua bulan yang lalu Hanna bilang dia ada tugas ke luar negri dari kantornya, terus sekarang kamu nyariin Hanna, sebenarnya ada apa?".
Sungguh aku dibuat bingung harus bilang apa ke bunda, kalo Hanna sebenarnya pergi entah kemana.
"Bunda, ngerasa ada yang aneh sama Hanna. Sepertinya dia punya masalah besar tapi ngga mau bilang ke bunda. Hanna ngga akan seperti ini kalo masalahnya tidak besar. Memangnya kamu sama Hanna pacaran kitu?". Aku semakin bingung menjawab pertanyaan dari bundanya Hanna, sampai saat ini aku pun masih tidak tau hubunganku dengan Hanna disebut apa. Memang saat itu aku pernah menyatakan perasaanku tapi itu hanya permainanku saja, dan sekarang saat aku kehilangannya aku sadar akan satu hal, bahwa aku benar-benar tidak bisa hidup tanpanya. Aku benar-benar harus berpikir keras untuk jawaban yang tepat.
"Maaf bunda sebelumnya, kedatangan saya kesini sebenarnya ingin mencari Hanna dan juga ingin melamarnya". Poor of you Demian ! Kenapa disaat seperti ini mulutku malah mengatakan hal yang tidak-tidak.
"Apa kamu sudah yakin? Menikah bukan hal remeh nak, apalagi Hanna pernah punya masa kelam di hidupnya mengenai kehidupan berumah tangga". Ku lihat mata sendu dan berkaca-kaca itu namun senyun dari bibir itu menuliskan restu atas keinginanku ini.
"Iya bunda, saya serius. Saya tidak pernah berani melanggar komitmen saya". Lalu bunda menggenggam tanganku, entah apa yang ingin beliau salurakan.
"Bunda percaya akan keseriusanmu, hanya saja bunda tidak ingin Hanna mengalami hal yang sama dengan bunda. Bunda tau anak perempuan bunda sangatlah rapuh namun dia berusaha menjadi batu karang yang kuat ditengah hantaman ombak besar kehidupan". Satu tetes air mata lolos dari mata bunda.
"Bunda selalu berdoa, kelak lelaki baik-baik, tulus serta mencintai Hanna dengan apa adanya, yang nantinya akan menjadi sandaran hidupnya, siapapun itu yang datang". Ada perasaan bersalah yang besar atas apa yang sudah aku lakukan terhadap Hanna.
Ku genggam erat tangan bunda serta menatapnya lurus. "bunda izinkan saya membahagiakan Hanna dengan seluruh jiwa dan raga saya. Saya janji bunda secepatnya akan membawa Hanna pulang kembali, dan bisa berkumpul kembali dengan bunda dan Haikal".
Lalu bunda meraihku dalam pelukannya, pelukan yang benar-benar sama menenangkannya seperti pelukan mommy.
"Bahagiakanlah anak bunda Demian, jangan pernah sakiti dia. Bunda merestui kalian berdua". Senyum mengembang di kedua bibir kami, dan dengan ras hormat aku mencium punggung tangan bunda. Dengan lembut bunda mengusap-usap kepalaku. Semoga ini keputusan benar, ada sedikit perasaan lega dalam hatiku, aku pun berjanji akan membahagiakan Hanna kelak. Amin!
"Yasudah bunda, saya pamit. Bunda butuh istirahat maaf ya bun dan terimakasih".
"Sama-sama nak, hati-hati". Malam ini aku kembali ke jakarta. Sepertinya aku harus tenggelam lagi dalam tumpukan berkas-berkas perusahaan.
Hanna, Hanna my siput pluto. Efek samping apa yang kau berikan kepadaku, berkat kau saat ini aku kembali merasakan jatuh cinta yang sebenarnya.
Suatu hari nanti debaran jantung ini akan kembali berdetak saat berada didekat orang yang sama yaitu kamu.
###
Author Pov
Sejak semalam Demian tidak bisa tidur dengan nyenyak, bayangan Hanna selalu hadir dalam tidurnya.
Bahkan sudah beberapa hari ini Demian bermimpi sedang menimang tiga bayi yang belom terlalu jelas wajah dan kelaminnya, hanya saja ketiga bayi tersebut selalu saja memanggilnya dengan sebutan papa. Dalam mimpi itu juga ada Hanna sedang menyusui bayi, senyum mereka berdua terkembang sempurna.
Sedangkan jauh berkilo-kilo meter dari tempat Demian. Hanna juga merasakan apa yang Demian rasakan, diusi kehamilan yang ke lima bulan ini Hanna sering sekali merasakan tendangan-tendangan keras dari ketiga malaikat kecilnya, dan itu terjadi saat Hanna sedang bermimpi tentang Demian.
Sementara itu, Gwen sendiri masih terus foya-foya dengan uang yang di berikan Demian. Perutnya yang semakin membuncit tak membuat Gwen kehilangan selera fashionnya, malah aura Gwen terlihat begitu cantik, kulitnya semakin bersih.
Tasya dan Tristan masih terus menatikan kabar terbaru dari mbak Jihan mengenai keberadaan Hanna, sinyal yang terlacak terakhir mereka berkomunikasi berada di terminal bus, setelah dicari disana tidak ada yang tau karena banyaknya penumpang yang hilir mudik, naik turun di dalam bus. Akhirnya Tasya dan Tristan memutuskan untuk mengerahkan semua orang suruhannya untuk melacak keberadaan Hanna.
Lalu, di rumah Hanna sendiri di bandung, bunda dan Haikal dibuat bingung oleh tingkah Hanna yang tiba-tiba saja menghilang, dengan alasan kerja. Memang tiap bulan kiriman uang dari Hanna tidak pernah berhenti bahkan itu dalam jumlah yang cukup besar. Mereka terus berdoa, agar Hanna di beri kesalamatan dan di lindungi disana.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hallo hallo, hehe maaf ya lama update. Author sibuk ngurusin suami .
Ohh yaa author mo nanya doooonggg...
Kalo misalnya kisahnya Tristan sama Tasya ditulis pada setuju dan penasaran ngga sih?
Komen dong yaaa, kalo banyak iyanya ntar author tulis kalo ngga yaudin deh ngga usah heheheh
Jangan bosen nunggu next partnya yaaa gaeesss mwah