ciiiitttt......
Tiba2 bus mengerem secara mendadak dan....
"Ommoo (yn)-ah!!!!" Teriak chanyeol terkejut karena melihat posisi kepalaku yang nyaris membentur jok bangku depanku karena masih tertidur. Dengan sigap chanyeol menyengga kepalaku dan pelan-pelan ia menyandarkan kepalaku pada bahunya agar aku bisa kembali tertidur dengan posisi yg nyaman. "Dasar tukang tidur, bagaimana bisa bahkan kau tak terganggu sedikitpun dengan kajadian barusan,ckck" ucapnya dengan tersenyum smbil membenahi anak rambutku dan meletakannya di belakang telingaku. Beberapa menit kemudian bus telah berhenti karena kami telah tiba di tempat tujuan. Para siswa pun banyak yang sudah bersiap untuk turun, dan hwang songsaengnim pun segera menghampiri chanyeol. "Apa kau sudah baikan?" Tanyanya khawatir. Chanyeol pun segera 'berakting' lagi. "Nde saem, gwenchansemnida hanya sesikit lemas" ucap chanyeol sedikit menampakkan wajah lemasnya. "Bilanglah padaku jika kondisimu memburuk,ne?" Pinta hwang songsaengnim. "Nde..." jawab chanyeol. Saat chanyeol masih berdiam di kursinya karena kepalaku yg masih menyender di bahunya, tiba-tiba sehun datang. "Kenapa kau tidak membangunkan (yn)?bukankah seharusnya kita turun?" Tanya sehun. "Sudah kau turunlah saja,aku ingin (yn) tidur dengan cukup dulu, ia pasti lelah" balas chanyeol. "Hm...baiklah jika ia sdh bangun, pastikan ia harus memakai jaket tebalnya ya?aku tidak ingin ia terkena demam karena cuaca masih cukup dingin" ucap sehun lalu pergi. "Aissh....bahkan tak perlu kau beritahu aku jg sdh tahu" dengus chanyeol sebal. "Kau tidurlah yang nyenyak, aku akan tetap disini menemanimu sampai kau bangun" ucap chanyeol mengelus pipiku lembut. Karena tiba-tiba cahaya matahari mulai menembus kaca bus,chanyeol berusaha menarik selambu bus susah payah hingga tanpa sengaja membuat pergerakan-pergerakan asal yang akhirnya justru membangunkanku. "omo!!mwoanenggoya( apa yg kaulakukan)?" Tanyaku terperanjat saat tahu chanyeol yang posisinya seperti akan memelukku karena jarak wajah kami mngkn hanya terpaut beberapa centimeter saja. "Ehm...aniya, geunyang..ah...selambunya mau kututup, kita sdh sampai beberapa menit lalu" ucap chanyeol. "Mwo?" Tanyaku kaget dan baru menyadari juga bahwa seluruh penumpang bus sudah lenyap dari kursi mereka masing-masing.
"Kau.... kenapa tidak turun?" Tanyaku padanya.
"Memang siapa yang akan menyangga kepala si putri tidur galak ini jika aku pergi?huh?" Sindir chanyeol.
"Aissh.... bilang saja jika tidak ikhlas menyangga kepalaku! Minggir! Aku mau mencari sehun!" Ucapku kesal.
"Ck... bahkan saat membuka matanya saja nama oh sehun yang langsung terlintas dipikirannya, jujur aku memang mulai menyukainya, tapi...ah sudahlah" ujar chanyeol yang ikut turun menyusulku.
Tak terasa berbagai kegiatan telah dilakukan hingga acara api unggun dilaksanakan. Seluruh siswa telah siap dan berkumpul dengan pakaian hangat, dan juga syal yang terkalung dileher mereka.
Kini aku, chanyeol, sehun, dan hyerim telah duduk disekitar wilayah api unggun. Hingga tiba2 hyerim memutuskan untuk pergi saat melihat ada ha joon diseberang api unggun.
"Apa kau kedinginan?" Tanya sehun perhatian.
"Tidak, aku kan sudah pakai baju hangat" sahutku sembari tersenyum kearahnya.
"Berisik sekali kalian" tiba - tiba aksi protes tidak jelas seorang park chanyeol berhasil membuyarkan suasana hangat dan tenang yang dibangun oleh aku dan sehun.
"Kalau terganggu ya sana pergi saja!" Ketusku yang dibalas tatapan sinis dari chanyeol.
"Kau ini....ah sudah, ayo ikut denganku sekarang, aku tidak bisa menahannya lebih lama, sehun, jaga tempat kami, jgn sampai ada yang mendudukinya nanti" perintah chanyeol yg langsung menarik pergelangan tanganku pergi. Kini kami telah berada di tepi danau yang tenang dan pantulan sinar bulan di air yang menambah kesan indah walau dimalam hari.
"Mau apa?ha?mau apa?main tarik tangan orang saja!" Kesalku.
"(Yn)-ah.... aku....ah, pasti kau sudah menganggapku gila kali ini, tapi aku bersungguh - sungguh" ucap chanyeol dengan wajah serius.
"Mau bilang apa? Sudah cepat katakan, kau kan sudah gila dari dulu" ucapku yang sebenarnya juga sedikit penasaran dan jantungku bahkan berdegup lebih cepat saat melihat mata seorang park chanyeol yang menatapku dengan penuh keseriusan.
"Aku..... menyukaimu, (yn)-ah... dengar, walau kau pasti terkejut, tapi.... aku memang menyukaimu, entah dengan penuh kesadaran atau tidak, aku mulai terbiasa dan aku.... aku..." ucap chanyeol bingung dengan kata apa ia harus mengatakan bahwa kali ini ia memang sedang tidak bercanda sedikitpun dengan ucapannya.
"Kau.... menyukaiku? Tapi....bukankah..." ucapku sedikit bingung mencerna ucapan chanyeol barusan.
"Aku mengganggu dan menggodamu, itu karena menurutku hanya dengan cara seperti itu aku akan dapat berkomunikasi denganmu, aku tidak berniat menggunakan cara itu karena pada awalnya aku memang tidak ada rasa padamu, tapi... lama - lama... aku... menyukaimu" ucap chanyeol langsung menundukkan kepalanya.
"Chanyeol-ah..." aku sungguh tidak tahu harus mengatakan apa, aku masih terlalu terkejut saat mendengarnya. Namun jujur dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku juga bahagia saat ia mengatakan ia menyukaiku. Bukankah artinya aku kini sedang 'ditembak' oleh seorang park chanyeol?
"Ups, apa aku mengganggu? Aku... ada perlu dengan (yn) sebentar, bisa?" Tiba - tiba sehun langsung datang dengan wajah santai dan senyum tampan seperti biasanya.
"Sehun-ah! Ah.. ani maksudku, kenapa kau bisa ada disini?" Tanyaku gugup dan sesekali juga menoleh kearah chanyeol yang tampak sedikit... sedih? Entah benar atau hanya pemikiranku saja, karena mataku menangkap ekspresi kesedihan darinya, dan tak lama chanyeol langsung tersenyum kearahku.
"Tak apa, aku akan pergi, lanjutkan saja apa yang akan kalian bicarakan" ucap chanyeol dan ia langsung pergi.
"Ehm.. chanyeol-ah" ucapku yang tak enak hati dan langsung reflek menggenggam tangannya, dan chanyeol malah langsung melepaskan genggaman tanganku pada pergelangan tangannya, dan ia benar - benar pergi.
"Ada apa? Apa kalian masih belum selesai berbicara?" Tanya sehun penasaran.
"Ah.. tidak kok, apa? Ada yang mau kau bicarakan denganku?katakan?" Ucapku.
Ah... lebih baik setelah acara ini saja aku akan menemui chanyeol, agar ia tidak salah paham batinku.
"Aku... menyukaimu, (yn)-ah" ucap sehun sembari menggenggam tanganku lembut.
Apa-apaan ini! kenapa seperti ini! Aku kenapa harus mengalami hal membingungkan begini, mungkin banyak orang yang menginginkan posisiku sekarang, tapi aku berani bersumpah ini kejadian paling seram dalam hidupku, aku, ditembak, di tempat yang sama, dengan 2 orang berbeda, 1 orang adalah incaranku dari dulu, dan yang 1 adalah orang yang berhasil mendapatkan hatiku dengan sikap menjengkelkannya itu, dan kini, apa yang harus aku lakukan? Batinku
"Kau tak harus menjawabnya sekarang, aku tahu kau butuh waktu" jelas sehun saat tahu mimik wajahku yang terlihat sangat kaget dan bingung tentunya.
"Ak..aku..." ucapku tergagap.
"Kau akan menjawabnya sekarang?" Tanya sehun penasaran.
"Ehm...aku..." ucapku masih bingung kata - kata apa yang bisa kukatakan sekarang.
Disisi lain, chanyeol kini melihat semuanya, ia melihat bahkan mendengar dengan telinganya sendiri bahwa sehun sedang 'menembak' ku di tempat yang sama dengannya beberapa menit yang lalu, bukan mengintip sebenarnya, namun chanyeol dimintai tolong untuk mencari ranting agar dapat menambah volume kayu untuk kebutuhan pesta api unggun ini. Dan saat chanyeol sibuk mencari kayu untuk api unggun di semak - semak sekitar danau, matanya menangkap sosok sehun yang berdiri bersamaku di tepi danau, sama persis dengan posisinya tadi, dan ia bahkan mendengar bahwa sehun tengah mengungkapkan perasaannya padaku juga sama seperti yang dilakukannya tadi.
Aku tahu kau pasti akan memilihnya, bahkan sepertinya kau akan menjawabnya saat ini juga, aku tak bisa mendengar jawabanmu, lebih baik aku pergi saja dari sini batin chanyeol saat dadanya bertambah sesak melihat dan mendengar kejadian barusan.
"(Yn)-ah... sungguh jangn dipaksakan, aku masih bisa menunggu jawabanmu besok atau kapanpun kau siap untuk menjawabnya" jelas sehun.
"Tidak sehun-ah, aku bisa membalasnya sekarang, aku bisa menjawabnya" sanggahku
"Baiklah, aku akan selalu mendukung apapun yang kaukatakan, sampai kemungkinan terburuk kau menolakku, aku akan menerimanya, dan kuharap kita bisa menjadi teman setelah kejadian ini" jelas sehun.
"Apa kau tahu? Dari dulu aku sudah menantikan saat ini tiba, bahkan aku beberapa kali sampai memimpikan hal ini dalam tidurku, aku bahkan sudah mengagumi dan menyukaimu dari waktu yang cukup lama, tapi itu dulu, kini perasaanku sudah tidak seperti dulu padamu, sehun-ah. Aku kini telah menyukai namja lain, mungkin jika kau dulu melakukan hal ini, aku akan menerimamu, tapi aku tahu ini juga sepenuhnya bukan salahmu, perasaan datang bukan karena dipaksakan bukan? Kau pasti tahu, dan kau juga pasti merasakannya, jadi..... maafkan aku" ucapku sambil menunduk.
"Sudah.... tak apa... kau tak perlu merasa bersalah begitu. ya!! Tak usah sedih begitu, aku paham, perasaan tak bisa dipaksakan, dan aku tahu bagaimana rasanya hal itu, aku juga minta maaf membuatmu merasakan sakit hati berkali - kali saat aku tak menyadari perasaanmu kepadaku dulu, dan kurasa, ini balasan yang akan kudapat, ya.. hukum karma, kau tahu itu kan?" Ucap sehun sambil tersenyum kepadaku, tapi aku tahu sebenarnya didalam senyumnya ada kekecewaan yang nampak diwajah tampannya itu.
"Sekali lagi maafkan aku, kita.... masih bisa menjadi teman kan? Atau sahabat?" Ucapku penuh harap.
"Tentu saja, apa kau pikir karena kau menolak perasaanku aku akan membencimu dan tidak mau berteman lagi denganmu? Ckck... pemikiran siswa juara 1 olimpiade tingkat nasional tidak akan sedangkal itu" jelasnya sambil terkekeh.
"Ah... syukurlah, gomawo sehun-ah" ucapku yang reflek memeluknya.
"Ya! Lihatlah! Apa setelah menolakku kau bisa memelukku? Apa kau pikir jantungku akan berhenti berdegup kencang saat kau menolakku? Wah... kau ingin membuatku mati cepat ya?" Sindir sehun yang bermaksud menggodaku.
"Sehun-ah...." ucapku mengeratkan pelukanku padanya.
"Aigo... ya! Kau ini" ucap sehun yang terkekeh dan membalas pelukanku.
"Berbahagialah walau bukan bahagia bersamaku, aku akan senang jika melihatmu bahagia bersama orang yang kaupilih, karena aku yakin hatimu akan menuntunmu ke orang yang lebih baik untuk orang baik sepertimu, (yn)-ah" ucap sehun pelan disamping telingaku dan ia semakin mengeratkan pelukannya padaku.
"Kurasa ini pelukan terakhirku padamu, tolong tetaplah dalam posisi seperti ini sampai aku yang akan melepasnya sendiri dan membiarkanmu pergi" ucap sehun yang tanpa kutahu sudah meneteskan airmatanya di pundakku.
"Baiklah, sehun-ah" ucapku yang masih memeluknya. Kami terdiam dan masih saling memeluk dalam beberapa saat hingga sehun yang kini sudah melepas pelukannya padaku.
"Baiklah aku sudah melepasmu, kau janji pilih lelaki yang benar - benar menyayangimu, arra?" Ucap sehun.
"Baiklah... sekali lagi, mianhae, gomawo sehun-ah" ucapku dan dibalas senyuman hangat oleh sehun.
"Baiklah, aku kesana dulu, kasihan ha joon kerepotan membereskan acara seusai api unggunnya, kau menyusullah jika sudah selesai melihat pemandangan danau, sudah malam, angin malam tidak sehat untuk tubuh" ingatnya.
"Arraseo" ucapku.
Kini langkah kakiku berjalan dengan 1 tujuan, yakni mencari namja yang tengah memenangkan hatiku, park chanyeol.
"Kau tahu chanyeol dimana?" Tanyaku pada ha joon yang kebetulan lewat.
"Tadi di tendanya, sepertinya ia tidak enak badan, kulihat wajahnya lemas dan tak bersemangat begitu" ucap ha joon.
"Ah... begitukah? Gomawo ha joon-ah" ucapku sambil berjalan menuju tenda chanyeol.
"Chanyeol-ah, mwohae (sedang apa)?" Tanyaku saat melihat ia tengah menutup seluruh tubuh hingga wajahnya dengan kasur lipat.
"Pergilah, aku ingin sendiri" ucapnya masih tak berniat memperlihatkan wajahnya padaku.
"appo (sakit)?" Tanyaku.
"Hmm" balasnya.
"Yasudah jika begitu, aku akan keluar, istirahatlah dan pastikan tubuhmu tetap hangat" ucapku lalu keluar menuju tendaku.
Malam ini semua acara telah usai, chanyeol? Ia tetap ditendanya dan tidak mengikuti acara penutupan camping ini, dan sehun? Tentu saja ia masih ikut bersama kami dan tetap tersenyum walau aku tahu persis hatinya sedang sebaliknya.
Setelah acara penutupan akupun segera berjalan menuju tendaku bersama hyerim, dan gyura. Setelah yang lain sudah tertidur pulas, aku masih tetap membuka lebar mataku, entah sudah berapa kali aku mencoba memejamkannya, namun rasanya rasa kantukku sudah terkalahkan dengan rasa aneh dalam hatiku, beberapa kali aku bahkan ingin berlari dari sini menuju tenda chanyeol untuk memastikan apakah dia baik - baik saja, namun kuurungkan niatku saat terbayang apa jadinya jika disaat camping akan berakhir bahkan aku harus kena hukum karena melanggar jam tidur.
Pagi ini matahari sudah menampakkan sinarnya, kami semua sedang bergiliran memasuki bus, aku bahkan sudah mendapat giliran masuk setelah hwang saem memanggil + mengabsenku. Kini semua siswa sudah berada didalam bus.
"Chanyeol, kau bisa pindah bersama (yn) jika memang kau tak sanggup duduk dibelakang" ucap hwang songsaengnim saat teringat bahwa chanyeol tidak bisa duduk diposisinya sekarang karena adegan 'mabuk darat pura - puranya' kemarin.
"Tidak saem, aku disini saja" ucap chanyeol sambil memalingkan wajahnya kearah jendela.
"Nanti bagaimana jika kau mabuk lagi?" Tanya hwang songsaengnim khawatir.
"Tidak akan saem, lagipula aku bisa langsung ke toilet bus jika memang aku merasa mual" jawab chanyeol tak bersemangat.
"Baiklah..." jawab hwang songsaengnim
"Chanyeol kenapa?" Tanya sehun yang duduk disebelahku.
"Entahlah, sudah sejak semalam ia begitu, hm... sudahlah biarkan, mungkin dia habis ada masalah dgn omma dan appa nya, tak tahu aku" ucapku asal.
"Kau.... sudah tak apa?" Kini aku balik bertanya pada sehun.
"Geuroum (tentu) nan gwenchana, gogjhongma (jgn khawatir)" ucap sehun sembari tersenyum.
"Thaengida (syukurlah)" balasku.
Perjalanan yang melelahkan kini sudah terlewati, kini aku dan chanyeol sudah berada dirumah setelah ahjusshi menjemput kami. Namun hal yang sama masih terjadi, chanyeol masih saja mendiamkanku, bahkan saat aku bertanya ia tidak menjawabnya dan malah berjalan menjauh, saat aku memegang tangannya, ia langsung menampisnya dan menatapku dgn tatapan dingin lalu pergi, dan kini, bahkan ia tidak membantuku membawa koperku dan malah melaju kekamar dengan membawa kopernya saja.
"Tuan muda kenapa agasshi(nona)?" Tanya ahjusshi padaku.
"Aku tidak tahu ahjusshi, mungkin mood nya sedang buruk atau malah dia marah padaku" ucapku.
Kini aku sudah dikamar, aku melihat chanyeol langsung tiduran dikasurnya tanpa membereskan barang bawaannya di koper atau setidaknya mengganti bajunya dulu.
"Kau tidak berganti baju dulu? Kusarankan mandi dulu dengan air hangat baru istirahat, agar capeknya berkurang" ucapku.
"Tidak usah mengurusi urusan orang lain, dan tak usah sok perhatian padaku" ucapnya dingin sembari memejamkan mata.
"Kau...kenapa?" Tanyaku reflek saat mulai bingung dengan sikap dinginnya padaku. Bukannya menjawab ia malah keluar dari kamar, entah kemana.
"Jika dia marah padaku, memang aku berbuat salah apa padanya? Apa karena semalam saat didanau itu? Tapi kan aku belum menjawabnya, bukan berarti aku menolaknya kan? Dan... dia bahkan langsung pergi waktu itu" ucapku bingung sambil menaiki tangga menuju kasurku diatas sembari menenteng koperku yang berat ini.
Siangnya, aku melihatnya sedang menonton tv di ruang tengah, karena perutku sudah lapar dan kurasa chanyeol juga begitu, maka akupun memberanikan diri bertanya padanya, jujur, jika dia bersikap dingin seperti ini membuatku sedikit....takut.
"Chanyeol-ah... kau mau... makan siang dengan apa? Aku... akan memasakannya" ucapku ragu.
Diam.
Chanyeol tak menjawabnya dan tetap memfokuskan pandangannya pada layar tv.
"Chanyeol-ah.... kau dengar aku kan?" Tanyaku memastikan.
"Bisa tidak kau tak menggangguku dengan suaramu itu?huh?! Semakin aku mendengar suaramu membuatku semakin sesak!" Kini chanyeol malah berteriak didepanku.
"Chanyeol-ah...." ucapku yang jujur hampir menangis, bahkan kini airmataku sudah memenuhi pelupuk mataku.
"Berhenti menangis!!! Cengeng!!" Ucapnya langsung pergi keluar rumah sembari membawa jaket parasut hitamnya.
"Chanyeol-ah... kau mau kemana?" Ucapku mencoba berteriak dan menahan tangisku.
"Urusi hidupmu dan aku akan mengurusi hidupku sendiri sekarang" ucapnya dingin diambang pintu dan akan melangkahkan kakinya keluar rumah.
"Chanyeol-ah!! Neon weirhae(kau kenapa)?!" Kesalku yang berlari dan menggenggam tangannya.
"Lepas" ucapnya sambil memandang tanganku yang menggenggam tangannya.
"Chanyeol-ah.... hiks..." ucapku sembari terisak.
"Tak usah seperti ini, aku tak perlu kau perlakukan seperti ini, bukankah selama ini kau benci padaku? dan mulai sekarang tetaplah benci padaku!" Ucapnya dengan tatapan sangat dingin yang belum pernah kulihat selama ini.
"Geurae, jika itu maumu, aku akan membencimu park chanyeol!!" Kesalku yang sangat amat kecewa dengan ucapannya, setidaknya jika ada masalah katakan dulu masalah itu, dan jangan langsung seperti ini.
"Geurae, jadi lepaskan ini" ucapnya saat menapis tanganku secara paksa dari tangannya lalu ia pergi.
"Kau kenapa chanyeol-ah..." ucapku lirih sembari meneteskan airmataku.
Malam harinya, aku masih setia melihat jam berkali - kali diruang tengah sembari menyalahkan tv, namun mataku tetap tidak terfokus kearah tv nya namun masih memikirkan perilaku chanyeol semenjak kejadian didanau waktu itu hingga sekarang. Bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam ia belum juga pulang dan membuatku bertambah cemas.
Dilain sisi......
Kini chanyeol sedang berada di sebuah club malam di kota seoul, entah apa yang membawanya kemari, tetapi sekarang ia bahkan telah menghabiskan 6gelas minuman beralkohol dgn kadar alkohol tinggi sendirian.
"Pelanggan, apa anda tidak membutuhkan minuman penetralisir alkoholnya? Sepertinya anda sudah mabuk berat, apa anda bersama teman anda kesini? Saya khawatir anda kesulitan saat pulang nanti" jelas bartender yang ada disana saat melihat chanyeol bahkan sudah tidak dapat menegakkan kepalanya dan terlihat sesekali meneteskan airmatanya. Walau bartender itu tak tahu masalah apa yang menghampiri chanyeol, tapi pastilah bartender itu tahu jika pelanggannya ini sedang mengalami masa-masa sulit sekarang.
"Aku tidak akan pulang.... aku... mau minum sampai 10 gelas, sekarang masih enam, jadi kurang... 4 gelas, ehm? Beginikah menunjukkan angka 4?atau begini? Hahaha.... lucu sekali" ucap chanyeol saat mulai memainkan jari tangannya membuat angka 4 dan tertawa sendiri karena sudah mabuk berat.
"Kau bisa berikan aku 1 gelas lagi?" Tanya chanyeol.
"Anda sudah mabuk, saya tidak bisa memberikan minuman beralkohol lagi, akan berbahaya" ucap bartender itu.
"Akan aku bayar, tenang saja....ayolah... yang kadar alkoholnya lebih tinggi saja... aku ingin cepat meminumnya secara oneshoot (meminum dalam sekali teguk)" jelas chanyeol yang bahkan sudah mabuk berat.
"Ah...payah sekali club ini, tidak mau diberi uang lagi rupanya? Aku pindah club saja! Tidak asyik disini" ucap chanyeol asal karena sudah terlalu mabuk, sambil memberi beberapa uang won untuk pembayaran minuman beralkohol yg telah diminumnya.
Saat chanyeol mencoba berdiri, badannya limbung dan sempat menabrak beberapa orang yang sedang menari - nari didalam club.
Kini chanyeol telah keluar tempat club dan berjalan limbung tak tentu arah karena memang kadar alkohol yang diminum dalam minumannya tadi lumayan tinggi, bahkan ia sampai meminumnya sebanyak 6 gelas, tentu saja kini chanyeol tidak bisa sadar sepenuhnya.
Karena jalan sempoyongannya itu, bahkan kini ia telah menabrak seseorang yang berpenampilan mengerikan yang sedang berkumpul bersama teman2nya.
"Hai! Kau suda menabrakku! Bahkan kau terus berjalan tanpa meminta maaf! Hoy!" Teriak salah satu orang itu pada chanyeol yang masih terus berjalan.
Buuugghhh!!!!
Kini 1 pukulan mendarat di sudut bibir chanyeol hingga membuatnya mengeluarkan darah, chanyeol lalu segera mengusap kasar darah yg keluar dari ujung bibirnya.
"Aku salah apa? Kenapa kau memukulku huh???ahjusshi jelek?! Jawab!" Karena efek mabuk kini chanyeol malah semakin memancing emosi gerombolan orang - orang mengerikan itu.
"Kau menantang kami!huh?!" Kesal para orang2 itu saat mendengar perkataan chanyeol barusan.
Kini chanyeol sudah terkulai lemas di trotoar dengan beberapa luka ditubuhnya setelah dihajar oleh segerombolan orang yang memukulinya lalu meninggalkannya. Chanyeol mencoba sekuat tenaga berdiri dan berjalan sempoyongan, bahkan salju sudah turun dengan derasnya sekarang, yang tentu saja membuat tubuh chanyeol sedikit gemetar karena hawa dingin yang seakan menusuk tulang ini, dan sakit akibat beberapa luka di tulang pipi dan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
- dirumah -
"Chanyeol kenapa tak kunjung pulang... dia kemana sebenarnya, bahkan aku sudah menanyakan pada beberapa temannya dan tidak ada 1 orangpun yang bersamanya sekarang, kemana dia, kenapa ponselnya bahkan ia tinggalkan di ranjang kamarnya, aku jadi tidak bisa menghubunginya, bagaimana ini.." ucapku yang masih mondar - mandir diruang tamu menunggu chanyeol yang masih belum memunculkan batang hidungnya.
"Chanyeol...kau kenapa sebenarnya..." ucapku khawatir.
"Ini sudah malam, kau pergi kemana...." cemasku.
Tingtong....
Saat aku mendengar suara bel rumah berbunyi, aku langsung berlari menuju pagar rumah dengan halaman yang terguyur salju bahkan tanpa sempat melihat ke interkom terlebih dahulu ataupun setidaknya memakai sweater tebal saat keluar rumah.
Ceklek...
Saat aku membuka pintu pagar, ekspresi wajahku langsung berubah.
"Chanyeol-ah... neon olguri whaegurae (wajahmu kenapa)? Huh?" Ucapku khawatir saat mataku langsung melihat kearahnya. Bagaimana tidak, kini rambutnya sedikit basah karena terguyur salju dan wajahnya penuh luka seperti ini, sungguh sangat membuat hatiku teriris - iris saat melihatnya.
"Chanyeol-ah, apa yg terjadi padamu?eoh?marhae(katakan)?" Pintaku khawatir. Dan aku baru menyadari bahwa aroma alkohol sangat menyengat dari tubuhnya.
"Chanyeol-ah, kau....mabuk? Kau habis darimana sebenarnya? Kenapa aku mencium aroma alkohol yang sgt kuat dari tubuhmu, huh?" Tanyaku yang bahkan sedari tadi tak dijawab oleh chanyeol.
"Chanyeol-ah! Jawab!" Teriakku yang sudah mulai kesal jika ia mendiamkanku terus.
Brughhh
"Chanyeol!!" Teriakku saat kini chanyeol malah jatuh tersungkur didepanku.
"Ya!! Ireona!" Teriakku sambil berusaha memapahnya.
"Pergilah! Aku tidak ingin melihatmu, hatiku sakit (yn)-ah.. hiks" kini aku hanya bisa terdiam saat ia mengatakan itu, aku tahu ia mabuk sekarang, dan ucapannya tak terkontrol, tapi pada saat seperti ini, biasanya orang mabuk malah akan mengatakan apa yang ada didalam pikirannya, seluruh uneg2nya (?).
"Pergilah! Biarkan aku sendirian! Toh kau bilang kau membenciku kan tadi siang?huh?wae... wae...!! Kenapa sekarang kau disini?huh?hiks..." kini ia menangis, seorang park chanyeol menangis, didepanku, bahkan ia menepuk2 dadanya dengan telapak tangannya.
"Chanyeol-ah, hajima (jgn lakukan), dadamu bisa sakit" ucapku sambil memegang tangannya agar berhenti memukuli dadanya.
"Kau tak pernah sampai menangis seperti ini didepanku, kenapa? Apa sesulit itu keluar dari masalahmu?huh?" Tanyaku yg kini bahkan ikut menangis saat mengusap airmatanya.
"Omo! Chanyeol-ah kau demam, badanmu panas sekali, kajja, aku tidak mau kau sakit, ayo berdirilah, kita obati lukamu didalam" ucapku sambil setengah terisak saat memapah chanyeol menuju rumah.
Aku menidurkan chanyeol disofa ruang tamu dan berlari mencari ahjusshi untuk membantu chanyeol mengganti bajunya yang sudah basah karena salju.
Setelah ahjusshi datang, aku dan ahjusshi memapah chanyeol kedalam kamar, dan akupun menyiapkan pakaian ganti untuk chanyeol, dan ahjusshi pun segera menggantikan pakaian chanyeol, aku menuju dapur untuk membuatkan teh madu hangat untuk chanyeol.
Setelah ahjusshi keluar kamar, ia mulai berbicara padaku.
"Tuan muda terus mengatakan bahwa hatinya sakit, memang apa yang terjadi agasshi? Kenapa ia terlihat sangat kacau begitu?" Tanya ahjusshi yang nampak khawatir juga dengan keadaan chanyeol.
"Tidak tahu, saya juga tidak yakin ahjusshi, ah, boleh saya minta tolong? Bisakah bawakan air hangat dan handuk kecil kekamar? Beserta kotak p3k, aku akan mengompresnya, badannya panas, dan sekalian mengobati luka2nya" jelasku.
"Baik agasshi" ucap ahjusshi yang langsung berjalan menuju dapur.
Akupun lekas berjalan mendekat kearah chanyeol yang kini sedang memejamkan matanya dan sesekali meringis kesakitan.
"Chanyeol, duduklah... minum teh madu hangat ini dulu, ayo kubantu" ucapku yg membantunya duduk, lebih tepatnya membantunya bersandar di punggung ranjang yang sudah kuberi bantal.
"Kenapa menolongku jika kau membenciku... kenapa menolongku jika kau membuangku" ucap chanyeol yang masih sedikit ngelantur karena efek minuman alkohol yang diminumnya.
"Chanyeol, ayo minumlah, apa yg kaukatakan? aku tentu saja akan menolongmu, sebenci apapun kau padaku dan seburuk apapun kau menilaiku" ucapku.
Kini chanyeol hanya terdiam, dan menyeruput teh madu hangat yang kubuat lalu kubantu ia berbaring lagi.
"Hatiku sakit..." ucapnya tiba2 sembari memukul - mukul dadanya.
"Chanyeol-ah, hajima jebal" pintaku.
"Sudah, tidurlah, ne? Aku akan disini, dan jangan pukuli dadamu lagi, aku tak mau melihatmu terluka seperti ini lagi" ucapku saat chanyeol sudah mulai tenang dan seperti sudah terlelap.
Setalah itu ahjusshi datang dengan membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil, serta kotak p3k. Setelah memberikan, iapun pamit keluar.
Akupun segera menyelupkan handuk kecil kedalam air hangat itu, memerasnya, lalu akupun segera menyibakkan rambut chanyeol yang menutupi jidatnya dan segera mengompres kepalanya.
Setelah itu aku segera membuka kotak p3k dan menuangkan antiseptik di kapas, dengan perlahan aku mengoleskannya di luka berdarah di bibir dan pipi chanyeol dengan sangat pelan agar ia tak kesakitan dan tidak sampai mengganggu tidurnya.
"Kumohon jangan lakukan hal seperti ini lagi, eoh? hatiku sakit jika melihatmu dalam kondisi seperti ini, jika kau tidak sedang baik-baik saja, katakan padaku, jangan menahannya sendiri dan berakhir seperti ini, arra? Hiks..." ucapku yang masih mengobati luka2 diwajahnya sembari menangis.
"Aku bahkan belum memberi jawabanku padamu, dan kau sudah melukai dirimu sendiri, aku tidak suka melihatmu hancur seperti ini, karena aku juga menyukai, ani, aku bahkan juga menyayangimu, chanyeol-ah, jadi mulai sekarang jangan pernah sakiti dirimu lagi, dan ceritakan susah dan senangmu denganku, dan... cepatlah sembuh, arra?" ucapku sambil tersenyum dan mengelus rambutnya yang sudah setengah kering akibat basah terkena guyuran salju tadi.
Semalaman aku mengompresnya agar demamnya turun, dan beberapa kali pula aku juga ketiduran disamping kepala chanyeol dan bangun lagi untuk mengganti kompresnya.
Paginya, aku benar2 sudah tertidur disamping kepala chanyeol dgn posisi tanganku yg 1 menjadi bantalan kepalaku, dan 1 nya lagi berada diatas kepala chanyeol, sebenarnya tanganku disana awalnya berfungsi mengusap lembut rambut chanyeol, namun apa daya jika aku malah tertidur begitu.
Perlahan, chanyeol membuka matanya dan merasakan nyeri dibeberapa bagian tubuhnya terutama di bibir dan wajahnya.
"Argh..appo" ringis chanyeol pelan.
Dan saat menoleh, ia menemukan wajahku tepat berada sangat dekat dan tengah tertidur disampingnya, dan bahkan chanyeol menyadari bahwa dikepalanya terdapat handuk kecil.
"Apa yang terjadi? Apa aku sakit?dan.... kenapa kau ada disini, bahkan tertidur disini?eoh?" Tanya chanyeol padaku yang tentu tak akan mendapat balasan karena aku masih tertidur.
"Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau tahu, semakin aku melihatmu, semakin aku merasakan sakit luar biasa di hatiku, aku tahu jika sejak awal kau bahkan membenci kedatanganku kemari, apalagi setelah tujuan kedatanganku adalah untuk dijodohkan denganmu, tapi mungkin aku saja yang bodoh, selalu berharap lebih dan akhirnya aku sakit hati sendiri karena kau bahkan tidak menjawabnya dan malah menerima sehun sebagai namjachingumu" ucap chanyeol masih dengan posisi tidur menghadapku.
"Sok tau" ucapku padanya, lalu akupun segera membuka mataku dan menegakkan tubuhku dan tetap memandangnya.
"Kau memang tiang menyebalkan dan sok tau" ucapku sambil tersenyum
"Bagaimana demammu? Apa sudah turun?" Tanyaku yang langsung mengambil handuk kecil dikepala chanyeol dan menempelkan telapak tanganku disana untuk mengecek suhu tubuhnya. Kulihat wajahnya seperti salah tingkah dan bingung.
"Ah... sudah sembuh rupanya" ucapku sambil tersenyum.
"Coba kulihat dulu lukanya, sudah lebih baikkah?" Tanyaku sembari semakin mendekatkan wajahku kewajahnya, melihat luka di tulang pipi dan disudut bibirnya, dan chanyeol? Tentu saja ia semakin salah tingkah.
"Oh...sudah lebih baik juga rupanya" ucapku lalu menegakkan kembali tubuhku menjauh dari wajahnya.
"Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu" ucap chanyeol.
"Aissh... arraseo! Sudah diobati, malah begini balasanmu, dasar tiang menyebalkan, sok tau, sok tegar!" Ejekku.
"Apa maksudmu?" Tanya chanyeol mulai heran.
"Bukan apa-apa, yasudah aku keluar dulu membawa baskom ini kedapur, permisi chagiya" ucapku menggodanya. Yap, setelah semalam ia beberapa kali mengigau, aku tahu penyebab ia mendiamkan dan bersikap dingin padaku, karena ia sakit hati dan kecewa karena ia pikir aku menerima sehun sebagai namjachinguku, padahal sebenarnya kan aku menolaknya, entah tahu darimana , tapi yang jelas aku membenci bagian ia tak mendengar penolakanku pada sehun dan langsung main membenciku seperti itu padahal aku memilihnya.
"Chagiya?" Tanya chanyeol yang langsung terbelalak kaget dan duduk di ranjangnya.
"Sudah, aku pergi dulu membereskan ini, kau istirahat saja dulu" ucapku menahan tawa saat melihat wajah chanyeol.
Kini chanyeol malah berlari dan menahan tanganku yang membuat air dalam baskom tumpah sedikit di lantai.
"Ya! Airnya jadi tumpah" ucapku.
"Coba katakan, apa maksudmu memanggilku changiya?huh?" Tanyanya dengan wajah serius.
Ini lebih mirip seorang park chanyeol yang kukenal, tetaplah seperti park chanyeol yang kukenal, dan jangan pernah menyakiti dirimu lagi seperti kemarin batinku sambil tersenyum kearahnya.
"Ya! Kenapa diam saja dan malah tersenyum! Tersenyum tidak memberiku jawaban" kesalnya.
"Kenapa aku harus memberimu jawaban? Harusnya kau sudah tahu bukan? Namja sok tahu?" Ucapku menyindirnya.
"Sok tahu?" Tanyanya bingung.
"Iya, sok tahu, sok tahu bahwa aku akan menerima pengakuan cinta oh sehun dan secara otomatis aku menolakmu, iyakan? Aku tak tahu bagaimana dan dari siapa kau tahu jika sehun menembakku, tapi kau melewatkan bagian terpentingnya karen sifat sok tahumu itu, dengar baik2, aku menolak oh sehun malam itu, karena aku memilihmu, dengar? Aku memilihmu, si tiang menyebalkan, dan kau, sok tahu! Mengira aku menerima sehun? Iya kan? Dasar!" Ucapku sambil mendorong jidatnya dengan jari telunjukku dengan setengah berjinjit karena tubuhnya yg menjulang seperti tiang.
"Mwo? Mworago (apa yg kaukatakan)? Apa aku salah dengar? Atau... mimpi?" Tanyanya dengan wajah senang yang sangat nampak dan sekaligus wajah cengo nya.
"Kau tidak mimpi ataupun tidak salah dengar, pabo! Ige jinjja (ini sungguhan)!" Ucapku.
"Daebak! Jigeum... naeya, neon namjachingu( sekarang aku pacarmu)?" Tanya chanyeol yang langsung merubah mode ice face nya ke happy face.
"Hmm" ucapku malas.
"Ya!! Kenapa begitu menjawabnya! Arghh appo" ucap chanyeol yg langsung meringis kesakitan saat merasakan perih di luka yg ada disudut bibirnya.
"Omo!! Ya! Makanya jgn teriak2 begitu, bibirmu belum sembuh benar, semalam bahkan berdarah, sebenarnya apa yg kaulakukan?" Tanyaku.
"Kau tak perlu tahu, itu masalahku, masalah lelaki hehe... yang jelas sekarang aku sudah tidak bad mood lagi, gomawo (yn)-ah, nan neo saranghae (aku mencintaimu)" ucap chanyeol dan langsung mengecup jidatku.
"Nado (aku juga)" ucapku yang langsung memeluknya.
Setelah 3 menit, kami melepas ciuman dan pelukan kami.
"Ya! Sekarang karena kau namjachinguku, bantu aku mengepel air bekas kompresanmu semalam yang kautumpahkan ini!" Perintahku.
"Aku namjachingu atau ahjumma yg membersihkan rumah? Kau ini... lagipula kau sendiri yang menumpahkan" sanggah chanyeol.
"Aku?wuahh... ya! Jika kau tidak menarikku maka airnya tdk akan tumpah!" Kesalku.
"Tapi kan kau yang memegang baskomnya, kenapa jadi menyalahkanku?" Kesal chanyeol.
"Kita baru saja jadi sepasang kekasih, dan kau mau kita berakhir sekarang juga karena hal seperti ini?" Godaku dgn wajah sok kubuat kesal.
"oho.... andwae(tdk boleh)! (yn)-ah....jgn blg bgtu, aku hanya bercanda... arraseo, ayo kita bersihkan bersama, kajja..." ucapnya sembari tersenyum dan mengacak rambutku.
"Begitu seharusnya! Itu baru namjachingu yg baik" ucapku sambil tersenyum.
"Wahh.... sepertinya sebentar lagi benar2 akan lahir chanyeol kecil, kekekeke" goda chanyeol.
"Ya! Jgn macam2! Kita masih baru seumur jagung! Awas saja kau!" Kesalku.
"Arraseo chagiya" ucap chanyeol yg lagi2 menggodaku.
"Aigoo... auhhh.. kenapa hatiku memilih namja menyebalkan seperti ini, ckck" dengusku.
"Karena hatimu mengatakan bahwa ia ingin memiliki chanyeol kecil dari seorang park chanyeol yg tampan, keke" godanya.
"Ya!!!!" Teriakku kesal dan memukul dada chanyeol.
"Phaba(lihat)! Kau menyuruhku tidak boleh memukulnya semalam, tapi sekarang kau yang malah memukulnya, argh... appo" kini acting menyebalkan seorang park chanyeol telah dimulai, sok kesakitan dengan pukulan lemah dariku tadi.
"Ck... dasar, acting yg buruk" ucapku malas.
"Ahaha... arraseo miahae, ehm.. (yn)-ah, dengar, aku akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu, walau kita dijodohkan, tapi hatiku dan perasaanku sama sekali tidak ada paksaan untuk menyukai dan menyayangimu, jadi, tetaplah disampingku dan lengkapi segala kekuranganku, saranghae yeoja menyebalkan" ucapnya sembari menatap dalam manik mataku dan membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya, bahkan dapat kupastikan wajahku sudah memerah sekarang.
"Eo... aku juga, nado saranghae, tiang menyebalkan" ucapku.
Tiba-tiba......
"Bagaimana actingku? Sudah lebih baik kan? Buktinya pipimu sdah semerah tomat,kekeke" ucapnya yang lagi2 terkekeh.
"Ya! Jadi kau? Ya!!" Kesalku saat kusadari ia menggodaku lagi untuk kesekian kalinya.
"Keke... aniya, ucapanku tadi benar2 sungguhan" ucapnya.
"Jinjja?" Tanyaku
"Eo, jinjja" ucapnya.
"Jinjja ketchi?" Tanyaku memastikan
"Jinjja... jinjja uri sarangahan (kesayanganku)" ucap chanyeol sambil mencubit pipiku dan memelukku.
"Nan neo saranghae, (yn)-ah...." bisiknya ditelingaku.
End?? Sequel??
Hai semua ini chapter terakhirnya, maaf kalo semisal garing, alay, geje, ataupun gak sesuai harapan readers sekalian, kekeke.... ini nih gara2 efek baper exoluxion ina. Maapin author ne bikin kalian inget kebaperan exoluxion bagi yg gabisa nntn Kekeke... bagi yg nntn semangat desak2annya ya! Moga2 dinotice bias, titip salam juga buat Chanyeol sama Sehun, lope-lope deh dari author park agasshi pkonya. Hehe...
Yaudah deh, pkonya author ucapin makasih banyak buat yg masih setia ngikutin ff ini dr awal smpe akhir, dan jgn lupa kasih VOTE dan COMMENT kalian ya....
Mau di END atau SEQUEL?? Comment please^^ baper kan.... ini ff end pas di chapter 27, di tanggal 27, pas samaan kaya exoluxion ina. Bhaakss
With love,
#Park Agasshi#