Boleh dong di kasih Vote nya dari awal, lalu membaca part ini. hehehe
(18 +)
--
"APA?!" Pekik Axel setelah mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh Baya. "Ka-kakak sedang bercanda kan? Itu tidak mungkin!" Sahutnya lagi.
Baya tersenyum lebar dan mengacak rambut panjang milik Axel, "Apa kakak terlihat bercanda?" Tanya nya penuh denga penekanan.
Axel menggeleng tak percaya, "Tapi it-"
Ucapanya terhenti saat mendengar deringan telepon rumah yang ada di kamar Axel, tepatnya di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Baya mengalihkan pandangannya ke benda tersebut, lalu mengangkatnya.
"Halo," Tatapan Baya tak pernah putus melihat manik indah milik Axel.
"Apa Maris baik-baik saja? Aku mendengar ada yang berteriak dari arah kamarnya." Sahut Sonya dari sebrang.
Baya tersenyum arti kearah Axel membuat yang dilihat jadi merasa takut, "Oh itu memang Axel tan, sepertinya dia sedang mengigau. Aku saja terbangun karena teriakannya. Semua baik-baik saja tante." Jelas Baya berbohong.
"Oh begitu? Yasudah kalau begitu. Aku pikir ada yang terjadi."
"Tenang saja tante Sonya, aku selalu menjaga Axel setiap waktu yang ku punya."
"Terima Kasih nak. Aku percaya kamu adalah pelindung untuknya."
Baya tersenyum mendengar pujian yang di lontarkan Sonya, semakin besar keinginannya untuk menjadi suami untuk Axel, "Iya tante."
Setelah mengucapkan selamat malam akhirnya sambungan itu terputus dan Baya mengembalikan telepon itu ke tempat semula.
Baya menatap lagi mata Axel yang menurutnya tidak akan pernah bosan. Dia mendekatkan tubuhnya kearah Axel membuat gadis itu mundur perlahan menghindari tubuh kakaknya yang semakin dekat.
"A-apa yang akan kakak lakukan?" Tanya nya penuh ketakutan.
"Mencoba untuk merasakan cinta," Kata Baya penuh dengan suara sensualnya membuat Axel meringkuk ketakutan di pojok ranjangnya.
Tiba-tiba tangan Axel di cengkram erat membuatnya terkesiap, "Kak...hemmppthh," Baya menyambar bibir mungil milik Axel tiba-tiba membuat Axel terkejut, dia hanya diam membeku tanpa membalas lumatan bibir dari kakaknya.
Sesaat setalah dia diam, Axel tersadar dan memukul sekuat tenaga dada bidang milik Baya agar melepaskannya. Tapi yang terjadi adalah Baya menggenggam kuat kedua tangan Axel dan memperdalam ciumannya hingga membuat Axel terbaring diatas kasur dimana Baya ada diatasnya.
"Rasakan Axel. Rasakan betapa aku sangat mencintaimu. Menginginkanmu. Memilikimu." Ujarnya di sela ciumannya.
Saat setelah Axel berhasil melepaskan ciuman yang begitu menuntut itu, dia menggeleng cepat dan terisak kencang membuat Baya terpaku melihat air mata yang mengalir deras di pipi mulus milik Axel.
"A-aku hanya menya-yangi kakak sebagai seorang kakak. A-aku tidak bisa mencintai kakak." Ujarnya sesegukkan.
Baya mengangguk sekali dan sesaat tersenyum kearah Axel, "Kalau begitu hilangkan rasa sayangmu itu karena kakak tidak menginginkan itu." Ujarnya tenang tapi terdengar lugas.
Axel terkesiap dan merasa kecewa apa yang baru didengarnya langsung dari bibir yang ia anggap sebagai kakaknya tersebut.
"Kakak gila. Kakak tidak mencintaiku, kamu hanya terobsesi padaku, kak!" Ujar Axel penuh penekanan dengan sesekali dia terisak.
"Yeah, kamu memang benar." Jawab Baya cepat, dia mengelus lembut pipi mulus milik Axel dan sesekali menghapus jejak air mata di pipinya tersebut, "Kamu benar sayangku, aku memang terobsesi denganmu. Aku tahu akan hal tersebut sayang."
"Terus kenapa kakak menginginkan kita menikah? Itu tidak mungkin karena kita tidak saling mencintai."
"Kita akan tetap menikah walaupun kamu tidak mencintaiku, Oh tidak, lebih tepatnya adalah belum mencintaiku." Ujarnya di akhiri senyuman geli nya.
"Kakak benar benar gila." Axel memalingkan wajahnya agar menghindari tatapan kakaknya.
"Lanjutkan yang tadi, sekali lagi rasakan Axel." Baya kembali menyambar bibirnya Axel. Dia melumat pelan awalnya tapi karena Axel tak kunjung membalas dan juga membuka bibirnya akhirnya Baya menggigit pelan bibir Axel yang membuat bibir itu terbuka dan Baya langsung saja mengambil kesempatan itu untuk menjelajahi isi rongga mulut Axel.
"Jika kamu tak membalas, akan ku pastikan adegan ini tak akan berhenti hingga pagi menjelang." Tekan Baya membuat Axel terpaksa membalas lumatan bibirnya dan lidahnya saling beradu, Baya semakin memperdalam ciumannya.
Tiba-tiba tangan Baya bergilya di tubuh Axel, dia meremas pelan buah dada sebelah kiri membuat Axel mendesah pelan.
Setelah mendengar desahan yang tertahan dari Axel, Baya melepaskan pagutannya dan tertawa kecil membuat Axel bingung, "Aku tidak sabar menikah denganmu, Axel. Apalagi malam pertama kita." Baya berguling dan berbaring di sebelah Axel yang wajahnya tiba-tiba memerah setelah mendengar kalimat yang di katakan kakaknya baru saja.
"Oh ya, untuk kekasihmu itu siapa namanya...Oh ya Adrian. Putuskan dia, beri salam perpisahan. Kamu beri ciuman yang mesra tak apa. Karena aku lah yang telah mengambil first kiss-mu. Jadi tak masalah bagiku." Jelas Baya membuat Axel terhenyak. Dia baru sadar bahwa yang dikatakan kakanya adalah benar. Selama ini dia bersama Adrian tidak sampai berciuman. Axel menatap Baya dengan pandangan bertanya.
"You're My Obsession, Sweety." Jawab Baya yang mengerti apa yang akan di tanyakan Axel.
"Ayo tidurlah! Sudah malam. Aku tak sabar untuk hari esok." Baya menarik Axel kedalam dekapannya dan memejamkan matanya, "Jangan pernah berpikir untuk membantah atau melawanku, Axel. Ingat itu!"
^^
"Lo kenapa sih?" Tanya Ilaika cemas saat sedari tadi Axel hanya memandang sekitar dengan tatapan kosongnya, "Axel," Ilaika menyenggol lengan Axel agar tersadar dari lamunannya.
"Ah iya, ada apa?" Tanya Axel yang memang baru tersadar dari pikirannya yang kacau.
"Lo kenapa deh?" Ilaika mengulang pertanyaannya.
"A-aku tidak apa." Jawab Axel gagap, yang terlihat jelas sedang berbohong.
"Yakin?" Axel hanya mengangguk sekali lalu menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Jangan bohong. Gue sahabat lo, tahu mana yang lagi bohong atau nggak."
Axel menangis dalam diam dibalik meja, dia ingin sekali menceritakan semua isi hatinya yang ia pendam. Tapi dia ragu untuk bercerita meskipun itu adalah orang tua atau sahabat.
Dia mengadahkan kepalanya, dengan mata yang berkaca-kaca dia memandang sahabat karibnya. Ilaika yang dipandang dengan seperti itu bingung, "Lo kok nangis sih, Xel? Ada apa? Cerita dong!" Seru Ilaika yang begitu prihatin melihat sahabatnya yang ia tebak pasti ada masalah.
"Kakak gue, Ka."
"Kenapa kakak lo? By the way, Kak Baya kan?"
Axel mengangguk, "Di-dia jahat. Selama ini gue nggak dianggap adik sama dia." Ujarnya mulai terisak.
"Maksud lo? Nggak mungkin ah! Kelihatan banget dia sayang sama lo, protective banget." Ilaika sedikit terkejut dan tidak percaya apa yang baru aja dijelaskan Axel. Karena selama ini dia tahu betapa sayang dan perhatiannya Baya pada Axel membuatnya merasa iri dengan adanya sosok seorang kakak yang dimiliki sahabatnya.
"Iya. Tapi bukan sebagai adik, melainkan yang lain."
Ilaika menyerngitkan dahinya bertanda bingung, akhirnya Axel menjelaskan secara detail apa masalahnya. Yang membuat Ilaika terkejut ternyata dia baru tahu bahwa Baya hanyalah kakak asuhnya Axel, "Lo kok nggak cerita kalau kak Baya hanya kakak asuh?" tanya Ilaika tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa nya.
"Maafin gue, gue nggak cerita karena gue berpikir buat apa ngomong kalau kak Baya kakak asuh gue kalau dia bertingkah layaknya kakak kandung." Jelas Axel yang dimengerti Ilaika.
Axel berhambur dipelukan Ilaika, dia menangis disana, "Tapi gue salah ka, dia bertingkah seperti itu bukan sebagai kakak. Tapi sebagai wanita yang akan menjadi miliknya." Ujarnya disela tangisannya.
Ilaika mengusap lembut punggung Axel supaya dia lebih tenang, "Itu alasannya menghindar dari Adrian dan akhirnya lo putusin dia?" tebak Ilaika yang dibalas anggukan pelan sebagai jawabannya.
"Sebaiknya lo jelasin ke dia, mungkin juga dia bisa bantu. Kasihan Adrian setelah putus, gue selalu lihat dia sering ngerokok."
Axel menggeleng cepat, "Gu-ggue takut."
Ilaika merenggangkan pelukannya setelah dirasa Axel tenang, dia melihat sekilas bahwa Adrian tidak jauh dari penglihatannya, "Adrian," Panggil Ilaika cukup keras yang membuat Adrian menoleh kearahnya.
Axel melebarkan matanya saat Ilaika menyebutkan nama laki-laki yang sangat ia rindukan tiga minggu ini.
"Lo ngomong deh sama Axel, dia mau jelasin sesuatu." Ujar Ilaika yang memandang seseorang dibelakang Axel. Dia merasa bahwa Adrian saat ini tepat dibelakangnya. Dia juga mencium harum Aqua-mint yang menjadi ciri khas bau badan milik Adrian.
"Buat apa? Dia udah putusin gue dengan tanpa alasan." Ujarnya penuh penekanan membuat Axel yang mendengar hatinya sakit seperti teriris pisau yang sangat tajam.
"Sebaiknya lo duduk dan kalian berdua ngomong baik-baik." Ilaika menarik tangan Adrian agar duduk tepat disebelah Axel. Dia bergegas bangkit dan meninggalkan Axel dan juga Adrian agar bisa leluasa untuk berbicara.
5 menit...
10 menit...
25 menit...
"Ah sudahlah. Tidak ada yang bisa dijelaskan. Sebaiknya aku pergi." Adrian akan segera pergi tapi sebuah tangan menggenggam tangan kirinya untuk menahannya.
Adrian menoleh melihat bahwa tangannya saat ini di sentuh oleh Axel.
"Duduklah Ad," Adrian akhirnya duduk kembali.
Setelah diam beberapa saat, "Maafkan aku, Ad." Ujar Axel pelan dan terdengar isakan tangisnya.
"Coba kamu jelaskan!"
Bukannya menjelaskan, Axel hanya memeluk erat tubuh tegap milik Adrian, "Maafkan aku, a-aku sangat mencintaimu. Percayalah padaku Ad." Ujarnya cepat meluapkan rasa yang ia rindukan selama ini.
Adrian membalas pelukan kekasihnya yang sudah tiga minggu ini telah jauh darinya.
"Kalau begitu jelaskan, Xel. Aku akan menuruti dan tidak akan marah jika alasan mu jelas."
Axel semakin terisak mendengarnya, "A-aku akan menjelaskannya," Dia melepaskan pelukannya, "Tapi bukan disini." Axel menatap mata hitam yang sedikit ada warna bening milik Adrian.
"Yaudah ayo kita ke cafe," Axel menggeleng cepat.
"Kita ke apartemen mu saja. Sekarang." Adrian menoleh cepat kearah Axel mendengar tujuannya adalah apartemennya membuatnya semakin bingung. Karena baginya sangat awam sekali bahwa Axel datang ke apartemennya. Meskipun awam, bukan berarti ada wanita lain yang pernah masuk. Sama sekali tidak, selama dia menempati apartemen tersebut tidak ada wanita yang masuk kecuali jika ibu nya yang saat ini tinggal di luar kota datang berkunjung.
"Aku tidak mau tempat yang rame, Ad." Jelas Axel melihat raut wajah Adrian yang bingung.
Adrian mengangguk mengerti, "Yaudah ayo."
Saat setelah didepan tempat parkiran kampus, Adrian masuk ke area parkiran untuk mengambil motornya. Sedangkan Axel menunggu di depan.
Axel menatap nanar kearah Adrian yang sedang mengambil motor di parkiran. Mungkin terlihat murahan, akan tetapi hanya itu pikirannya agar Axel tidak kehilangan Adrian. Dia tidak peduli dengan cara kotor jika bisa mendapatkan Adrian. Apa bedanya dia dengan Baya jika seperti itu.
"Ayo naik Xel." Ujar Adrian membuat Axel tersadar dari lamunannya. Ternyata Adrian sudah ada didepannya dengan Vixion yang dinaiki nya. Axel naik di jok penumpang dan setelah itu Adrian melajukan motornya keluar area kampus untuk menuju apartemennya.
^^
Baya
Sedari tadi aku tidak berhenti tersenyum, aku tidak sabar untuk pulang ke rumah untuk membicarakan tentang rencana pernikahanku dengan Axella. Ah, bagaimana ya resksi mama jika tahu kalau aku akan menikah dengan Axel. Tapi sebelum bicara dengan papa dan juga mama, sebaiknya aku berbicara dengan Om Jodi dan juga tante Sonya supaya mendapat restu dari mereka terlebih dahulu.
Semoga mereka semua setuju dengan keputusanku. Keinginan untuk menikahi Axel adalah keinginanku semenjak umurku 25 tahun, berarti sekitar sudah 6 tahun yang lalu. Semoga saja lancar, Tuhan.
Asistenku tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku, "Maaf dok, ada pasien langganan bu Suci mau periksa." Ujarnya menjelaskan.
"Keluhan apa sus?" Tanyaku padanya.
"Anaknya sakit panas, batuk dan flu dok." Aku pun mengangguk, karena penyakit seperti itu sering menyerang di musim pancaroba seperti ini, "Silahkan masuk. Oh ya sus," Suster Fitri yang hendak keluar dari ruanganku berbalik lagi untuk menatapku, "Ini pasien terakhir ya sus, karena saya harus pulang." Ujarku menjelaskan dan diakhiri senyumanku.
Suster Fitri mengangguk, "Baik dok."
Suster Fitri keluar dari ruanganku dan tidak berapa lama bu Suci adalah salah satu anggota keluarga yang mempercayai diriku sebagai dokter terpercaya untuk keluarga nya, masuk kedalam ruanganku.
"Siang dok," Sapa bu Suci saat dia memasuki ruanganku bersama anaknya yang ketiga. Aku bangkit dari dudukku dan memberi salam padanya, "Siang bu Suci, hallo Fery, sakit apa kamu?" Tanyaku pada Fery anaknya Bu Suci seraya mengusap lembut pucuk kepalanya.
"Ini loh dok, dia sakit panas sedari tadi pagi belum turun juga." Jelas Bu Suci yang duduk dimana tempat duduk tersebut di sediakan oleh pasien.
"Sini tidur disini yuk," Ajakku pada Fery untuk tidur di brankar yang ada diruanganku. Saat Fery udah berbaring aku mulai memeriksa keadaannya. Ku catat hal-hal yang memang penting.
"Nah, ini amandel nya kumat. Jangan sering minum es di musim seperti ini ya, cepat sekali terserangnya." Jelasku setelah usai melihat kondisi Fery.
"Tuh di dengerin ya jangan bandel, sakit kan juga tidak enak." Omel bu Suci saat Fery duduk disebelahnya.
"Ini bu, disini sudah tertulis resep yang dibutuhkan Fery. Dan diminum teratur ya obatnya." Jelasku mengingatkan, Fery tersenyum memperlihatkan gigi nya yang kikis dan mengangguk.
Bu Suci dan juga Fery meninggalkan ruanganku, aku pun melepaskan jas putihku. Aku harus pulang ke rumah tante Sonya untuk membicarakan pernikahan ku dengan Axel.
Saat aku menggantung jas ku suster Fitri masuk kedalam ruanganku untuk membersihkan mejaku, "Apa dokter akan kembali lagi?" Tanyanya padaku.
Aku menggelengkan kepala, "Tidak. Kalau kamu ingin pulang cepat silahkan saja, sus." Ujarku. Suster Fitri ini paling suka jika aku pulang cepat, karena dia tidak bisa jauh dari suaminya. Hahaha.
Suster Fitri nyengir tanpa dosa kearahku, "Terima Kasih dok." Setelah itu aku keluar dari ruanganku, aku mengeluarkan ponselku dari tas kerjaku. Aku mencoba mendial nomernya tante Sonya. Setelah deringan kedua tersambungkan,
"Halo,"
"Halo tan, ada dirumah?" Tanyaku, sekilas aku mendengar suara mama disana.
"Ada kok, ini juga ada mama kamu." Kebetulan sekali, sekalian saja aku bicarakan langsung pada mereka.
"Oh gitu tan, aku mau kesana. Bilang mama jangan pulang dulu karena aku mau membicarakan sesuatu bersama tante dan juga mama."
"Ada apa emangnya?"
"Nanti aku katakan di rumah tan, lebih enak." Jelasku pada tante Sonya.
"Yaudah. Ingin dimasakin apa?"
"Masakin apa saja tan, masakan tante enak semua," Ujarku di akhiri tawaan kecilku.
Setelah berpamitan aku memutuskan sambungan telephone tersebut, dan aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit.
Sekitar 45 menit aku telah sampai dirumah tante Sonya. Aku melihat jam tanganku, jam segini Axel belum pulang kuliah. Kalian pasti bingung kenapa aku bisa tahu jadwal kuliahnya, karena aku tidak ingin dia keluar rumah tanpa sepengetahuanku. Bisa-bisa dia jalan bersama Adrian, laki-laki sialan itu.
Saat aku hendak mengetuk pintu, pintu tersebut terbuka lebar memperlihatkan wanita tercantikku, "Mama," Seruku sambil memeluknya erat. Ku lepaskan rasa rinduku setelah dua minggu tidak bertemu.
"Tumben sudah pulang?" Tanya nya heran menatapku dari atas hingga bawah, "Kamu nggak makan? Kok kurus banget?" Tanya nya lagi sambil geleng-geleng kepala.
Aku tertawa renyah kearahnya, "Iya karena tukang masaknya lagi berlibur dengan suami tercinta nya selama dua minggu, sih." Godaku seraya mengerlingkan mataku kearah mama.
Langsung saja mama memasang wajah masamnya kearahku dan mencubit keras tangan kiriku, membuatku merasakan yang amat sakit, "Mama, sakit ih!" Seruku mengusap tangan kiriku, kulihat ada bekas merah disana. Astaga.
"Yaudah sekarang masuk, mama sama tante Sonya memasak makanan kesukaanmu dan juga Axel." Ujarnya lalu menyeretku masuk kedalam rumah.
"Halo Tan," Sapaku saat melihat tante Sonya sedang merapikan meja makan.
"Hai Baya. Sudah sampai kamu."
"Kamu tadi katanya ingin mengatakan sesuatu, mau bicara apa?" Tanya mama penuh dengan penasarannya.
"Hei, makan dulu. Baru berbicara, yuk!" Seru tante Sonya.
"Tuh bener ma, aku laper." Ujarku di akhiri cekikianku.
Mama meninggalkan ku dengan bersungut-sungut. Hahaha.
Mama, tante Sonya dan juga diriku memulai makan. Mereka berdua memasak makanan yang berbahan dasar ayam dan ikan lele. Itu adalah makanan favoritku, di bumbu apa saja pasti suka. Sedangkan Axel suka nya ikan lele yang di goreng bersama lalapan yang masih segar apalagi sambal nya yang super pedas.
Setelah sekitar 20 menit makan, aku sudah di tatap penuh tanya oleh mama dan juga tante Sonya di ruang televisi milik keluarga tante Sonya.
"Katanya mau ngomong, kok nonton TV." Sindir mama yang sedang membaca koran.
Aku nyengir kearahnya, "Oke oke. Semoga kalian tidak terkejut apa yang akan aku katakan ini."
"Apa?" Tanya mereka berbarengan.
"Aku minta restu dari kalian untuk menikah dengan Damaris Axella."
^^
Author
"Apa yang ingin kamu jelaskan?" Tanya Adrian setelah mereka berdua sampai didalam apartemen milik Adrian.
Axel tidak menjawab, melainkan hanya memandang wajah Adrian yang menurutnya begitu tampan. Sesekali dia menitihkan air matanya membuat Adrian yang melihat itu semakin bingung, "Xel!!"
Axel tersadar, dia tidak menjawab. Dia berlari kearah pintu apartemen dan menguncinya.
"Kamar kamu di sebelah mana?" Tanya Axel di saat Adrian hendak mengutarakan kebingungannya. Adrian menunjuk lorong sebelah kiri.
Axel menyeret Adrian dimana kamar Adrian berada. Mereka masuk kedalam kamar tersebut dan Axel mengunci pintunya.
"Apa yang kamu lakukan?" Seru Adrian yang sudah frustasi dengan tingkah Axel.
Setelah mengunci pintu kamar Adrian, Axel berbalik menatap Adrian dengan pipi yang sudah banjir dengan air matanya. Dia menjatuhkan tas selempang yang ia gunakan.
"Apa kamu benar-benar mencintaiku, Ad?" Adrian bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan Axel.
"Apa maksudmu, Xel?"
"Jawab saja pertanyaanku." Seru Axel cepat.
"Iya tentu saja, aku sangat mencintaimu Damaris Axella." Jawab Adrian.
"Kalau begitu," Perlahan Axel melepas jaket jins nya dan membuangnya ke sembarang tempat, "Aku mau," Lalu Axel melepas satu persatu kancing kemeja yang ia gunakan, membuat Adrian melebarkan matanya.
"A-apa yang kamu lakukan Axel?" Seru Adrian cepat.
"Miliki diriku Adrian, buatlah aku jadi milikmu. Sekarang."
--
YMO - Part 4 Update ( 27 Februari 2016/09.18 WIB)
Mengingatkan lagi, vomment please supaya cepat update, hehehe
_Nafarahdiba
Selamat Satnight, ah or Sadnight??? hehehehehe