HARMONIZE

By CiiPandaa

283K 21.6K 1.5K

Selalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting... More

Prolog
SMPursand
Pertengkaran!
One Call Away
Kecerobohan Prilly
Taruhan
Music Battle
Kontrak Perjanjian
Penyesalan
Perasaan Aneh
Kau yang ada dihatiku
Terjebak berdua
Bertahan atau?
Candu
Sakit
Kunjungan tak Terduga
Empty
ThrowBack
Mereka Kembali
Sabarlah Hati
Serendipity
Setengahku (masih) Bersamanya
Terjebak Masa Lalu
Ysaye Sonata No.2 1st Obsession
Melupakannya
Mendadak Pacaran
Siapkah tuk Jatuh Cinta Lagi?
Kembalinya Rasa
Tak Akan Meninggalkan
Hilangnya Harapan
Keputusan Terbaik
Do You?
Sandaran
Wish
Usaha yang (tidak) Sia-sia
Harapan yang Terkabul
Fix You
Persahabatan
Tunas Baru
Little Happiness
Another Conflict
Masalah yang Terselesaikan
Harmonize
Ulang Tahun Sekolah - Harmonize
Kehidupan Baru
Apologize

Guardian Angel

5.3K 425 37
By CiiPandaa

Lelah, mungkin itu adalah rasa yang pas untuk menggambarkan perasaan Prilly saat ini. Berkali-kali dia mencoba untuk menuntup matanya, tapi ternyata bayangan Ali begitu nyata berada di kelopak matanya.

Apalagi, saat tadi ia mendengar percakapan tak sengaja yang terjadi antara bundanya dan Nikita, Prilly seperti merasakan ribuan beton sedang menindih tumbuhnya saat ini.

Dan, tiba-tiba Prilly berfikir, mungkinkah hal itu yang membuat Ali memiliki hati yang melindungi dan mencintai Nikita.

Ternyata gadis yang terlihat begitu bersemangat itu memiliki masa lalu kelam yang memang berhak untuk diberikan perhatian khusus. Siapa sangka, jika ternyata Nikita merupakan salah satu anggota keluarganya, yang setelah sekian lama menghilang.

Nikita Anggi yang ternyata memiliki darah yang sama seperti Prilly, adalah anak dari tantenya, Park Min Ra yang meninggal 10 tahun lalu karena kanker. Niki dipisahkan secara paksa oleh Papanya dari Min Ra karena ia tak terima dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh Min Ra sejak Niki berusia 5 tahun.

Rumit? Sangat, Prilly tahu bagaimana kisah tantenya itu, dan kalau boleh jujur Prilly juga mengutuki kebodohan tantenya yang menghianati cinta itu.

Berkali-kali Prilly hanya bisa membuang nafas berat, entahlah dia merasa setiap karbondioksida yang dibuangnya itu selalu membawanya pada kenyatan-kenyataan berat yang membuat sebagian fikirannya kosong.

Kalau ada pepatah yang mengatakan dunia tak selebar daun kelor, berarti salah donk, karena nyatanya dunia hanya selebar koin limaratusan.

"Prill, elo belum tidur kan?" Boy yang merasa tak ikut andil dalam pembicaraan Jesika dan Nikita, memilih meninggalkan meja makan untuk menghampiri Prilly, ia sudah tau sebagian ceritanya, karena setelah mereka berganti pakaian, mereka--Jesika, Boy, dan Nikita, bercakap-cakap di kamar Prilly, hingga mereka terlambat untuk makan malam, dan sekarang mereka sedang melepas rindu di meja makan bersama dengan Cakra--Ayah Prilly.

Prilly masih tak bergeming, ia memilih untuk diam, tak menjawab pertanyaan Boy. Entahlah, rasanya semuanya terasa begitu menyesakkan buatnya.

"Prill, gue mau cerita sama elo, biar elo gak punya fikiran yang enggak enggak soal gue"

Boy duduk di tepian ranjang, Prilly yang awalnya enggan merubah posisinya menjadi duduk, dan bersandar pada kepala ranjang.

Boy menceritakan semuanya, tentang masa lalunya dengan Niki, apa yang membuat Niki tak bisa melupakan dirinya, dan apa yang membuat Boy harus meninggalkan Niki.

Dan, dari situlah Prilly belajar jika tak selamanya cinta itu harus memiliki, karena Ia tak egois. Boy harus merelakan perasaannya agar orang yang dicintainya tetap bisa menjalani kehidupan dengan normal, tanpa dibayang-bayangi perasaan takut.

Cinta tak pernah mengenal kasta, dan itulah yang menjadi batu sandungan untuk Boy dan Niki, dalam benak Prilly ternyata cerita mereka tak ubahnya drama yang kejam yang selalu memisahkan pemeran utama hanya karna perbedaan ekonomi.

Boy adalah anak seorang pengusaha yang bisa dibilang berhasil, sedang Nikita, hanya seorang anak yang tinggal bersama papa dan bekerja dibawah naungan perusahaan ayah Boy. Mengetahui anaknya mempunyai rasa pada anak yang tak 'sama' dengan mereka membuat ayah Boy murka, dan memisahkan mereka.

Hingga takdir mempertemukan mereka di tempat yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Niki yang memiliki cita-cita menjadi seorang penyanyi dan penari profesional memilih untuk bersekolah di Sekolah Musik, bertemu dengan Boy yang mencintai musik karena Niki di SMPursand.

Siapa sangka? Musik, mampu membuat mereka menemukan takdirnya.

"Jadi kamu dua tingkat di atas Prilly ya Niki?" Cakra yang baru saja menyesap teh nya bersuara.

"Iyah paman." Nikita mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Kamu jangan sungkan-sungkan ya sayang, kalau mau main kesini, silahkan rumah ini selalu terbuka untuk kamu." Jesika mengelus punggung tangan Niki dengan sayang.

Niki hanya mengangguk sambil tersenyum, dalam satu hari hidupnya berubah, walau ada rasa sedih saat mengetahui mamanya sudah meninggal, tapi Niki bersyukur ia tak lagi hidup sendiri, karena dia punya keluarga.

~~~♥♡♡♡♡♥~~~

Yuki hanya bisa mendesah pelan, saat melihat Al meringkuk di sofa rumahnya, saat sampai di kontrakan, Yuki melarang keras Al untuk pulang, bukan karena apa-apa, hujan masih turun, dan dia basah kuyub. Untungnya masih ada baju Adipati yang sengaja di tinggal disana, karena malas membawa baju kotor pulang kerumah.

Awalnya Al bingung kenapa Yuki bisa mempunyai sepasang baju laki-laki, tapi Al kemudian mengerti, saat Yuki mengatakan jika itu milik kakak laki-lakinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi Al masih tak bergeming dari tempatnya, Yuki yang merasa khawatir karena pemuda itu belum makan malam, akhirnya memberanikan diri untuk membangunkannya.

Yuki mengeryit, saat di dengarnya laki-laki itu menggigil, matanya tertutup rapat, dan wajahnya pucat pasi. Yuki mengarahkan tangannya ke dahi Al dan didapatinya suhu tubuh Al tidak normal.

"Ya Tuhan, dia demam." Tanpa fikir panjang, Yuki menuju ke dapur untuk mengambil minum, karena setahunya orang demam harus banyak minum air putih.

Setelah itu, di raihnya baskon plastik kecil dan diisi dengan air hangat sisa dari air teh yang beberapa menit lalu ia pakai.

Yuki meletakkan gelas dan baskom di meja samping sofa, kemudian berlari ke kamar mengambil handuk kecil, setelah mendapat apa yang ia mau, Yuki kembali ke tempat Al.

"Al, bangun dulu, minum air putih ya." Yuki mengangkat kepala Al, dan membantu Al untuk menghabiskan air putih di gelas ukuran sedang itu, setelah tandas, dengan hati-hati menyandarkan kepala Al di bantal sofa.

Dengan telaten, Yuki mengompres kening Al, dan sambil terus memberinya air putih.

Perasaan khawatir dan cemas mendera hatinya, ia takut, jika Al kenapa-kenapa, kalau sampai itu terjadi, semua adalah kesalahannya. Kalau seandainya ia lebih tegas untuk menolak, mungkin pemuda itu tak akan demam seperti ini.

Yuki yang melihat Al tertidur pun akhirnya bisa bernafas lega, Al sudah tak menggigil meski tubuhnya masih terasa panas, gadis itu menarik selimut yang dipakai Al hingga dada, dan membiarkan pemuda itu bisa lebih nyaman.

"Hooaamm...."

Untuk kesekian kalinya gadis itu menguap, hingga sampai matanya sudah tak sanggup lagi untuk terbuka.

Yuki tertidur, dengan kaki lurus di lantai dan membenamkan kepala di lipatan tangannya yang berada tepat di samping tangan Al.

Al mengerjapkan matanya berkali-kali, rasa ingin buang air kecil membuatnya tak bisa melanjutkan tidurnya. Kepalanya terasa pening saat Al merubah posisinya menjadi duduk.

Ia terperangah, saat dilihatnya saat ini ia tak berada di kamarnya, sebuah rumah asing yang ia rasa bum pernah ia lihat sebelumnya.

Al merasakan ada sesuatu yang aneh di bagian kiri tubuhnya, ia baru tahu jika ia sedang berada di rumah Yuki saat dilihatnya gadis itu tertidur dengan posisi yang pasti membuatnya terasa pegal jika bangun nanti.

Hati-hati Al mengangkat tubuh Yuki dan menggendongnya menuju kamar tidur. Al membaringkan tubuh Yuki di ranjang dengan sangat perlahan, geliatan tubuh Yuki saat tubuhnya menyentuh kasur membuat Al sedikit berjengit.

Saat ini wajah Al hanya berjarak 5 cm dengan wajah Yuki, bahkan Al bisa merasakan hembusan nafas Yuki yang teratur. Al terpesona dengan wajah ayu Yuki saat terlelap, begitu damai dan polos. Bibir Yuki yang sedikit tebal menambah kesan tersendiri untuk Al, berkali-kali Al mencoba untuk menelan salivanya, saat dia menjelajahi wajah Yuki yang seperti hutan mangrove, teduh, tenang, dan menyejukkan.

Bibir Yuki selalu menggoda iman Al, dia ingin sekali lagi merasakan rasa manis bibir Yuki itu, perlahan tapi pasti Al mencium bibir Yuki. Dan disana, kembali ia menemukan sumber air yang menentramkan jiwanya.

Tak lama, hanya tiga detik, pemuda Itu mendaratkan bibirnya, selain takit Yuki terbangun, panggilan alam yang tadi membangunkannya membuat Al harus segera meluruhkan cairan itu.

Al berjalan hati-hati menuju kamar mandi, tak ingin menganggu tidur nyenyak Yuki.

Sekembalinya ia dari kamar mandi, Al menuju ke ranjang Yuki dan ikut terlelap disana.

~~~♥♡♡♡♡♥~~~

Ali tak bisa tidur malam ini, pikirannya melayang. Mengingat setiap kejadian beberapa waktu yang lalu menghancurkan hatinya.

Pemuda Itu menatap nanar atap kamarnya, mengingat betapa egoisnya dia saat berusaha mendapatkan cinta Niki. Tapi, apakah salah? Jika cintanya menuntut Ali bersikap demikian? Ali jelas tak Ingin kehilangan gadis cantik itu.

Ali melihat gitar fender yang tersandar di stand hanger miliknya, ia bangkit dari tidurnya dan meraih gitar tabung berwarna cokelat itu.

Jarinya bermain di setiap senar gitar kesayangannya itu, menimbulkan suara yang begitu menentramkan hatinya.


Ali memainkan gitarnya dengan mata terpejam, hingga membuatnya memunculkan bayangan-bayangan saat pertemuannya pertama kali dengan Niki.

Waktu itu tanpa sengaja, saat pertama kali ia menginjakkan kaki di SMPursand, ia mendengar lantunan musik hiphop dari sebuah ruangan. Di sana Niki sedang menggerakkan tubuhnya, Ali sudah jatuh cinta untuk pada pandangannya yang pertama. Gadis itu sungguh cantik, gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk indah itu mengalahkan keindahan burung-burung di udara.

Ali selalu berusaha mendekati gadis itu bagaimana pun caranya, apalagi setelah tahu jika Niki adalah salah satu anak akibat broken home Ali semakin kuat memberikan diri dan hatinya untuk Nikita. Ia harus menjadi guardian angel untuk gadis itu.

Tapi ia tak pernah menyangka jika untuk mendapatkan cinta dan perhatian Niki, Ali harus berjuang mati-matian, gadis itu sungguh susah untuk didekati. Padahal jika perempuan lain, mungkin Ali sudah bisa menaklukkan hati perempuan itu dengan hanya satu kedipan mata.

Menjadi cowok paling populer di Sekolah membuat Ali banyak dikagumi cewek murid SMPursand, dan itu membuatnya sangat lelah. Setiap hari ada saja cewek yang memberinya benda-benda yang menurutnya tak penting, menelponnya hanya untuk berteriak-teriak, dan memgambil gambarnya secara diam-diam untuk di jadikan koleksi.

Ali lelah dengan semua itu.

Bayangan Prilly yang tiba-tiba muncul di pikiran Ali membuatnya merasa bersalah, dia sudah sangat jahay pada gadis manis itu. Kata-kata yang dilontarnya itu sama sekali tak direncanakan. Ia hanya merasa tak baik waktu itu, dan membuatnya merasa kehilangan kendali.

Bagaimana tidak, cinta yang diharapkannya selama dua tahun berakhir tragis dan sia-sia.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Yuki mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, saat sinar pagi menyapanya dari cela selambu kamarnya. Gadis itu masih berusaha, menarik nyawanya agar terkumpul 100%.

Merasa ada yang aneh, gadis itu masih berfikir, kenapa tubuhnya terasa berat, dan seperti ada sesuatu yang melilitnya, mungkinkah ia tidur terlalu berantakan? hingga selimutnya terasa begitu melilit tubuhnya.

Yuki merasakan jantungnya berdetak sangat keras, saat dia merasakan hembusan angin di tengkuknya.

Mampus, ini angin apa ya, kok anget-anget gimana gitu batin Yuki.

Tarik nafas, buang, tarik nafas, buang, ....

Yuki mencoba untuk mengatur pernafasannya, dan kemudian memberanikan diri untuk menoleh kebelakang.

"Diem, jangan gerak dulu."

Degtthh...

Yuki merasa detak jantungnya berhenti saat itu juga. Tiba-tiba ia merasakan sesak yang teramat sangat disaluran pernafasannya, nyawanya sudah genap 100% saat ini, dan mungkin lebih, karena mata Yuki terbelalk sempurna saat ada suara laki-laki berada tepat di belakang tubuhnya.

Perlahan, Yuki menjatuhkan pandangan matanya ke arah perut, dan betapa terkejutnya ia ternyata ada sebuah tangan melingkar seperti tumbuhan merambat di perutnya.

Akh, bodoh! Membiarkan laki-laki menginap di rumah itu adalah hal yang sungguh bodoh.

Yuki meruntuki kebodohannya Itu.

****

Selamat buat kalian yang sudah menylesaikan ujian, semoga lulus dengan hasil yang terbaik. Amien.

Terimakasih

Continue Reading

You'll Also Like

79.6K 8.6K 20
Keseharian Elio bersama keluarga posesifnya. . . . Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu. "MINGGIR...
319K 28.2K 76
FIKSI
75.3K 1.1K 6
RJ harem boypussy.
1.3M 101K 70
[Brothership] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan sena...