The Guardian School

By KQueenMiSSa

54.4K 3.2K 301

(Belum revisi. Bahasa kacau dan gak sesuai sama EYD sama sekali. Jadi, maaf, sorry, gomenne, dan mian.) 14 mu... More

Prolog
I - First Mission {Beginning} -
II - First Mission {Teror 1} -
III - First Mission {Teror 2} -
IV - First Mission {Teror 3} -
V - First Mission {End} -
VI - Aprilia Vallery -
VII - Kazuto Shirou -
VIII - Dareen Junius -
IX - The First Day {New Teacher, My Best Friends} -
X - Problem {Black Aura} -
XI - Uji Nyali {2 Days, 2 nights} -
XII - 2 Hours and 25 Minutes
XIII - Second Mission {Interrogation} -
XIV - Second Mission {A Plan} -
XV - Second Mission {Next Plan} -
XVI - Second Mission {Surprise in Secret Room} -
XVII - Second Mission {In the Forest} -
XVIII - Second Mission {Again} -
XIX - Second Mission {Not Him, But They} -
XX - Second Mission {Dirty Paper} -
XXI - Second Mission {Last Victim} -
XXII - Second Mission {Failed} -
XXIII - Second Mission {Help Me!} -
XXIV - Second Mission {Help Me! 2} -
XXV - Second Mission {Good Bye} -
XXVI - Second Mission {Illusion} -
XXVII - Second Mission {End} -
XXVIII - Don't Go
XXIX - Hello
XXX - Camping (1)
XXXI - Camping (2)
XXXII - Camping (3) -
XXXIII - A Dream
Minta Perhatiannya sodara sekalian
XXXIV - Stalker
XXXV - Introgasi
XXXVI - Study Tour
XXXVII - Curse
XXXVIII - Four
XXXIX - Three
XL - Two
Judulnya promote cerita
XLII - ZERO
Epilog
Tokoh TGS :: Aprilia Vallery
Promot dulu Gaiss
Tokoh TGS :: Achazio Lukas
Thirteen guys

XLI - One

1K 62 38
By KQueenMiSSa

..oOoOo..

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu
Bukan tentang itu

Karena aku tahu bahwa semua yang ada
Pasti tiada pada akhirnya
Dan kematian adalah suatu yang pasti

Dan kini giliranmu untuk pergi
Aku sangat tahu itu

Tapi yang membautku tersentak sedemikian hebat
adalah kenyataan bahwa kematian
Dapat memutuskan dalam diri seseorang

Sekejap saja
Lalu rasanya mampu
Membuatku menjadi nelangsa setengah mati

..oOoOo..

Ramalan masa depan bisa diubah, tapi tidak dengan masa lalu.

**************

Anggota The Guardian School mencari Nisha diberbagai tempat. Mulai dari yang terlihat sampai yang tidak terlihat sekali pun. Pasalnya, 1 jam yang lalu, mereka mendapat surat pemberitahuan. Em, kira-kira seperti ini isinya. 'find and catch me.'

Sudah pasti pengirim surat itu adalah pelaku penculikan number two. Yeah, begitulah mereka menyebutnya.

Karena surat bajingan itu, mereka mencari dengan ganas, menggunakan seluruh kemampuan mereka. Vall dan Shera-yang tidak biasa berlari menggunakan heels-sampai melepas heelsnya. Jika sempat, mungkin mereka juga mengganti pakaian mereka. Uh, bayangkan, berlari kesana kemari dengan pakaian seperti itu.

Oke, lupakan soal heels atau dress. Perioritas utama mereka saat ini adalah menemukan Nisha. Mereka yakin, dia masih ada disekolah. Satu lagi. Tentu saja mereka juga akan menggagalkan 'kutukan'. Tapi bagaimana? Membunuh tidak sebercanda itu. Mereka tidak akan pernah menodai tangan mereka dengan darah orang lain. Dan, yang berhak mengambil nyawa seseorang hanya Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak punya kuasa itu.

"Gimana?" tanya Chiza. Mereka berkumpul di tengah aula, karena tempat itu yang paling dekat dengan tempat mereka mencari.

Mereka semua menggeleng. "Gue udah nyari ke segala penjuru sekolah. sampe tempat disekapnya Vall dulu juga" lapor Ken. Chiza dan Kazu mendecak kesal. Mau bagaimana lagi? Nisha orang yang sangat berharga bagi mereka. Sahabat yang hanya ada 1 di dunia.

"Kita cari lagi" perintah sang ketua, Dareen.

"Gue telfon bantuan terpercaya" sahut Vallery lalu mengutak atik ponselnya yang bernama Hepi. Lalu semua berpencar.

Vallery menelpon 4 bersaudara untuk membantunya. Ia mempercayai mereka walaupun baru beberapa hari bertemu. Ia juga percaya, mereka tidak bakalan terkena bahaya. Mereka pasti bisa mengatasinya.

Setelah 4 bersaudara mengiyakan, Vallery langsung berlari menuju gedung serba guna diikuti Zio dan Kazu dibelakangnya. Ke lab biologi lebih tepatnya, karena instingnya bilang, ada sesuatu disitu. Tidak ada salahnya mencoba kan?

BRAK..

Vallery yang sampai duluan langsung membuka pintu secara kasar. Saat ini, dia butuh pelampiasan kekesalannya. Matanya memandangi segala sesuatu di lab itu dengan tajam. Seolah-olah tidak membiarkan satu inci pun terlewatkan dari pandangannya. Sampai pandangannya menangkap sesuatu. Dengan cepat, ia berlari ke arah tersebut.

Cela dibelakang lemari kayu. Pasti ada sesuatu disitu karena lemari itu lebih maju dari biasanya.

Akhirnya, Vall menggeser lemari itu dengan tergesa-gesa, membuat beberapa isinya terjatuh dan menimbulkan suara. Zio dan Kazu yang mendengarnya langsung membantu Vallery.

Benar saja! Ada seseorang disitu. Tidak, lebih tepatnya 2 orang. Cowok dan cewek dalam kondisi pingsan dan berlumuran bensin. Langsung saja, mereka mengeluarkan mereka dari sana sedangkan Kazu melaporkan temuan mereka pada Clarissa-chan.

"Kita bawa ke UKS. Disitu ada tim PMR sama Viena juga," sahut Kazu. Mereka mengangguk dan melakukannya tanpa basa-basi. Tidak susah membawa mereka karena tubuh mereka yang termasuk keci.

Ting... sebuah message masuk ke ponsel mereka secara bersamaan. Sudah pasti Clarissa pelakunya.

ClarisaGaulUnyu : Gue lupa bilang. Abis gitu ke markas. Buruan!

Perintah yang singkat, padat, jelas, dan membuat semua orang yang membacanya tahu kalau ada sesuatu yang penting terjadi di tempat yang dimaksud. Dengan segera mereka menuju ke UKS.

"Kaz, lo ke markas duluan aja. Kita nyusul" perinta Zio. Kazu mengangguk lalu menuju ke markas.

Di UKS ramai. Bukan ramai saja. Tapi, SANGAT ramai. "Yang nggak punya keperluan KELUAR!!" bentak Vallery. Ia sudah kesal karena tidak bisa masuk.

Seketika, UKS menjadi sepi, dan beberapa orang keluar dari situ. Tumben-tumben murid SMP Bintang Harapan mau menurut secara Cuma-Cuma. Setelah, itu mereka masuk dan menidurkan 2 orang yang mereka temukan.

"Geri dari kelas A dan Lia dari kelas B. Tadi, Ryo, Julio, Rian, Julius, nemuin anak dari kelas C-F" jelas Viena.

"Berarti tinggal 4 orang lagi termasuk Shera" gumam Zio.

"RA! Gantiin gue! Panggilan darurat!" Viena berteriak ke cewek bernama Kiara. "Yuk, Vall, Zi. Markas."

Markas sudah ramai. Em, bukan ramai yang seperti kalian kira, karena markas ini Cuma diketahui 19 orang termasuk 4 bersaudara.

Langsung mereka masuk dan menghampiri Clarissa dan Shera yang sudah bangun. Shera memegangi kepalanya karena agak sedikit pusing. Reaksi yang selalu muncul jika habis ber'petualang' secara tidak sengaja. Reaksi itu juga membuat Shera kesal setengah mati.

"Sher?" tanya Vall yang sudah menempel disebelahnya. Shera mengangkat sebelah tangannya, tanda 'tunggu'. Mereka memutuskan diam. Itung-itung mengusir lelah sebelum pencarian babak ke 2.

Beberapa menit kemudian, Shera angkat bicara. "Gue habis liat masa depan. Rian mana Rian?"

"R CCTV bareng Ken."

Dilema. Itu yang dirasakan Shera saat ini. Dia harus menceritakan apa yang dilihatnya, tapi, disatu sisi, dia bisa kehilangan mata kirinya.

Sudah diputuskan, ia akan menceritakannya. Apa yang terjadi nanti itu resikonya. "Nisha ada di.."

"Ratu! Lo yakin? Jangan dipaksain kalo nggak mau" Dareen memotong perkataan Shera.

Shera tidak memperdulikannya gedung ruang ekstra. Taman atas, deket pohon. Disitu juga ada 5 orang laen. Mm," Shera mengingat-ingat sambil menahan sakit di matanya. "Ck, gue nggak begitu tau. Semuanya pake topeng merah darah. Bajunya juga. 8 orang."

Brak, Kazu dan Chiza langsung berdiri, menuju gedung ruang ekstra. Diikuti yang lain, kecuali beberapa orang.

Shera menutup mata kirinya sambil menunduk. "Sakit banget, Ratu?" Shera hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Dareen. Dari sela-sela tangannya, mengalir darah segar.

Shera membuka tangannya. Dengan sigap, Vallery memberikan tisu. Dareen membongkar tas yang dibawa Shera untuk mencari penutup mata (yang Cuma sebelah itu lho..kek bajak laut. Tau kan?) yang biasa dibawa Shera kemana-mana.

"Gue merasa de javu ngeliat mata kiri lo ngeluarin darah" celetuk Zio memecah keheningan. Tidak lama, dia menepuk tangan sekali. "Kayak Sasuke."

Shera tertawa kecil. "Bener juga lo. Yuk, susul yang lain."

Efek yang aneh. Pikir Vallery. Tentu saja, yang terjadi pada Shera barusan aneh. Sangat aneh. Membuat Vallery bertanya-tanya sepanjang jalan. Tapi, dia sadar, sekarang bukan waktu yang pas untuk bertanya.

Sampai di aula, mereka berhenti. Keadaan yang mereka lihat saat ini sanggup membuat mereka terngecang. Sudah banyak polisi dan pemadam kebakaran yang berkumpul. The Guardian School dan 4 bersaudara, serta beberapa guru juga berkumpul. Menyaksikan tanpa bisa meredakan si jago merah.

Di barisan depan, Chiza menangis histeris. Zevan dan Ken, juga Kazu berusaha menenangkannya.

Author POV (Chiza)

"Gue mau masuk." Chiza menghapus air matanya lalu berlari menuju pintu masuk. Tidak peduli pada polisi maupun anggota pemadam kebakaran yang menghalangnya. Baginya, itu semua masa bodo. Yang penting, dia bisa masuk, menemukan Nisha, dan membawanya keluar dengan selamat.

Oh, sepertinya ada pengganggu yang hendak menggagalkan rencananya. Tangannya ditarik oleh seseorang. Di situasi lain, Chiza mungkin sudah menghabisi orang tersebut. Tapi kali ini, alih-alih menghabisi, Chiza hanya menyentakkan tangan orang itu sekuat tenaga lalu kembali berlari.

Dan lagi-lagi, ada yang mengagalkan aksinya. Orang itu menghalangi jalannya dan menahan kedua bahunya. "Denger Za, lo nggak boleh masuk kesana. Terlalu bahaya. Percayakan sama Kazu, damkar, dan polisi. Nisha bakalan baik-baik saja."

Bukan Chiza namanya kalau menurut begitu saja. "Diem dan minggir!"

"Nggak akan Chiz. Gue nggak bisa biarin lo masuk kesana. Gue nggak mau lo malah jadi korban."

Emosi Chiza memuncak. "Gue nggak bisa biarin Nisha didalem kepanasan sementara gue disini diem-diem aja nggak ngelakuin apa pun! Nisha sahabat gue!" bentaknya. Orang itu tetap tidak bergeming. Arrghh...!! Sial!!

"Chiz!! Dimana Nisha!?" tanya seseorang dibelakang Chiza. Tanpa menoleh pun, Chiza tau kalau itu Joshua, kakak satu-satunya Nisha.

"Di dalem. Dalem sana kak," jawab Chiza singkat. Joshua mengumpat dan langsung menerobos masuk. Diikuti trio curut, Zio, Vallery dan keempat sepupunya. Yeah, kali ini, empat bersaudara itu menjadi relawan dadakan. Mereka juga sudah tau situasinya dari Vall.

"Zev. Minggir. Apinya udah agak reda dan lo tau sendiri nyawa gue banyak," ucap Chiza penuh penekanan. Zevan tetap tidak bergeming. Oke, kalo dia pengen cara kasar. Chiza menonjok perut Zevan sekuat tenaga. Tangannya yang semula menahan bahu Chiza, berpindah memegangi perutnya. Ada perasaan aneh dihati Chiza melihat Zevan meringkuk kesakitan.

"Sori banget, Zev," bisik Chiza lalu segera berlari menuju pintu masuk. sebelumnya Chiza membasahi tubuhnya dengan air.

Tidak peduli dengan rasa panas yang menggerayati tubuhnya, Chiza tetap berlari menuju tangga. Ia menaiki 2 anak tangga sekaligus. Kalau bisa, ia sudah menaiki 3 sekaligus. Tapi, kakinya yang tidak terlalu panjang tidak mendukung.

Sampai di lantai 4-lantai terakhir-tepat didepan pintu menuju taman atas, Chiza berhenti, memegangi lututnya dan mengatur nafasnya. Beberapa bagian kulitnya melepuh, dan pergelangan kakinya juga sakit karena terantuk anak tangga. Telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah akibat memindahkan kayu panas yang menghalangi jalan. Penampilan Chiza yang biasanya harus dan wajib sempurna, sudah berantakan. Tapi, ia tidak pemperdulikan hal itu. Seperti yang sudah dikatakan, prioritas utamanya adalah Nisha.

Chiza membuka pintunya-tidak, mendobrak lebih tepatnya-dan melihat semuanya sudah kacau. Ia melihat salah satu sepupu Vallery melawan Reva-mantan pasien rumah sakit jiwa, Vallery yang melawan Rikka-musuh pertama mereka, dan Zio yang melawan mantan wali kelasnya dengan tangan kosong sementara mantan wali kelasnya itu membawa pisau.

Chiza memahami sesuatu. Mantan wali kelasnya salah satu dari musuh mereka. Brengsek, batin Chiza.

Matanya mengangkap seseorang-yang ia kenali sebagai Kanila-yang mencoba lari. Dengan segera, ia menghampiri Kanila dan meninju pipinya. Kanila yang pada dasarnya tidak terlalu kuat dan bertubuh mungil terpental agak jauh dan jatuh tidur. Langsung saja ia menghajar Kanila sampai pingsan.

Ia tidak peduli dengan musuh lain. Ekor matanya menangkap Julius dan salah satu sepupu Vallery entah siapa melawan seorang pria dewasa berpisau. Disisi kiri, Ryo dan-lagi-lagi-salah satu sepupu Vallery melawan seorang pria dewasa juga. Dilon, salah satu sepupu Vallery yang misterius dihajar oleh Zevan dan diseret keluar oleh Julio.

Disisi kanan, Oscar dihajar habis-habisan sampai tidak berdaya oleh Joshua dan salah satu sepupu Vallery-yang menurut Chiza dan Viena tampan-bernama Choco mencoba meredakan emosi Joshua. Saat ini, Joshua kalap. Tentu saja karena psikopat itu-Oscar-pernah menculik dan membuat adiknya celaka. Ini yang kedua kalinya. Bagaimana Joshua tidak emosi?

Tiga tereleminasi, termasuk Kanila yang sudah pingsan. Tersisa 5 lagi.

Setelah puas menghajar Kanilia, Chiza berdiri, mengatur nafasnya kembali. Kedua matanya tertutup dan kepalanya menengadah. Apinya mulai mereda. Sedetik kemudian, Chiza membuka kedua matanya. Tepat saat itu, ia melihat balok kayu terjatuh diatasnya. Dengan cepat, ia menyeret Kanila menjauhi tempat itu.

Brak..

Untung saja, balok kayu tersebut tidak mengenai dirinya. Chiza menatap satu-per-satu teman-temannya. Dia yakin mereka baik-baik saja. Pandangan Chiza beralih pada Kanila yang baru diseretnya. Wajahnya sudah tak berbentuk. Ia menghela nafas, tidak mungkin dia tega membiarkannya disini.

Akhirnya, setelah berpikir matang, dia memutuskan kebawah, menyerahkan Kanila pada polisi. Dia percaya Nisha sudah ada ditangan Kazu. Seyakinnya, Kazu tidak akan mengecewakannya kalau menyangkut soal Nisha.

Lo harus selamat, Nish...

Author POV (Kazuto)

[Istrument Promise] (Instrument Promise-EXO. Lirik lagunya dan jalur cerita ini gada hubungannya ya. Author Cuma asal cari instrument yang cocok trus ada temen yang request instrument ini. Menurut author, instrument ini cocok gitu J #RequestTemen Orangnya nggak mau di tag :v ps.kalo nggak cocok, harus dan wajib hukumnya untuk koment.)

(Plis, siapa aja, tolong kasih tau author gimana caranya ngasih audio)


Tanpa babibu, Kazuto langsung masuk. Apinya masih berkobar-kobar, menimbulkan efek kemerahan dilangit gelap. Tidak ada siwa maupun siswi yang mengetahui kebakaran ini kecuali anggota The Guardian School, beberapa guru, anggota PMR dan-tentu saja-polisi serta anggota pemadam kebakaran. Semuanya asik menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung.

Dengan tubuh basah, Kazuto melewati api. Menahan rasa perih dan panas yang menjalar diseluruh tubuhnya. Bahkan, ia sampai nyaris kejatuhan balok kayu. Ia yakin telapak kakinya memerah saat ini. Yup, sepatunya ada dimarkas. Alasannya adalah peraturan pertama masuk ke markas, melepas sepatu.

Saat ini, rasa perih dan panas yang dirasakannya tidak sebanding dengan apa yang-mungkin-akan dia rasakan jika kehilangan Nisha. Sebuah kemajuan besar untuk seorang playboy seperti Kazuto berlari kencang dengan kaki terluka hanya demi seorang cewek.

Sampai dilantai teratas, Kazuto langsung mendobrak pintu dengan tendangannya. Karena telapak kakinya perih beradu dengan pintu besi yang panas, tendangannya tidak terlalu kencang.

Pintu tertutup otomatis dan pemandangan yang pertama yang Kazuto lihat adalah wajahnya. Wajah pasrah menahan sakit sekaligus meminta bantuan pada siapapun yang datang.

Emosi Kazuto tersulut seketika. Dan semakin tersulut saat salah satu dari mereka menyingkir, memperlihatkan Nisha yang terduduk lemas dengan pisau yang menancap di bahunya. Hampir mengenai jantung. Rahang Kazuto mengeras.

"Salah satu tamu sudah datang."

"Tapi terlalu cepat. Hahaha."

Kazuto mengontrol emosinya. Dia tidak boleh gegabah. Terlebih, saat ini ada Nisha.

"Ma, mama terusin aja," sahut salah satunya. Reva, batin Kazuto. Dia hafal suaranya. Bukan hanya dia, tapisemua. Jadi, kurang-lebih, dia tahu siapa saja mereka.

Yang memakai dasi biru, Oscar. Yang memakai dasi hijau, Dilon, sepupu misterius Vallery. Yang memakai gaun merah pendek dengan hiasan mawar dan pita kecil, Rikka. Yang memakai dress putih-hitam-ungu selutut, Kanila. Dan terakhir, sangat sakit untuk mengakuinya.

Mantan wali kelasnya sendiri, wali kelas yang begitu mempercayai murid didiknya. Wali kelas yang killer namun sering meneraktir murid didiknya. Kazuto tidak percaya, wali kelasnya yang-sebenarnya-sangat berkesan dan semula berada dipihak mereka, malah berbalik menjadi musuh mereka.

Melawan mereka.

Kazuto tau kalau yang menancapkan pisau di dekat dada Nisha adalah wali kelasnya itu, Erisca Sharon. Posisinya sangan memungkinkan untuk melakukannya.

Kazuto diam, memikirkan cara untuk menggapai Nisha dan membawanya keluar. Semua orang itu bagaikan benteng yang tak bisa diterjang. Kazuto tau kalau masing-masing dari mereka membawa senjata tajam. Kantong celana dan gaun mereka sedikit menyembul.

Brak...

Pintu didobrak untuk kedua kalinya. Bagaikan kilat, beberapa orang langsung menerjang dan menghajar ke-8 orang itu, musuh mereka. "Kaz, lo ambil Nisha. Biar kami yang urus sisanya," ucap Zio. "Gue percayain Nisha ke elo, Kaz," bisik Vallery.


[Kiss the rain] ^

Kazuto langsung saja menghampiri Nisha dan menggendongnya. "Nish, kamu harus bisa bertahan. Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Kazuto disela-sela larinya. Sakit di telapak kakinya semakin menjadi-jadi. Tapi, sejauh ini, ia masih bisa menahannya.

"K..ka..Kazu..u..udah. Turunin a..aku di...si..ni aja..."

"Nggak! Aku nggak bakalan biarin kamu pergi! Jangan ngomong kayak gitu Nish!" lantai 3 sudah terlewati, tinggal menuju tangga menurun menuju lantai 1.

"U..udah telat Ka..az. Ak..u nggak bi..sa na..nafas. A..aku nggak apa-apa ko..k. Ak..aku udah capek."

"Aku yang kenapa-napa Nish! Aku nggak siap kehilangan kamu! Jangan banyak bicara. Nafasmu bisa habis kalau gitu caranya."

Nasib sial memihak mereka. tangga menuju lantai 1 dihadapan mereka tertutup balok kayu. Sial. "U..udah. Kaz. Turunin..aku..di...disini. Ka..kamu le..lewat tangga la..in aja."

"Nggak, kita harus selamat bareng. Aku minta, jangan banyak bicara. Oke?"

Beberapa langkah lagi, mereka sampai ditangga yang dimaksud. Nisha mulai mengutarakan isi hatinya. Tak peduli pada Kazuto yang terus memerintahkannya untuk diam. Tak peduli pada panas yang dirasakannya. Tak peduli rasa sesak dan sakit yang sudah memenuhi dadanya. Ia tak peduli akan semua itu. Baginya, itu hanya hal kecil dan tidak penting. Seperti secuil upil ditengah lautan manusia.

Tepat di anak tangga terakhir, Nisha mengatakannya. Mengatakan kalimat terkutuk yang sangat dibenci oleh Kazuto. Kali ini, tingkat kebencian Kazuto dengan kalimat itu meningkat 1000%. Apalagi, Nisha mengatakannya setelah ribuan kata yang sangat menyayat dan menusuk-nusuk hatinya. Bagaikan jutaan jarum yang menerjang. "Aku udah nggak kuat Kaz. I love you. Arigatou, sayonara."

Hembusan nafas terakhir Nisha bagaikan neraka bagi Kazuto. Semua ini salahnya. Salahnya yang terlalu lama bertindak. Salahnya yang tidak peka. Salahnya yang-bisa-bisanya-melupakannya. Melupakan sosok gadis kecil rapuh yang ditemuinnya dirumah sakit.

Kazuto jatuh terduduk dengan Nisha yang sudah lemas tak bernyawa dipangkuannya. Kazuto berteriak marah sekuat tenaga. Teriakan yang penuh dengan penyesalan dan perasaan bersalah yang begitu dalam. Airmatanya mengalir deras.

Kazuto meracau tak jelas. Percuma aja, Nisha nggak bakalan dengar, batinnya. Tapi, mulutnya tak bisa diajak kompromi. Mulutnya terus meracau, mengutarakan isi hatinya. Telat, gue telat banget sialan!! Batinnya lagi.

Disela-sela tangisnya, mulutnya membisikkan kalimat jawaban. "I love you too, Nish. Airgatou, gommen nee, Nisha."

.

.

.

YEEESSS!! AKHIRNYA TINGGAL EPILOG!!!!!!!! HUAAAA!!!

SETELAH INI AUTHOR BAKALAN JELASIN KISAH TENTANG MEREKA BERDUA-KAZUTO DAN NISHA-DI REMEMBER ME!! AUTHOR BAKALAN FOKUS KE SEQUEL ITU DAN WITH YOU-NYERITAIN TENTANG TIRAMIZU.

Ups sori, capslock jebol. Hehe. Jadi begitulah. Author kelewat seneng.

Abis gini, author nggak Cuma ngurusin dua cerita itu, tapi juga perbaiki nih novel. Author baca ulang, author sadar, bahasanya buruk banget! nggak ngikutin eyd dan cenderung ngawur. Juga, kata-kata kasar bertebaran dimana-mana.

Ampuni dan maafkan author.

Jadi, terima kasih atas semua dukungan kalian berupa vote dan comment. Bagi author itu berharga bangeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt.

Oh, ya, author mau promosi ig :v follow ya Missasophie14 makasiiiihhh :*

Sekian dulu ya. Udah disuruh tidur :'v padalah belom ngantuk -,-
See you!!

Continue Reading

You'll Also Like

49.8K 3.8K 12
❝Menggoda dengan manis, menyerang dengan tajam.❞ -Liona Hazel Elnara
Death Peak By skype

Mystery / Thriller

5.9K 308 34
Valda Carlyle dan teman-temannya berkemah di puncak Gunung Yves, tempat indah yang ternyata menyimpan kengerian. Satu demi satu temannya menghilang...
346K 9.8K 54
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
11K 915 29
Kisah ini menceritakan perjuangan satu kelas siswa-siswi SMA yang terjebak di sekolah setelah menemukan buku aneh di laci temannya yang tiba-tiba men...