**
Satu bulan kemudian
**
LIZZIE'S POV
Sebulan penuh telah kulewati semenjak Niall dan aku menghakhiri hubungan kami.
Dan ini sangat menyakitkan tapi juga canggung. Kapanpun kami di ruangan yang sama pasti semuanya menjadi sunyi dan canggung. Kami biasanya hanya bertatap-tatapan atau menghadap ke tembok.
Kami seperti orang asing sekarang. Kami tidak pernah bernyanyi 'Truly Madly Deeply' lagi setelah putus.
Aku rasa ini tidak benar. Tapi aku masih mencintainya. Sangat.
Tur ini selesai dan kami kembali kerumah kami. Aku mengeluarkan semua barang-barang dari koper dan tas-ku sambil memakan oreo-ku.
Setelah aku selesai membereskan semuanya aku turun ke tangga. Semuanya ada disana menonton televisi kecuali Niall yang tidak ada disana.
"Kemana Niall?" tanyaku.
Mereka semua menatapku.
"Simon ingin berbicara dengannya" jawab Liam.
Aku mengangguk dan duduk di lantai dengan bersandar ke sofa. Harry memainkan rambutku. Ia 'mengepang' rambutku. Ia melakukannya dengan sangat buruk.
"Sudah!" ucapku dengan memukul tangan Harry.
Ia hanya menyeringai. Aku memperbaikin rambutku dan kami mendengar pintu terbuka lalu tertutup kembali.
Maraku membelalak terhadap apa yang aku lihat. Kami semua membelalak melihat mereka.
"Guys. Ini Nancy, kekasihku" ucap Niall.
Well. Itu membunuhku.
Nancy hanya sedikit lebih pendek daripada Niall. Ia memiliki rambut pirang dan lumayan cantik.
Tidak ada yang berkata apapun. Tempat ini tiba-tiba sunyi.
"Um aku Liam, ini Zayn, Harry, Louis dan Elizabeth" ucap Liam memecahkan keheningan.
Nancy melambaikan tangannya kepada kami.
"Hey" ucapku dengan pelan.
Hening.
"Baiklah. Aku hanya ingin mengenalkannya dengan kalian semua. Kami akan pergi untuk makan malam. Sampai jumpa" ucap Niall.
Tatapan kami terkunci. Aku mengedipkan mataku menghilangkan air mata dan melihat ke arah lain.
Mereka pergi dan the lads menatap ke arahku.
"Liz." ucap Harry dengan merangkul pundakku dengan tangannya.
"Aku baik-baik saja" ucapku dan berdiri.
Suaraku pecah pada akhirnya.
Aku tidak bisa membiarkan mereka melihatku seperti ini jadi aku lari ke kamarku. Aku menutup pintu dan menguncinya.
Aku menyandarkan keningku ke pintu dan memukul pintu tersebut dengan tanganku dan aku mulai menangis.
Aku duduk dan memeluk kakiku dan terus menangis.
"Liz. Buka." ucap Harry.
Aku tetap diam tapi membiarkan ia masuk. Mereka menutup pintunya dan duduk bersamaku di lantai.
"Semuanya akan baik-baik saja" ucap Liam
"TIDAK! Tidak akan ada yang membaik" ucapku dengan isak tangis.
"Ini tidak terlihat benar" ucap Zayn dan berdiri.
"Apa?" ucapku.
"Niall tidak bisa move on secepat itu. Ketika ia jatuh kepada seseorang, ia jatuh sangat dalam. Dan akan membutuhkan waktu berbulan-bulan baginya untuk melupakannya." Jelas Zayn.
"Apa yang kau ucapkan" kataku.
"Sesuatu terjadi kepadanya." ucap Zayn.
"Tidak. Dia sudah move on. Ia tidak mencintai aku oke?" ucapku.
"Liz. Tentu saja ia masih mencintaimu." ucap Harry.
'TIDAK! Ia tidak. Ia sudah move on." kataku dengan tangis semakin kencang.
Aku menyandarkan punggungku ke tembok. Aku menatap langit-langit kamarku.
"Kalian semua... tidak mengerti... bagaimana rasanya... melihat seseorang yang kau... cintai... bahagia... tapi bersama orang lain... Artinya kamu bukanlah alasan mereka bahagia lagi" ucapku dengan suara yang bergetar.
Mereka semua terlihat ingin menangis.
"Guys. Bisakah kalian memperikan privasi kepadanya" ucap Harry.
Mereka mengangguk kemudian berdiri dan pergi. Harry duduk di sampingku dan merangkulku. Aku menangis di dadanya.
"Semuanya akan baik-baik saja" bisiknya.
"Tidak akan" ucapku.
"Well, mungkin saja bisa. Aku punya rencana agar kau dan Niall bisa kembali lagi" ucapnya.
Aku menatapnya.
"Ide apa yang kau punya dibalik rambut ikalmu itu" ucapku menepuk keningnya.
Ia menyeringai.
"Jadi ini rencanaku ...-" ucapnya.
O. MY. GOD.
Apakah ini akan berhasil? Semoga saja berhasil.
.
.
.
.
(vote nya penting loh wkwk)