Lima hari berlalu dengan cepat.... Evan masih dirawat karena kakinya mengalami cedera yang cukup parah dan sementara waktu kakinya tidak boleh digerakkan karena akan memperlambat pemulihannya. Kini Evan memakai Gip agar kakinya tidak bergerak sembarangan karena Evan tergolong orang yang tidak bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun.
Saat berada di Rumah Sakit Crystal tidak berkata banyak dan meminta maaf pada Evan tidak lebih dari satu kali, serta menemani Evan di sana karena yang lain harus bersekolah jika tidak mereka akan diskorsing karena selalu membolos dan selalu melakukannya secara bersamaan. Sedangkan Evan sudah meminta izin pada pihak sekolah karena kakinya yang cedera,dan Crystal sendiri yang di kelas lain sudah memutuskan untuk pindah sekolah jadi dia tidak perlu memikirkan perihal mengenai izin itu lagi.
Setiap pulang sekolah Reyhan dan yang lainnya menjenguk Evan dan kebetulan hari ini ada tamu baru yaitu beberapa siswi yang sangat mengagumi Evan datang untuk menjenguknya,saat mendengar Evan cedera mereka langsung bergegas untuk menemuinya untuk memastikan kondisi pangeran mereka.
Crystal sedikit terusik ketika seorang siswi menatapnya dengan tatapan tidak senang dan seakan-akan menyuruhnya untuk segera pergi dari ruangan itu... Evan yang melihatnya pun langsung meraih tangan Crystal saat Crystal hendak beranjak dari kursinya,lalu menyuruhnya untuk duduk kembali di kursi sebelah ranjangnya itu dan berkata " Kamu ingin pergi ke mana sayang?? Duduklah dan kupaskan buah yang mereka bawa untukku!" Evan sengaja berkata seperti itu agar semua siswi itu tidak mencari-cari perhatian di depannya lagi. Sedangkan Crystal masih mematung kebingungan dengan ucapan Evan padanya barusan.. Evan memanggilnya dengan sebutan sayang?? memang sejak kapan mereka menjalin hubungan?? Berteman saja belum tentu apalagi menjadi kekasih!! Pikir Crystal sejenak. Keempat sahabatnya juga ikut terkejut pada perkataan Evan barusan dan menatap keduanya bergantian sehingga membuat wajah Crystal merona karena malu serta wajahnya terasa mengebas dan jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya dan karena mereka sudah cukup lama berada di sana Morgan dan Reyhan berpamitan untuk pulang sambil mengedipkan sebelah matanya dengan nakal pada Evan dan kemudian di susul oleh Willbert dan Dextern... karena jika terlalu lama di sana nantinya para siswi-siswi itu akan menggoda mereka tanpa henti... sebelum pergi Dextern mengucapkan terima kasih pada Crystal karena sudah bersedia menjaga Evan selama di Rumah Sakit dan juga dia lebih tenang jika ada yang menjaga Evan. Crystal hanya mengangguk pelan dan berkata semua ini memang seharusnya dilakukannya karena penyebab Evan cedera juga karena dirinya.
Sejenak kemudian setelah para lelaki tampan itu pergi. Evan memanggil Crystal kembali dengan lembut...
" Sayang... tolong persilahkan tamu kita untuk keluar dari ruangan ini sekarang karena aku ingin beristirahat." Pinta Evan dengan lembut walaupun nadanya terdengar setengah mengusir. Sejak tadi ketiga siswi itu tidak ingin pergi dan terus saja ingin menempel pada Evan sehingga membuat Evan merasa sangat gerah. Dengan sindiran Evan barusan ketiga gadis itu pun akhirnya beranjak pergi dengan wajah yang sudah merah padam dan menatap Crystal dengan tatapan kesal.
Kini ruangan sudah kosong dan Crystal pun ingin berpamitan juga untuk pulang ke Flatnya untuk mengganti pakaiannya. Tapi Evan melarangnya....
" Kamu tetap di sini jangan ke mana-mana! mengenai pakaian carilah di laci meja itu aku sudah menyuruh Rey membelinya tadi. Kamu tahu... Rey sangat ahli memilihkan pakaian untuk wanita." Jelas Evan dengan wajah yang masih datar dan Crystal hanya bisa mengangguk- kan kepalanya dan mengucapkan terima kasih pada Evan. Sejenak kemudian Evan bergumam kembali.. " Mengenai hal tadi aku harap kamu tidak marah karena aku hanya ingin gadis-gadis itu berhenti untuk memusuhimu.. dan sejak berada di Rumah Sakit aku sudah memikirkan semuanya.. Aku ingin kamu menjadi kekasihku!"
Crystal membelalakan matanya..
" What??! Are you kidding me?" Teriaknya dengan tatapan tak percaya sekaligus terkejut karena perkataan Evan barusan.
" Aku sudah bisa menebak jika kamu pasti akan meresponnya seperti itu. Kamu dengarkan aku dulu sebelum menjawabnya! Pertama dengan menjadi kekasihku kamu tidak akan di bully lagi dan juga semuanya pasti akan tunduk padamu. Kedua kamu masih bisa menyelesaikan sekolahmu di sana karena tidak lama lagi kita akan menghadapi ujian akhir dan yang Ketiga aku hanya ingin melindungimu dan membantumu saja tidak lebih dari itu dan kita akan mengakhiri semuanya saat kelulusan nanti. Yang terakhir jangan pernah jatuh cinta padaku selama kita melakukan skenario ini."
Kata-kata Evan masih terngiang jelas di telinganya Crystal apalagi kalimat terakhir yang mengatakan jika Crystal tidak boleh jatuh cinta padanya padahal di dalam hati Crystal bergumam.... "mana mungkin aku mencintai lelaki berwajah datar seperti itu! Lelucon macam apa itu?" Setelah puas berkutak dengan hati dan pikirannya Crystal pun mengeluarkan suaranya dan memecahkan situasi agar tidak canggung.
" Aku tidak sedang berada di lokasi syuting kan??" Ucapnya sambil memandangi sekelilingnya.
" Tentu saja ini bukan lokasi syuting! kamu bisa melihatnya sendiri kan? tidak ada camera maupun sutradara di sini. Hanya ada kita berdua dan kita juga yang akan memerankannya sendiri tanpa bantuan orang lain, Pikirkanlah dengan baik ucapanku tadi karena akan lebih banyak keuntungan yang kamu dapatkan daripada aku." Jelas Evan dengan penuh keyakinan.
" Tapi kenapa kamu ingin membantuku? Kita kan tidak saling mengenal..?? Ehh.. Maksudku kita kan tidak dekat." Ralat Crystal karena setidaknya mereka saling mengenal hanya saja tidak dekat seperti teman ataupun sejenisnya.
" Sudahlah.. kamu tidak perlu bertanya sedetail itu. Menjawab iya saja kenapa susah sekali!!" Tukas Evan sedikit kesal dengan sikap Crystal yang keras kepala padahal jika gadis lain sudah pasti langsung menerima tawarannya dengan secepat kilat. " Aku ingin tidur. Matikan lampunya!" Pinta Evan dengan nada sinis. Crystal pun menuruti pintanya Evan sambil menggerutu tidak jelas lalu beranjak ke kamar mandi di ruang VIP itu setelah mematikan lampunya.
Crystal baru selesai mandi dan mengganti pakaiannya setelah berdebat dengan Evan tadi.
Evan berbaring dengan tubuhnya menghadap ke samping dan membelakangi Crystal yang sedang duduk di kursi sebelah ranjangnya. Crystal pun bergumam pelan karena mengira Evan sudah tertidur.
" Van... kamu sudah tidur?" Crystal mencoba mengecek dan Evan tidak menoleh sama sekali.
" Van... andai kamu tahu sebenarnya aku menolak bantuanmu bukan karena aku angkuh atau keras kepala tapi aku takut jika aku akan menjadi bebanmu walaupun kita hanya berpura-pura menjadi sepasang kekasih tapi di dalam kehidupan nyata setiap hal yang menimpaku nantinya akan membuat dirimu terbebani juga karena kehidupanku yang begitu kacau seperti benang kusut." Evan ingin menoleh ke arah Crystal tetapi tidak jadi karena Crystal melanjutkan ucapannya kembali...
" Andai saja Ayahku masih ada aku tidak akan merasakan penderitaan seperti hidupku sekarang ini. Memiliki Ayah tiri yang begitu menakutkan apalgi dia selalu mencoba untuk melakukan kebejatannya padaku sedangkan Ibu selalu bekerja keras demi kehidupanku dan tidak bisa melawan suaminya itu karena dia tidak mampu untuk melawannya.... lelaki itu selalu mengancam akan membunuh kami berdua jika kami melawan keinginannya.
Hingga suatu hari aku berlari meninggalkan rumah terkutuk itu karena aku sudah tidak tahan merasakan ketakutan itu lagi dan aku tidak ingin menjadi korban dari kebejatan lelaki itu dan diam-diam Ibu menyewakan sebuah Flat untukku agar aku bisa hidup dengan tenang. Ibu tidak bisa bercerai dengan suaminya itu karena jika bercerai maka setengah dari hasil kerja kerasnya selama ini harus diberikan pada lelaki bejat itu dengan cuma-cuma dan di sisi lain Ibu cukup mencintainya, jadi satu-satunya jalan yang terbaik yaitu aku harus pergi menjauh dari mereka. Berkat prestasiku aku bisa bersekolah di Universal High School dengan bantuan dana dari Yayasan. Di saat JC menciumku dengan paksa aku teringat kembali pada kejadian masa lalu itu lagi yang hampir sudah kulupakan. Saat kedua lelaki bejat itu ingin melampiaskan kebejatannya padaku. Aku merasa seperti gadis murahan yang selalu di incar lelaki hidung belang dan berengsek seperti mereka!! Untung saja aku tidak sempat menjadi korban kedua lelaki itu..." Crystal menghela nafasnya sambil menitikkan setetes air bening pada sudut matanya.
" Terima kasih Van... kamu sudah menolongku dari cengkraman JC.... selamanya aku tidak akan pernah melupakannya, dan maafkan aku karena saat kamu menolongku aku malah memaki- makimu karena aku sangat takut pada yang namanya lelaki. Semoga kebaikan yang kamu lakukan akan membawamu ke alam mimpimu yang indah dan menyenangkan..." Ucap Crystal pada akhirnya sambil menghapus air matanya dan tertidur di sisi ranjangnya Evan.
Berlahan saat Crystal tertidur dengan berbantalan tangannya, Evan mencuri melihat wajahnya Crystal secara dekat dan terlihat sekali gadis itu menahan kepedihan di dasar hatinya yang terdalam seorang diri dan air matanya yang menetes pada sudut matanya meninggalkan sedikit jejak sembab. Berlahan Evan menghapusnya kembali dengan jari telunjuknya dan perasaan Evan sedikit tergoyah oleh ucapan Crystal barusan dengan tatapan prihatin tanpa sadar Evan bergumam pelan..
" Gadis yang malang... mulai saat ini aku akan berusaha untuk mempermudah jalan hidupmu dan melindungimu.."