A vs B

By aliens_inwonderland

11.1K 1.3K 412

Highest Rank #547 in TeenFiction (05-02-17) Sebuah kisah yang rumit. Panjang. Runtutan kejadian. Menoleh ke b... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Pengumuman
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24

Part 5

551 79 27
By aliens_inwonderland

"ZAHRAAAA!!"

"RAAAA LO DIMANAAA"

"ZAHRA GUE UDAH CAPEK NIH NYARIIN LO. KELUAR DONG!" teriakan Dinda dibalas dengan jitakan combo di kepalanya.

"Din, kita serius nih nyariin Zahra. Coba lo telfon lagi deh, biar gue sama Elvis aja yang teriak-teriak." Dinda pun mencoba menelepon nomor Zahra satu per satu. Bayangin aja, kemana-mana Zahra bawa tiga hape sekaligus, dan salah satunya berfitur dual SIM. Nggak ribet apa nge-chargenya?

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan area.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju salah.

"Lah? Kok salah? Ini beneran nomernya Zahra, kok! Bener, deh. Masa gue salah nyatet, sih? Gak mungkin. Orang dia sendiri yang nyatetin nomernya di hape gue! Ah, dasar operator, sukanya nyalahin orang aja. Padahal gue kan cewek, dimana-mana cewek tuh nggak pernah salah!" Dinda menghakimi operator – yang sebenarnya tidak bersalah.

"Lo mending diem aja deh, Din. Bantu teriak, kek, atau bantu doa. Pake nyalahin operator, lagi." lalu Dinda diam dan berdoa. 

Ya Allah, semoga Zahra masih hidup. Nanti siapa yang bertengkar sama Dinda kalo Zahra nggak ada? Maafin Dinda ya, Zah. Selama ini Dinda sering ngajak kamu berantem, ngerebutin Mingyu oppa. Ya Allah, selamatkanlah Zahra dari segala marabahaya. Semoga Dinda masih bisa ketemu Zahra dalam keadaan sehat wal afiat. Aamiin...

"ZAHRAAAA!! INI HANI, BALES DONG." Hani mulai lapar. Lapar? Ambil aja sn*ck*rs. Tapi sayangnya ini di hutan, ga ada yang jual.

"RAAAAA LO KEMANA SIH? ZAHRAAA WHERE ARE YOU??" dan Elvis mulai keminggris. Mereka bertiga terus berjalan membawa beban. Apalagi Elvis, yang bertanggung jawab atas peralatan camping-nya. Untung jalannya turun.

"WOY TOLONGIN!!"

"ZAHRAAAA??!" teriak Hani, Elvis dan Dinda bersamaan, pake nada kaget yang sama pula. Tumben kompak.

"Gue dibawah sini, oy! Oh em ji cepetan tolooong baju gue kesangkut gaesss!" si Zahra dalam keadaan genting begini masih teriak-teriak dengan nada alaynya. Sok gaul-rempong juga. Yang dimintai tolong segera berlari ke arah suara Zahra.

"Ya ampun, Ra... Lo kenapa bisa kesangkut disini? Lo semalem tidur disini? Sumpah gue prihatin, Ra. Lo gak kenapa-napa kan? Untung baju lo gak robek parah. Kok lo gak balik ke tenda aja sih semalem? Nomer lo empat-empatnya juga gak bisa dihubungi. Kemana aja sih? Untung lo masih hidup. Untung juga masih kita cariin, kita tolongin!" Hani menyerbu Zahra dengan serentetan pertanyaan dan pernyataan yang tidak penting – walaupun ada yang penting juga. Sementara itu Elvis dan Dinda membantu Zahra yang sudah compang-camping dan enggak banget lah pokoknya. Wajahnya juga sudah tercoreng-coreng entah karena tanah, lumpur, atau bahkan getah pohon. Pasti habis jatuh terjembab.

"Satu-satu dong, tanyanya. Gue capek banget nih. Oh iya, tolongin Reyhan dulu yuk! Wawancara guenya nanti-nanti aja lo. Gue lagi gak mood nih." Hani, Dinda dan Elvis semakin bingung. Mereka cuma bisa cengo sambil ngikutin Zahra. Kenapa pula ada Reyhan? Dia ngapain? Dimana? Kenapa? Kok harus ditolong?


**


Flashback on

"Ya ampun gue kebelet banget nih. Kamar mandi manaaaa kamar mandii.. Toilet, WC umum, gak umum juga gapapa. Gue butuh sekarang jugaaa," Zahra berlari-lari kecil kayak orang lagi sa'i dari bukit Shafa ke Marwah. Tapi bedanya kalo sa'i sudah jelas kelihatan bukit Shafa-Marwahnya, kalo Zahra masih lupa-lupa ingat sama tempat tujuannya, mana jauh banget lagi, jadi gak kelihatan tuh pintu kamar mandinya.

"Aduh, hape gue lowbatt lagi. Kalo flashlight-nya dinyalain terus nanti mati, gue baliknya gimana Mamaaa, mana gue cuma bawa hape satu, yang udah jadul pula. Masih untung nih hape udah ada flashlight-nya. Ya walaupun gak ada kamera depannya, gue jadi gak bisa selfie cekrek cekrek aplot." Tanpa berpikir nanti gelap gue bisa nabrak, ada hewan buas, bisa kesandung, tiba-tiba ada makhluk gaib yang nyapa gue, dengan mantap Zahra mematikan flashlight dari hapenya, demi keselamatan baterai. Pokoknya dia jalan terus tanpa belok, sambil raba-raba sekitar kali aja ada pohon atau makhluk astral yang sekiranya bisa kepegang– pasti sampe. Setelah lama berlari-lari kecil, terlihat cahaya redup beberapa puluh meter di depan Zahra.

"ALHAMDULILLAH WA SYUKURILLAH BERSYUKUR PADAMU YA ALLAH~ Akhirnya gue ketemu kamar mandi jugaaa," setelah konser kecilnya berakhir, Zahra langsung berlari ke kamar mandi itu.

Dia yakin itu kamar mandi umum, soalnya udah sering kesini sama Hani dan Dinda. Tanpa ketok-ketok bahkan gedor-gedor pintu, Zahra langsung buka pintunya dan duduk di klosetnya. Untung kamar mandinya kosong. Lama Zahra di dalam sana, sampe akhirnya ketiduran. Padahal kamar mandinya bau. Bisa aja dia tidur disana, ckck.

Bugh! Bugh!

Zahra terbangun mendengar suara itu. Tumben, biasanya dengan suara sirine pemadam kebakaran di sebelah kuping aja Zahra gak bangun. Zahra baru sadar kalo dia ketiduran di kamar mandi. Ia segera mengecek hapenya – yang untungnya masih nyala, ternyata sekarang jam 03:30. Ada apaan coba di luar? Demi rasa penasaran yang lebih besar dari ketakutan, Zahra keluar dari kamar mandi. Tidak jauh dari tempat Zahra berdiri, terlihat seseorang sedang memukuli seseorang lainnya yang tengah terikat di pohon besar. Zahra mulai benar-benar takut. Ia memilih untuk bersembunyi di balik pohon sambil ngintip-ngintip. Itu siapa? Mereka ngapain?

"Heh kecoa terbang! Kerja lo gak bagus banget sih?! Gue cuma nyuruh lo simpen dulu tuh amunisi-amunisi ilegal dari Rusia, kenapa bisa ditemuin polisi, hah? Masih atas nama gue, lagi! Pokoknya lo harus mati!" etdah, bapak-bapak aja gaya banget pake lo-gue, serasa anak SMA aja. Zahra masih sempat membatin sambil menguping takut-takut. Suara bapak-bapak itu terdengar keras walaupun agak nggeremeng.

"Apa jangan-jangan lo sengaja bales gue gara-gara gue bunuh Ibu lo?! Cabe-cabean kayak dia masih lo belain aja terus. Dia udah mati, bodoh! Gue bunuh Ibu lo juga ada maksudnya! Lagian juga dia udah mati tiga tahun lalu. Dan gue udah biayain semua kebutuhan hidup lo, masih berani sama gue? Dasar anak gak tau diuntung! Ibu anak gak ada bedanya. Biar gak tenang tuh Ibu lo, gentayangan, jadi hantu pun masih dalam keadaan cabe!" Bugh! Sekali lagi bapak-bapak tersebut memukul orang di depannya.

Celamitan... Kamu celamitan... Kamu pikir aku cabe-cabean~

Celamitan... Kamu celamitan... Ku bukan cewek murahan~ Dasar kamuu~~

"Anjhay hape gue kenapa bunyi di saat-saat begini. Mana ringtone-nya belom gue ganti juga sejak dare dari Hani waktu itu. Mati deh gue habis gini bisa dipukulin juga sama orang itu. Siapa sih yang telpon malem-malem begini?!" Zahra berkata pelan, meringis. Merutuki dirinya sendiri yang belum mengganti ringtone hapenya yang masih lagu dangdut milik Dinar Candy. Lalu ia mengirim doa pada yang Kuasa, setidaknya agar dia selamat dari bapak-bapak itu. Ia mulai berkeringat dingin, dilihatnya siapa penelepon tersebut. Mama. Ya ampun Mama ngapain sih telepon jam seginiiiii? Nggak tau anaknya lagi ketakutan begini.

Bapak-bapak di sana langsung terdiam, berpikir sejenak, lalu berlari terbirit-birit meninggakan tawanannya. Zahra bingung sendiri, tetapi karena hatinya baik nan suci, ia pelan-pelan mendekati seseorang yang sudah babak-belur terikat di pohon.

"Pak... Eh, Om... Eh, Mas... Nggak papa?" dengan sisa baterai hape 3%, Zahra menyalakan flashlight-nya.

"Innalillahi Reyhan?! Lo kok....?!" Zahra kaget setengah mati, beneran nggak nyangka siapa yang dilihatnya sekarang. Tapi tumben sih, kagetnya Zahra alim banget. Biasanya juga 'Anjir' atau 'Anjay' dan sejenisnya.

Dunia ini memang sempit. Dari milyaran orang yang bisa dipukulin sama bapak-bapak tadi di hutan ini, kenapa harus Reyhan? Dan dari milyaran orang yang bisa nolongin Reyhan di hutan ini, kenapa harus Zahra?

Reyhan hanya mampu mengangkat kepalanya, melihat samar-samar seseorang di hadapannya. Familiar, kesannya.

"Jangan kasih tau siapa-siapa." matanya mulai buram, kepalanya berat dan badannya lemas. Susah sekali mengidentifikasikan orang familiar tersebut. Akhirnya ia jatuh pingsan. Zahra yang masih kaget jadi lebih kaget lagi.

Yang harus ia lakukan sekarang adalah melepaskan ikatan di tangan Reyhan. Mana nalinya pake tali sabut kelapa pula, jadi Zahra agak lama ngelepasnya. Dilihatnya tangan Reyhan yang memar dengan tatapan nanar. Wajah Reyhan yang semula gantengnya sepuluh level diatas Song JoongKi sekarang babak-belur dan hancur – walaupun tetep ganteng sih.

Zahra yang biasanya telmi-lelet-pelupa-dolop mendadak tanggap. Ia langsung berlari mencari air untuk membersihkan luka Reyhan. Tidak mungkin ia kembali ke kamar mandi umum, tadi airnya sudah dia habiskan sendiri. Kerannya mati pula, jadi ia memutuskan untuk mencari sungai atau sumber air terdekat. Tapi sayangnya, sebelum sampai sungai atau bahkan mendengar gemericik air, Zahra yang berjalan di kegelapan tanpa flashlight hape jadulnya – karena baterainya sudah habis, menabrak sebuah pohon besar lalu terlempar dan berakhir dengan menyangkut di pohon lainnya.

Flashback off


**


"Reyhan? Lo udah sadar?" Zahra berlari terlebih dahulu melihat Reyhan sudah bergerak.

"Zahra?" eh, tumben banget nih anak yang sebelumnya tujuh tingkat lebih dolop dari Zahra, langsung bisa mengidentifikasikan orang di depannya dengan keadaannya yang tidak memadai seperti sekarang.

"Han, Din, El! Air dong cepetan aiiir! Kotak P3K juga keluarin!" tuh kan, Zahra mendadak tanggap. Reyhan hanya diam saja, masih kesakitan – agak bingung juga. Ih tambah ganteng aja kalo lagi bingung. Elvis segera mengeluarkan kotak P3K dari ransel besarnya, Hani mengambilkan botol air – yang seharusnya untuk persediaan minum. Sekarang telmi-lelet-pelupa-dolop-nya Zahra pindah ke Dinda. Dari tadi Dinda masih tidak percaya bahwa Zahra masih hidup. Lamaaaaa banget mikirnya.

Zahra mengobati luka-luka Reyhan dengan cepat dan profesional layaknya dokter UGD 24 jam. Reyhan juga sudah agak tenang dan terlihat lebih segar.

"Jadi, kenapa bisa gini?" Hani menanyakan lagi pertanyaan yang tadi tertunda untuk dijawab. Reyhan yang masih penuh bebat luka hanya diam.

Zahra menjelaskan semuanya panjang lebar dengan syarat tidak boleh dipotong dan diprotes. Mulai dari hapenya yang lowbatt di jalan, ketiduran di kamar mandi, sampe akhirnya nemuin Reyhan dengan kondisi mengenaskan, lalu ia berjalan mencari air dan akhirnya terlempar lalu tersangkut di pohon. Hanya satu bagian yang tidak ia ceritakan – walaupun itu penting; percakapan bapak-bapak tadi dengan Reyhan. Ia hanya mengatakan "Waktu hape gue bunyi lagu celamitan tuh tiba-tiba orangnya lari." Zahra menafsirkan jangan kasih tau siapa-siapa-nya Reyhan adalah jangan ceritakan apa yang tadi kamu dengar ke siapapun. Oke, sekarang kecerdasan Zahra berkembang pesat.

Hani, Dinda dan Elvis dari tadi sudah ingin memenggal lidah Zahra tetapi urung, ingat perjanjian mereka.

"Oh iya Ra, gue cuma mau tanya sekali aja. Ini bukan protes, kok. Boleh ya?" semua mata tertuju pada Dinda. Zahra hanya mengangguk.

"Nomer lo di hape gue kok salah sih?" lagi-lagi semua mata tertuju pada Dinda, kali ini menatap dengan tatapan, pertanyaan lo gak penting banget, tanya kapan-kapan aja bisa gak sih?! – kecuali Zahra.

"Sini coba gue liat," kali ini semua mata tertuju pada Zahra dengan tatapan lo juga, ngapain pertanyaan gak penting gitu ditanggepin?! – kecuali Dinda.

"Eh eh, nomer gue kok kurang satu digit? Berarti pas itu gue dong yang salah dong nyatetinnya. Hehe..." Dinda sangat lega mendengarnya, menarik kembali cercaannya pada operator yang malang.

Mereka berempat akhirnya kembali ke mobil Elvis yang diparkir di kampung dekat hutan – soalnya masa iya mobil dibawa ke hutan lebat begitu.

Hukuman untuk Dinda yang bertanya-tanya tidak penting; membawa semua peralatan camping di ransel besar Elvis sampai ke mobil, sementara Elvis memapah Reyhan yang masih setengah pingsan, dan Hani memapah Zahra yang kakinya juga tersaruk-saruk.

"OHMAIGAT BESOK SENIN!" teriak Dinda memecah keheningan. Dari tadi garing sih, jalan teruuus aja sampe kelihatan perkampungannya.

"Lah terus kalo Senin kenapa?"

"Gue bisa ketemu ayang gue disekolah~"

"Lo udah punya pacar, Din?" tanya Elvis. Dinda kaget ditanyain kayak gitu, apalagi sama Elvis.

"Pu... Punya... Eh, enggak. Enggak kok," Dinda gelagapan sendiri.

"Gue kira lo jomblo sejati. Hayoo siapa yang beruntung jadi pacar Dinda?" ah, Elvis bikin mumbul aja. Dinda jadi bingung nih, dilema kayak lagunya ceribel.

"Hello El, kalo jadi pacarnya Dinda tuh bukan keberuntungan, tapi tambah sial!" ini Zahra makin nyebelin aja.

"Ya, sejujurnya gue jomblo. Gue emang jomblo sejati, sampe pangeran berkuda putih gue dateng aaaaaaaaa~~"

"Lah terus, ayang lo di sekolah siapa?"

"Itu tuh... Masa kalian gak tau sih, padahal dia perhatian banget loh sama gue,"

"Udahlah Din, gue tau lo suka sama bel pulang. Nggak usah sok-sokan punya pacar, deh." Kali ini Hani ikut bicara, bosan.

"Yaaah, elo Han. Bocorin rahasia gue aja," oke, padahal Dinda cinta bel pulang bukanlah rahasia. Elvis hanya mengangguk-angguk, Zahra bernafas lega, karena dia pikir Dinda beneran punya pacar. Kalo Dinda punya pacar nanti dia fangirling-an sama siapa?

**

Keesokan harinya, di sekolah. Hari Senin yang ditunggu-tunggu Dinda.

"Woy ada yang tau nggak Reyhan kemana? Tumben-tumbenan nih anak gak masuk," tanya Freya, sekretaris merangkap wakil ketua kelas dan bendahara juga – soalnya cuma dia yang dipercaya Bu Alya, selain Erga yang jadi ketua kelas atas hasil voting.

"Reyhan sakit!" sahut Zahra dari tempat duduknya di pojokan.

"Sakit apa? Lo kok tau Ra?" selidik Freya. Freya yang salah satu dari fans Reyhan cemburu lah, masa Zahra aja tau dia enggak. "Iya Ra, lo pacaran ya sama Reyhan?" Dani curiga berlebihan.

"Sakit... Gak tau gue. Tadi kebetulan gue ketemu kakaknya di jalan, katanya Reyhan sakit, terus gue disuruh nyampein buat absen." bodo amat sama alasan Zahra, sekarang fans-fans Reyhan jadi tau kalo Reyhan punya kakak. Padahal Zahra sendiri nggak tau, cuma boong kepepet aja.

"Eh, kakaknya Reyhan cewek apa cowok? Kalo cowok pasti ganteng juga tuh," Zahra pun melanjutkan kebohongannya terus, sampe gak sadar kalo ternyata sekarang Pak Firman – guru Kimia super killer itu gak dateng, dan sekarang free, terus dia ditinggal Hani dan Dinda ke kantin.

**

Meanwhile in the parallel universe...

Enggak ding bercanda, meanwhile di kantin...

"Kapok tuh Zahra, dasar suka bohong tuh anak. Gue doain hidungnya tambah mendelep ke dalem tuh." Dinda mulai menyumpah-nyumpah.

"Ya tapi kalo gak bohong mau gimana? Pasti tambah diserbu lah dia," bela Hani.

"HANI! DINDA! Gabung sini!" teriak Ferdi dari meja paling pojok. Akhirnya Hani dan Dinda bergabung dengan Ferdi dan Faris – geng cogan katanya, soalnya Reyhan anggota geng mereka. Padahal yang bener-bener ganteng itu Reyhan, mereka cuma numpang.

"Lo pada tau gak Reyhan kemana?"

"Sakit." Jawab Hani dan Dinda serempak, singkat padat kurang jelas.

"Sakit apaan? Kok nggak ngabarin kita? Padahal kita gengnya, iya kan Ris? Wah, lo berdua pasti ada apa-apa sama Reyhan." Ini lagi si Ferdi, suka nyelidik banget.

"Tanya tuh Zahra." kata Hani.

"Hah? Zahra? Dia pacaran sama Reyhan? Wah cocok tuh, kan sama-sama dolop." Hani jadi meragukan Ferdi, dia cowok apa cewek sih, suka banget nyiptain gosip.

"Eh, enggak kok. Pokoknya lo tanya aja sama Zahra."

"Btw kita gak ditawarin makan nih? Gue belom sarapan dirumah. Untung pelajaran pertama free, bisa ngantin. Traktir doooong, laper banget nih." Dinda dengan bahagianyanya berkata Traktir.

"Gue kan lagi baik nih, yaudah pesen deh sesuka lo. Lo juga Han, Faris juga. Biar nanti gue yang bayar."

"Aw~ Ferdi baik deh. Gue mau bakso campur limabelas ribu, bilang ke buknya yang jual, yang pesen Dinda cantik adenya kaka Jean, pasti buknya tau selera gue. Sama pop ice bubblegum esnya yang banyak ya! Ga ada yang berbaik hati mau mesenin nih?" dasar Dinda, udah ditraktir minta dipesenin pula.

"Ha? Limabelas ribu? Habis lo segitu? Gue juga mau bakso deh, tapi tujuribu aja. Terserah isinya apa, terus sambelnya yang banyak ya. Minumnya air putih aja. Thanks buat yang mau mesenin." Hani juga ikutan minta dipesenin.

"Gue minum aja deh. Terserah apaan yang penting coklat." tambah Ferdi. Satu-satunya yang masih diam adalah Faris.

"Gue kan baik, jadi gue yang pesenin. Uangnya mana Fer?" Ferdi menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan dari dompetnya. Faris memesankan makanan dengan ikhlas dan senang hati, kan sekalian modus. Sebenernya dari tadi dia ngeliatin ke meja deket gerobak bakso, ada gebetannya. Iya itu, member Tigade yang mirip Isyana.

Selagi Faris memesankan makanan, Dinda main Tahu Bulat di hapenya dengan volume keras tapi dia pake earphone demi dengerin jingle Tahu Bulat kesayangannya tanpa gangguan, dan Ferdi-Hani hanya diam-canggung.

"Han"

"Apa?"

"Nanti pulang sekolah ada acara nggak?"

"Enggak, kenapa?"

"Hari ini grand opening-nya restoran tante gue, lo mau temenin gak kesana?" nggak perlu lama-lama mikir, Hani langsung mengangguk. Dia hanya berpikir, Kalo grand opening restoran biasanya kan ada kupon diskon ehe.

--------

pic di atas: anggep aja geng Tigade ; Lidya-Devi-Diandra

--------

Hello efriwan, part ini spesial buat Zahra soalnya di part sebelumnya dia dibully terus. Keep vomments en hev e nais dey~

Oh iya author yang ini ngasih tau aja, kalo pas bagianku selalu Author POV ya soalnya kalo enggak nanti w bingung sendiri wkwk.

Oke kisbay dulu muah :** jangan bosen ya bacanya :*

Continue Reading

You'll Also Like

654K 38K 31
Aku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di de...
2.1M 128K 64
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
2.7M 144K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
823K 33.9K 52
Mendengar rumor yang mengatakan bahwa Renggala adalah lelaki jahat the real of monster dunia nyata, Renjana benar-benar membayangkan lelaki itu seper...