Having Fun with Diabolik Love...

By AyuNarumi

51.2K 3.3K 673

Low Halow para reader maupun calon reader(?) (σ≧▽≦)σ Having Fun with Diabolik Lovers Characters, memang buku... More

Perkenalan
Reaction
Revenge
Waktunya untuk ngegombal!
Waktunya untuk ngegombal!
Classical (Shuu x reader)
Gara-gara anime (Ayato x reader)
Florist (Yuma x reader)
Special Day (Ruki x reader x Kou)
Wake up!
Masih anget-anget [expired]
Hikari : Part 1
Why not? [closed]
1st Match-up!
Let's play a game! [closed]
Memories of Her [Subaru x reader]
It's All About Shuu!
#SaveAzusa
Disney Tangled
Hikari : Part 3
Kena Tag :'v
Kena tag (lagi) 😂
Mother Day

Hikari : Part 2

1.4K 123 8
By AyuNarumi

"Ha!? Tapi dia yang aku lihat!"

"Yuma, dia bukan Eve. Eve yang asli berambut pirang dan berdada rata."

"Mungkin Eve sudah disembunyikan oleh Sakamaki bersaudara itu."

"Kau...tidak...mengawasi...mereka...?"

"Tentu aku sudah mengawasi mereka! Tapi hanya dia satu-satunya perempuan yang aku lihat!"

Keributan yang kamu dengar membuatmu tersadar dari tidur, atau pingsan mungkin? Kamu mengerjap beberapa kali sebelum penglihatanmu menjadi tajam sepenuhnya. Kamu bangkit untuk duduk.

Cahaya bulan sabit menembus jendela besar yang ada di samping kananmu---membuatmu bermandikan sinar keperakan. Di luar jendela terdapat sebuah kolam besar dengan beberapa pohon palem besar di pinggirnya. Itu semua tampak asing dimatamu.

Lalu sebuah pemikiran yang masuk akal terlintas di pikiranmu.

Ini bukan mansion Sakamaki.

"Oh lihat, dia sudah bangun."

Kamu menoleh ke samping kirimu dan empat orang pemuda tengah berdiri di sana. Empat orang pemuda yang juga tampak asing.

"Apa kita harus mengembalikannya?" tanya si rambut cokelat

"Terlambat. Dia sudah tahu rencana kita." si rambut hitam menjawab. Si rambut cokelat hanya menahan kekesalannya.

"S-Siapa kalian?" tanyamu

"Maa, jangan takut seperti itu. Kami tidak menginginkanmu jadi tenanglah." kata si rambut pirang ceria

"Aku tidak bisa percaya pada kalian." ujarmu lalu kamu menatap tajam pada mereka

"Kami juga tidak bisa percaya padamu. Kau harus ditahan disini sampai rencana Apel Adam berhasil." sahut si rambut hitam

"Eh? Bukannya itu akan merepotkan?" ucap si rambut pirang

"Sudahlah, Kou. Aku tidak ada waktu untuk mengurus hal yang tidak penting seperti ini." lalu si rambut hitam itu pergi meninggalkan yang lainnya

"Hei! Kalian belum menjawab pertanyaanku!" kamu bangkit berdiri dan menghampiri mereka

"Ups, maaf! Aku harus kerja!" si rambut pirang itu melihat jam tangannya lalu pergi

"Kalau begitu, aku pergi dari sini." kamu hendak melangkah pergi namun, sebuah tangan menggenggam lenganmu

"Lepaskan!" kamu meronta minta dilepaskan, tetapi ia jauh lebih kuat darimu.

"Kau ini merepotkan saja! Kalau aku tahu ciri-ciri Eve yang asli, kau tidak akan muncul di hadapanku, dasar cerewet!" seru si rambut cokelat. Ia menggenggam lenganmu sampai terdengar bunyi tulang yang retak---membuatmu meringis kesakitan karenanya. Dan perlakukannya barusan berhasil membuatmu diam.

"....apa yang sebenarnya kalian inginkan?" ucapmu lirih

Si rambut cokelat yang menggenggam tanganmu hanya mendecih sebelum melepaskanmu dan pergi. Kamu mulai terisak karena kamu merasa ini semua tidak adil.

Kenapa harus aku? kenapa? , kata itu terus terulang di benakmu. Bagai kaset rusak yang terus diputar, rasa sakit yang selama ini kamu rasakan kembali menusukmu. Mereka tak hanya menyakitimu secara fisik tetapi, hatimu juga merasa sakit. Mengingat mereka semua adalah vampir yang 'heartless' tentu mereka takkan merasa bersalah setelah apa yang mereka lakukan padamu.

"....umm...."

Oh ya, kamu melupakan si rambut hijau yang dari tadi hanya berdiri dan menonton.

Kamu melirik sinis padanya. Kalau dipikir-pikir, dia sama saja dengan mereka.

"Aku...bisa...menunjukkan...dimana...kamarmu..." katanya

"Tidak perlu! Aku takkan tinggal disini!" ucapmu ketus lalu kamu pergi meninggalkannya.

Sebenarnya kamu tidak tahu harus kemana, kamu hanya mengikuti kaki ini melangkah dan berharap bisa menemukan aula utama dan segera keluar.

Kamu belok ke kanan dan menemukan lorong panjang dan gelap. Karena ragu, kamu kembali ke jalanmu sebelumnya dan berbelok ke kiri. Kamu menemukan lorong panjang juga tetapi, di ujung lorong sana, terdapat cahaya.

Harapan untuk segera keluar dan kembali bersama Sakamaki bersaudara muncul di hatimu.

Kamu segera berlari ke cahaya itu berada namun, sebuah siluet muncul di depanmu---membuatmu menabrak tubuh tegapnya. Kamu mendongak dan iris biru itu menatapmu seolah kamu adalah serangga pengganggu. Sebelum kamu bisa berbicara, ia menyeretmu kembali ke lorong gelap yang kamu jumpai tadi. Lorong gelap dan panjang bagaikan mimpi buruk tiada akhir.

Ia membuka pintu salah satu ruangan lalu melemparmu ke dalam sana, membuatmu terjerembab.

"Sudah kubilang sebelumnya kan? Kau memang tidak berguna disini tapi, jika kami membiarkanmu lolos, itu sama saja dengan membeberkan rencana kami." katanya dingin

"Apa yang kau bicarakan?! Aku tidak tahu rencana apa yang akan kalian lakukan! Yang aku ketahui hanyalah, kalian sudah menculikku dan kalian tak jauh berbeda dengan vampir lainnya!" serumu berusaha mencari titik terang masalah ini

"Apa kau sedang membicarakan Sakamaki itu? Ingatlah, kami tidak seperti mereka dan jangan samakan kami dengan mereka." ia mengakhiri pembicaraanmu dengannya lalu ia menutup satu-satunya pintu keluar yang ada di ruangan itu.

"Hei! Tunggu--!"

*klik*

Ia menguncimu dari depan.

"Buka pintunya!!" kamu mendobrak pintu kayu itu dan memanggilnya berulang-ulang. Namun kamu tidak kunjung mendapatkan hasil yang memuaskan.

*brak brak*

"Buka pintunya!!!"

*brak brak brak*

"Ruki....apa....kau yakin....dia.... akan....baik-baik saja?" pemuda berambut hijau tadi muncul di samping orang yang sudah tega mengurungmu

"Kita harus menjadi Adam bagaimana pun caranya, karena orang itu sudah memberi kita kesempatan." lelaki beriris biru itu pergi dan menghilang di kegelapan, sedangkan si rambut hijau hanya memandangi pintu yang ada di depannya.

"Kumohon..." sebuah suara pelan yang diselingi oleh isakan terdengar dari balik pintu. Memang suaramu sangat pelan tapi, vampir bisa mendengarnya karena panca indra mereka lebih tajam dari manusia.

Mereka semua sama, mereka adalah makhluk abadi yang tidak memiliki hati dan perasaan.

~OoO~

*klik*

*krieett*

Kamu mengangkat kepalamu dan menatap pintu yang setengah terbuka, tampak seorang pemuda berambut hijau sedang berdiri di sana. Sejak kemarin kamu tidak bisa tidur dan hanya duduk memeluk kakimu yang kamu tekuk di depan dada.

"Makan malam....sudah siap....kau diminta....untuk ikut makan...." katanya

"Cih." kamu hanya mendecih kesal

"Kau akan....sakit....jika tidak....makan apa-apa...." sambungnya

Kamu memutar bola matamu malas sebelum berdiri dan menghampirinya. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan ini kesempatan bagimu.

Begitu kamu berpapasan dengannya, kamu langsung melangkahkan kakimu dengan cepat dan meninggalkannya. Kamu tak dapat mendengar suara derap kakinya jadi, kamu menoleh ke belakang dan melihat pemuda itu tengah menatap kosong padamu.

Ujung bibirmu tertarik ke atas, membuat sebuah senyum meremehkan. Kamu kembali melihat ke depan dan sebuah daun pintu terbuka. Sontak, kamu segera memperlambat lajumu agar tidak terbentur.

Seseorang dengan rambut pirang muncul dari balik pintu itu.

"Azusa, kenapa kau membiarkan dia kabur?" tanya si pirang

"Maaf..." dan tiba-tiba saja si rambut hijau tadi muncul di belakangmu. Kamu tak terkejut lagi dengan kelakuan mereka yang gemar berteleportasi.

"Kau cepat makan. Kalian berdua juga." suara lain menyahut dari dalam ruang makan

"Baik, baik, ayo M Neko-chan." si pirang meraih tanganmu dan menyeretmu masuk, sedangkan yang satunya hanya mengekor.

"Hei, aku punya nama tahu!" bentakmu kesal

"Jaa, kenapa kau tidak memperkenalkan dirimu?" tawar si pirang

Awalnya kamu ragu tapi, akhirnya kamu memperkenalkan dirimu dengan sangat singkat, "panggil saja [last name]."

"Aku Mukami Kou, " kata si pirang, "yang sedang duduk di sana Yuma, " ia menunjuk lelaki tinggi berambut cokelat, "yang itu Ruki." lalu ia menunjuk orang yang sudah mengurungmu di kamar.

Kamu sedikit menoleh ke belakang

"Aku...Azusa..." kata si rambut hijau

"Kami semua bersaudara~" senyuman atau cengiran itu masih terukir di wajah Kou

"Cepat makan sebelum makanannya jadi dingin." ujar Yuma

"Haaiiii~" sahut Kou dengan nada cheerfull yang mengingatkanmu pada Laito

"Aku tidak mau makan!" serumu yang membuat suasana menjadi hening, "aku tidak bisa percaya pada kalian!"

Kou mendesah kesal dan Yuma mendecih melihat kelakuanmu

"Memang lebih baik kau tidak mempercayai kami tapi, apa salahnya makan malam bersama?" Ruki menaruh piring terakhir di meja

"Aku tak tahu pasti tapi, aku merasa ada yang tidak beres dengan itu." kamu melirik ke meja makan yang penuh dengan makanan enak

"Tadinya aku ingin menambambahkan racun di piringmu tetapi, setelah kupikir-pikir lagi, sepertinya kau cocok untuk dijadikan ternak."

Kamu membulatkan mata tak percaya. Tangan-tanganmu kamu kepal kuat guna menahan gejolak emosi yang semakin meluap. Kamu berbalik dan berlari menuju kamarmu semalam.

"Ruki-kun, sepertinya kau berlebihan." Kou angkat suara setelah kamu menghilang di balik pintu

"Tidak, ternak sepertinya pantas mendapatkan itu." Ruki duduk di kursinya dan mulai makan

"Biarkan saja, nanti juga terbiasa." timpal Yuma

Sedangkan Azusa masih memandangi pintu dan membayangkan sosokmu yang terluka.

"Oh ya, Azusa, hari ini kau dirumah dan menjaganya saja. Aku tidak ingin dia mengacau di sini." Ruki menyesap supnya setelah mengakhiri kalimatnya

Azusa menggangguk tanda mengerti.

~OoO~

"Ketiga saudaraku....sedang pergi sekolah....dan Ruki....menyuruhku....untuk mengantarkan....makanan ini...." ucap Azusa yang sedang berdiri di balik pintu. Mari sebut saja kalau ruangan di sisi lain pintu tersebut adalah kamarmu.

"Kau pikir aku akan memakan itu?! Aku lebih memilih mati kelaparan dari pada harus memakan makanan itu!" serumu dari dalam

Tak kunjung mendapat jawaban, kamu mulai mempertanyakan keberadaannya. Kamu sedikit membuka pintu kamarmu dan mengintip.

Tidak ada siapa-siapa. Rupanya dia sudah pergi.

Kamu membuka pintu lebih lebar lalu menjejakkan kakimu keluar kamar. Di samping pintu kamarmu, terdapat sebuah nampan dengan beberapa piring makanan di atasnya.

Kamu menyipitkan matamu selagi memandang makanan itu. Kalimat yang dikatakan Azusa barusan terngiang di telingamu.

.... Ruki menyuruhku untuk mengantarkan makanan ini

Dia--Ruki, berniat untuk meracunimu tetapi, dia tidak melakukannya karena kamu akan dijadikan ternaknya.

Kamu mendecih mengingat semua hal memuakkan itu.

Di tembok samping kamarmu, sebuah jendela besar terpasang di sana. Jendela itu langsung mengarah ke kebun.

Tunggu---kebun?

Kamu mendekati jendela dan kebun itu tampak semakin jelas. Buah stroberi yang segar, tomat yang mulai ranum, bunga-bunga lily kuning yang bermekaran, dan pohon apel merah yang buahnya sudah siap panen.

Matamu membulat melihat semua itu. Stroberi, tomat, dan apel. Itu semua adalah makanan. Kamu tak perlu khawatir soal racun di sana, sebab, hasil tanaman segar seperti itu sulit untuk diracuni. Terlebih lagi, mereka juga belum dipetik. Seketika kamu teringat dengan ucapan Azusa.

Ketiga saudaraku sedang pergi sekolah

Yang tersisa di mansion ini hanya kamu dan vampir lambat itu. Yes! Kesempatan!

Dengan semangat 45 kamu berlari menuju kebun. Kamu tak tahu apa-apa soal rumah ini maupun ke-empat bersaudara itu, kamu hanya mengandalkan instingmu.

Tentu saja. Sejak kemarin kamu tidak makan dan sekaranglah waktunya. Itulah yang semakin membuatmu percaya pada insting berburumu(?).

Setiap pintu yang mengarah ke luar mansion kamu buka satu per satu. Dan jackpot! dengan cepat kamu membuka pintu yang benar!

Buah-buah yang kamu lihat seolah bersinar dan dikelilingi blink-blink imajiner. Perutmu menjerit lapar. Kamu tidak ada pilihan lain selain memakakan buah-buahan itu.

Dengan gesit, kamu naik ke ranting pohon apel yang paling bawah dan terus memanjat sampai kamu berdekatan dengan buah itu. Kamu segera memetik satu apel dan duduk di ranting yang kokoh lalu memakan hasil curianmu.

Ups, mungkin kamu tak suka dipanggil pencuri tapi, yang kamu lakukan saat ini memang mengambil tanpa ijin alias nyolong. Ah, tak apalah, yang penting bisa makan :v

Setelah kamu menghabiskan apel pertamamu dan tengahan apel(?) itu kamu lempar entah kemana, tiba-tiba saja

"Apa yang....kau lakukan...?"

"Huaa!" kamu yang terkejut mendengar suara lain hampir saja jatuh dari atas pohon. Kamu memeluk batang kokoh pohon itu kuat-kuat. Kamu melirik ke bawah.

Ternyata Azusa.

"Apa kau....suka rasa sakit...?" tanyanya

"H-Ha?! Apa yang kau katakan?! Tidak ada yang menyukai sakit, dasar lambat!" serumu dari atas

"Lalu....kenapa kau....di atas sana?" tanyanya lagi yang seperti pukulan telak bagimu

Dengan gugup kamu menjawab, "y-yah....itu....aku....ingin--"

"Bunuh diri?" potong Azusa. Seketika muncul perempatan merah di dahimu.

Siapa yang tidak kesal coba? Dengan tampang tanpa ekspresi seperti itu, ia melontarkan kata-kata tersebut dengan datar.

"Bukankah sudah kukatakan tadi?! Tidak ada yang suka sakit! Termasuk aku! Sakit saja aku tidak suka, bagaimana dengan kematian?!" balasmu

"Tapi, kau sudah...mencuri apel...milik Yuma, "

Mendengar itu, matamu membulat tetapi, dia belum selesai

"Lalu...kau sudah...membentak Ruki...dan sekarang...kau naik...ke pohon...dan ingin...bunuh diri..."

Perempatan merah di dahimu bertambah, "Aku tidak ingin mati dulu, dasar bodoh! Aku masih ingin menjalani hidupku! Aku tidak ingin mati sebelum kembali pada orang tuaku, karena itulah alasanku hidup!"

Setelah kamu berkata begitu, Azusa memandangmu datar. Ah, tidak, mata sayunya memancarkan kesedihan. Lalu, ia memandangi tanah.

Kamu yang bingung, akhirnya turun dari pohon. Kamu belum pernah melihat seorang vampir bersedih sebelumnya. Dia yang pertama.

Saat kedua kakimu sudah di tanah, kamu mendekat pada Azusa, "hei, kau pikir aku akan merasa kasihan padamu karena kau memasang tampang memelas seperti itu, hah?"

"Aku...tidak memiliki...alasan...untuk hidup." ungkapnya

"Haah? Bicara apa kau ini?" tanyamu bingung

"Setiap aku terluka....orang lain.... selalu tersenyum....dan senang. Aku...ingin melihat....mereka senang, maka dari itu...aku melukai....diriku sendiri....agar mereka....kembali tersenyum."

Jujur, kamu terkejut mendengarnya. Pantas saja tubuhnya dipenuhi perban begitu. Tetapi, melukai diri sendiri untuk orang lain--bukankah itu sebuah pengorbanan?

Dari semua vampir yang pernah kamu ketahui, baru Azusa yang melakukan pengorbanan seperti itu. Hanya saja, dia melakukan itu semua untuk orang yang salah.

Terdorong oleh rasa ingin tahu, kamu mulai bertanya-tanya padanya, "m-memangnya...untuk siapa kau melakukan itu?"

"Ketiga temanku...Justin, Christina, dan Mellissa." Azusa masih memandangi tanah

"Lalu, sekarang mereka dimana?"

"Ini..." Azusa membuka perban yang melilit tangan kirinya dan ternyata perban itu digunakan untuk menutup luka yang panjangnya dari pergelangan tangan hingga sikunya.

Azusa menyunggingkan sebuah senyuman, "perkenalkan....ini Justin."

Kamu menatapnya tak percaya, suaramu mendadak serak, "jadi...Justin dan yang lainnya hanyalah semua lukamu?"

"Tidak, saat aku...masih seorang...manusia...mereka semua...yang menemaniku. Aku sudah...tidak ingat...bagaimana wajah mereka...maupun...suara mereka...tetapi, yang pasti...kita semua...berteman baik." ujar Azusa yang semakin membuatmu terkejut.

"Manusia? Dulu, kau adalah manusia?" tanyamu memastikan

Lawan bicaramu mengangguk, "aku...dan semua...saudaraku."

Kamu tak percaya dengan ini semua. Memang kamu pernah mendengar bahwa manusia bisa dijadikan vampir maupun manusia serigala. Namun, itu semua hanya ada dalam novel. Bahkan vampir yang selama ini kamu ketahui lewat novel, sekarang bukan hanyalah tokoh fiksi belaka melainkan sebuah mimpi buruk.

Desiran angin yang cukup kencang mempermainkan helaian rambutmu. Awan gelap yang sedari tadi menyembunyikan sang bulan, kini bergerak menjauh.

Langit beludru dengan jutaan bintang tak lupa dengan sang ratu berada di atas kalian berdua.

Mereka semua sama, mereka adalah makhluk abadi yang tidak memiliki hati dan perasaan.

Namun, beberapa dari mereka adalah mantan manusia yang pernah tersakiti. Keabadian mereka yang sekarang adalah bentuk kesempatan kedua untuk mencapai kebahagiaan yang belum mereka capai pada kehidupan sebelelumnya.

Hikari : part 2 -- to be continued

Maaf atas keterlambatan Ayu. Belakangan ini Ayu sibuk ╮(╯▽╰)╭

Ano...enaknya Kou, Ruki, sama Yuma enaknya manggil (reader) pake panggilan apa ya? Soalnya nanti Yui akan Ayu bahas seperti yang ada di awal chapter ini. Cuma dibahas tapi, nggak ada adegan buat dia :v #poorYui

Karena Ayu orangnya 'punyamu-ya-punyamu-punyaku-ya-punyaku'#ketawanpelit makanya Ayu akan pake nama panggilan lain buat (reader) soalnya M Neko-Chan, Kachiku, sama Mesubuta udah dipake Yui. Kalo kalian tanya kenapa cuma cerita ini yang pake panggilan lain padahal cerita-cerita sebelumnya Ayu pake panggilannya Yui buat (reader), itu karena cerita-cerita sebelumnya nggak ada Yui. Nanti Yui masuk cerita tapi nggak terang-terangan dan tak tampak(?).

Kalo Azusa, Ayu akan pake 'Eve' aja tapi kalo yang lain, tolong, beri Ayu referensi nama panggilan. Ayu bener-bener payah kalo disuruh ngasih nama panggilan 😁

Okelah, segitu aja. Kemungkinan part 3-nya akan jadi final part. Mungkin lho ya.

Kou : nee, M Neko-chan, kau akan menekan tombol bintang di bawah kan? aku tidak menerima kata tidak, lho, M Neko-chan. Jadi bersiaplah mendapat hukuman kalau kau tak melakukannya *smirk

---AyuNarumi-Chan & Kou Mukami 🐾

Continue Reading

You'll Also Like

150K 14.8K 118
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
506K 36.3K 44
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1.8M 64.1K 89
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
100K 9.2K 40
Cerita fanfic ini akan fokus kepada kehidupan Hong Haein dan Baek Hyun Woo sebelum mereka menikah kembali, ketika menikah, dan setelah mereka menikah...