"Uwaaaaahhh apa ini?" pekik Mi Ra dan Yoori sambil tertawa bersamaan saat melihat Mia memakai Wedges berwarna hitam mencolok, pun pakaiannya yang stylist.
Setelah memperhatikan Mia dari atas sampai bawah, mereka kembali mendongak melihat Mia. Tak lupa tawa ejekannya.
"Kenapa?" tanya mereka aneh.
Mia mendesah sambil mendudukkan dirinya di kursi di dalam kelas dan berkata, "Pakaian yang aku beli saat masa 'Inha vs Mia' berlangsung, aku biarkan begitu saja. Ibu tahu aku punya baju yang bagus dan memaksaku untuk memakainya. Ahhh, menyebalkan!"
"Ooh ... itu bagus dong," ucap Yoori sambil membuka buku yang akan dipelajarinya. Benar-benar hanya membuka. "Bajumu takkan sia-sia dibeli."
"Um! Kyungsoo juga pasti senang melihatnya," ucap Mi ra dengan semangat sambil mengapit tangan Mia.
"Tidak! Justru kalau dia tahu, dia bisa marah," sanggah Mia menggeleng.
"Ah ya ... Kyungsoo memang pelit. Kau sebegini cantiknya tak mau dihias-hias. Bagus sih karena dia tak mau pria lain melihatmu tampil cantik, tapi aku kesal melihatnya. Kita kan masih muda," jelas Mi Ra panjang lebar, juga tak terima.
"Begitu?" Suara berat menimpali pembicaraan mereka. Sontak ketiga perempuan itu menoleh ke belakang dan mendapati Kyungsoo di sana. Dingin, menyeramkan, lalu hening.
"Ah, hai Kyungsoo, hehe," sapa Mi ra menutupi rasa kagetnya.
Kyungsoo menatap kedua teman Mia sebentar lalu tatapannya beralih pada sang istri. "Ini."
Mia menerima catatan kecil dari suaminya dan bertanya, "Apa ini?"
"Ibu pesan lipstick yang sama denganmu," jawabnya terdengar malas.
"Ibu Kyungsoo?" tanya Yoori. "Lipstick yang warnanya hampir pucat itu? Bwahahaha!!!"
"Aishh, diam!" pekik Mia kesal. "Warna yang aku punya lebih natural! Mengerti?"
"Phew~" Siulan Chanyeol datang memecah pembicaraan, ia ke kelas bersamaan dengan yang lainnya. Menghentikan debat Mia dan teman-temannya.
"Uwaaa~ noona pakaianmu keren sekali, tak seperti biasanya," puji Sehun memperhatikan. "Cantik!"
"Aishh, sstt! Kyungsoo bisa marah," bisik Baekhyun sambil menyikut Sehun.
"Ah hyung, hai!" Sapa Sehun tertawa garing. Di tengah-tengah pembicaraan mereka, ponsel Mia berdering dan itu bukan nomor yang ia kenal. Bahkan seperti nomor internasional?
"Ah, sebentar," pamit Mia keluar dari kerumunan dan menerima telfon. "Halo?"
"-Kakak!-" sapanya di seberang sana dengan Bahasa Indonesia.
"-Siapa, ya?-" tanya Mia bingung.
"-Gina!-" jawabnya riang.
"-Oh! Gina! Ada apa? Aahhh sudah lama sekali tak mengobrol!-" pekik Mia sedikit keras dan mengundang rasa penasaran yang lain.
"-Aku sedang ada di Korea, kak!-" jawab Gina semangat.
"-Korea? Bwahaha, sedang apa? Kau tidak bercanda, kan?-" tanya Mia meledek.
"-Ck! Mamah ada perlu sama tante. Masalah tanah-tanah gitulah. Terus aku ikut deh, sekalian liburan. Kuliah mulu bosen haha-" jelasnya.
"-Oh, oke. Terus sekarang kamu dimana?-" tanya Mia sekadar berbasa-basi pada saudaranya itu.
"-Coba tebak!-" ucap Gina menahan tawa. Mia tampak berpikir. "-Di kampus kakak!!!-"
"-Aku kan belum jaw-APA?-" teriak Mia kaget bukan main.
"-Weeeee mentang-mentang jadi orang Korea, ngomong aja bahasa Korea. Inget~ kita tuh berdarah Indonesia, jad-"
"-Sekarang kamu di mana?-" tanya Mia cepat sampai memotong penjelasan Gina.
"-Di depan kelas kakak. Ini ada cowok liatin mulu siapa, sih?-" tanyanya. Sontak Mia menoleh ke arah pintu dan mendapati Sehun di sana sekarang. Acara buang sampahnya tertunda sejenak.
"Sehun!" panggil Mia berlari kecil menghampiri Sehun.
"Dia temanmu? Dia tadi bertanya orang bernama Mia," jawab Sehun sedikit bingung.
"Haaaa!!!! Gina~!" pekik Mia dengan cepat memeluk Gina dengan eratnya. "-Kangen banget!-"
"Siapa?" tanya semua orang heran sambil menghampiri Mia.
"Oh, Gina?" tanya Kyungsoo sambil melempar senyum. "How are you?"
"I'm Fine, oppa," balas Gina sambil menerima jabatan tangan Kyungsoo.
"Siapa, sih?" tanya Chanyeol. Penasaran.
"Gina. Sepupuku dari Indonesia," jawab Mia.
"Oh, halo!" Sapa teman-teman Mia dengan sopan. Gina pun membalasnya walau masih kurang paham akan salam yang mereka katakan.
"-Masih sekolah?-" tanya Mi ra dengan bahasa Indonesia.
/kalo mau tau kenapa pake bahasa Indonesia, baca 'GreenEarphone' ya. Promot dikit hehe./
"-Kuliah kak. Semester satu, hehe-" jawabnya.
"Cantik," bisik sehun terdengar oleh Mia.
"Apa?" jawab Mia mengejek.
"Ah, tidak," jawab Sehun cepat. Mengerti apa yang dirasakan Sehun, Mia terkekeh sendiri.
"Apa, sih?" tanya Mia menyikut sambil menggodanya.
"Tidak!!" jawab Sehun mulai malu, karena kepergok. Yang lain menatap bingung. Mia pun berniat mengalihkan pembicaraan.
"-Ah, kalau begitu ... hari ini kita pesta saja. untuk menyambut sepupu Gina," ujar Mi ra semangat.
"Apa-apa pesta! Kau ini bagaimana si-"
"Pesta? Oh, setuju!!!" seru Chanyeol mendengar ucapan Mia yang terpotong tadi. "Pesta apa?"
"Pesta untuk menyambut sepupu Mia!" jawab Mi ra ikut semangat.
"Yosh! Kita pesta di rumah Kyungsoo!" pekik Baekhyun memberi kesimpulan.
"Yak!" Kyungsoo tak setuju. Ia menggeleng kuat.
"Apa? Yak, sepupuku kan bukan presiden!" sanggah Mia juga tak setuju. "Pesta tak jelas. Pesta tuh menghamburkan ua-"
"Baiklah, tutup mulutmu. Ada dosen!" ucap Yoori yang melihat dosen berjalan menuju kelas mereka. "Cepat masuk!"
"-Ah, kau tunggu saja di taman dekat gerbang, oke? Aku kuliah dulu-"ujar Mia dan Gina mengangguk bingung.
"Oke!"
***
Mia membereskan beberapa bukunya ke dalam tas setelah kuliah selesai. Lalu saat ia keluar dari bangku, seseorang menyenggol kakinya pelan.
"Ah!" pekiknya kaget.
"Kau memakai sepatu itu lagi?" tanya Kyungsoo sinis.
"Kalau bukan karena ibu, aku juga tak ingin memakainya," celetuk Mia malas.
"Kau lebih cocok memakai sendal jepit dibandingkan itu," ledeknya menunjuk sepatu Mia, lalu berlalu pergi.
"Biar saja!" teriak Mia kesal "Aishh, menyebalkan. Aku tahu kau suka! Sok pura-pura ..." bisiknya kesal sendiri.
***
Mia mencari Gina di taman yang sudah ia beritahukan tadi. Tapi, ia tak mendapati siapa-siapa di sana.
"Kemana dia?" tanyanya bingung.
"Ohh i'm so sorry ..."
Samar-samar Mia mendengar suara Gina. Setelah mencari lagi ke sekeliling, barulah ia bertemu gadis itu. Gina sedang meminta maaf pada seorang lelaki.
"Gina," panggil Mia saat menghampiri Gina. "Oh! Hyungwon!"
"Mia?" tanyanya ramah.
"Kenapa? Ada apa ini?" tanya Mia.
"Ah, tanpa sengaja perempuan ini menabrakku tadi, dan menumpahkan jusnya pada bajuku," jelasnya.
"Oh! Benarkah? Maafkan dia ya," ucap Mia menunduk merasa bersalah. "Kau tidak apa-apa?"
"Tak apa. Sedikit saja kok tumpahnya," jawab Hyungwon masih tersenyum.
"I'm so sorry for this accident," ucap Gina sambil menunduk.
"It's okay," jawab Hyungwon. "Beberapa kali dia minta maaf padaku. Padahal sudah kubilang tidak apa-apa."
"Dia baru saja datang ke Korea. Mungkin dia sedikit syok. Maaf ya," jawab Mia.
"-Ah Kakak! Karena kakak kenal orang ini, bagaimana kalau dia ikut ke pesta nanti? Boleh?-" tanya Gina. "-Aku merasa bersalah sekali.-"
"-Ah, tapi ...-" ucap Mia sedikit menimbang. Mengingat Kyingsoo pasti tidak akan suka. "Bagaimana, ya?"
"Oh, oppa!" Sapa Gina tiba-tiba. Lalu, tatapan Mia beralih pada suaminya. "Who is she?"
Inha.
Sedetik kemudian Mia menatap Kyungsoo kesal. "Kenapa masih suka sama-sama dia, sih?"
"My friend. Inha," ucap Kyungsoo mengenalkannya. Inha mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Gina.
Kyungsoo tak kalah kesalnya. Diam-diam merutuk dalam hati, kenapa Mia masih berhubungan dengan lelaki itu?
"Ah, oppa! May i bring him to my party?" tanya Gina.
'APA?!' pekik Mia dalam hati, sambil membelalakan matanya. 'Kenapa Gina malah- aaaaahhhh Kyungsoo pasti akan marah!'
"Party? Where?" tanya Inha.
"Rumahku," jawab Kyungsoo.
"Oh? Boleh aku ikut?" tanya Inha semangat. Heran Mia dibuatnya. Perempuan macam apa Inha ini?!
"Boleh," jawab suaminya mantap. Mia membulatkan matanya. Antara kaget juga kesal.
'Dia-sengaja-ya?!' batin Mia kesal. 'Oke, aku juga bisa!'
"Ah, kau ikut saja ke pesta kami," Lalu tanpa persetujuan Kyungsoo, Mia memperbolehkan Hyungwon untuk ikut. Suaminya terlihat kaget. "Aku tunggu ya."
Ketika pandangannya beradu dengan Kyungsoo, Mia sedikit melotot kesal lalu berlalu.
"Please come! I want to pay my debt," ucap Gina yang terakhir sambil menyusul Mia.
"Ck! Menyebalkan," gumam Kyungsoo jengkel.
***
Malam hari, semua orang sudah berkumpul di rumah Mia. Tentu saja hanya orang-orang tertentu yang datang.
Gina senang kedatangannya disambut dengan pesta. Walaupun ia tahu, pesta itu sebenarnya tak lebih dari sekadar senang-senang. Semua orang ingin melepas kepenatan mereka.
"Cheers~!" Seru semuanya sambil mengacungkan minumannya masing-masing.
"-Jangan mabuk, aku bisa dimarahin sama bibi-" ucap Mia mengingatkan Gina.
"Oke~!" jawab Mia malas karena Mia sudah mengingatkannya sedari tadi.
Semua orang bercerita mengenai kuliah mereka masing-masing. Mengenai tugas yang tak ada habis-habisnya. Dan membahas mengenai kedatangan Gina yang tiba-tiba.
"Membosankan," gumam Mia dari arah dapur. Setelah menyajikan beberapa makanan, ia bergegas ke dalam kamar untuk mencari sabun muka. Baru saja membuka pintu, ia sudah melihat Kyungsoo di dalam kamar.
Antara tak mau masuk dan harus masuk. Kemudian dengan beberapa pertimbangan, Mia akhirnya masuk. Masih mengabaikan suaminya tentu saja.
"Yak," panggil Kyungsoo ketus. Mia tak menoleh dan tetap mencari sabun pencuci mukanya. "Mia."
"Apa?" tanya Mia akhirnya. "Kenapa juga kau ada di kamarku?"
"Kenapa kau ajak Hyungwon?" tanya Kyungsoo menghiraukan pertanyaan Mia.
"Kau juga mengajak Inha," cetus Mia sedikit memberi penakanan pada nama Inha.
"Aku tak mengajaknya," sanggah suaminya.
"Ah ... salah, ya? Maksudku, kau juga memperbolehkan Inha datang ke pesta ini," jelas Mia berbalik melihatnya.
"Dosen memberikan tugas lagi pada Inha dan ia memintaku untuk membantunya. Tadinya aku ingin selesai hari ini, makanya aku iyakan saja. Tapi, keadaan malah tak kondusif," jelas Kyungsoo.
"Klasik," ujar Mia pelan. "Sudah tahu tidak akan kondusif masih diajak."
"Kau sendiri mengajak Hyungwon," ujar Kyungsoo tak mau kalah. Mia makin kesal dibuatnya.
'Tentu saja aku tidak mau dia datang. Tapi kau yang menyulut kemarahanku duluan!!!!!' maki Mia dalam hati.
Keduanya sama-sama kesal. Nyaris adu mulut, kalau saja Gina tak datang.
"-Kak, ayo main sama yang lain!-" ucapnya.
.
.
.
.
"Let's play truth or dare!" pekiknya menambahkan.