STIGMA

By kenzzylr

126K 10.9K 406

"Sometimes preferred to break up and ended it easy. but afterwards the pain will haunt you." cerita aku priva... More

•1
•2
•3
•4
•dugser
•5
•6
•7
•8
•9
•10
11
•12
?
•14
Yey
•13
•15
•16
17
•18
•19
:(
•20
•21
Treat you better
•22
☔️
24
25
flashback
26
27
28
•29
Warning!
•30
spesial Part #1
Spesial part #2
Spesial part #2
Spesial part #3
❣️
Certain Heart

23

2.9K 297 13
By kenzzylr

Taehyung POV

"Jadi kau balikan dengan Jimin?"

Ku dengar kau tertawa dan berbincang dengan teman-temanmu. Ku lihat wajahmu yang bahagia sata membicarakan dia


Walaupun aku berharap dia yang kau bicarakan itu adalah aku, meskipun pada kenyataannya bukan.


Karena sampai detik ini, aku masih bertanya-tanya

Kenapa aku belum bisa move on? Orang-orang bilang move on cukup mudah. Hanya dengan berganti pasangan, seiring berjalannya waktu kau akan mulai melupakannya. Tapi kenapa denganmu berbeda? Kenapa sulit bagiku melakukan itu?

Seperti yang kau lakukan begitu mudah. Begitu mudah sampai aku tidak tahu dan tidak ingat, kapan semua ini mulai terjadi.


Aku candu dirimu

Tanpa menyadari bahwa ini hanyalah permainan.
Kau dan aku adalah tokoh utamanya, atau justru aku bukanlah tokoh utama itu tetapi dia


Dan sekarang, kau memenuhi pikiranku. Semua yang ku lalui hanya mengingatkanku akan dirimu.
Ini gila.


---

"Morning sayang.."sapaku saat melihat Jimin terbangun dari tidurnya dan berjalan memelukku dari belakang. Senyumnya mengembang lebar dan dia memberiku sebuah morning kiss yang lembut di bibir. Aku terkekeh kecil dan balas menciumnya. Jimin terkejut sekaligus senang. Matanya menyipit karena senyumnya terlalu lebar.

"Mau sarapan apa?"tanyaku. Jimin memangku dagu nya di bahuku dan berpikir. Tangannya semakin erat di perutku. "Nasi goreng?"aku mengangguk setuju.

"Kau mandi dulu, nanti aku siapkan sarapannya. Oh ya, pulang jam berapa?"

Pasalnya, Jimin bilang hari ini dia akan sangat sibuk karena harus datang ke beberapa rapat penting. Sayangnya lagi aku tidak tahu kapan dia akan pulang hari ini. Jimin mengerling. Kali ini dia berjalan membuka kulkas dan meminum botol mineral sampai setengah.

Dia kembali melirikku. "Aku pulang malam. Sekitar jam sepuluh lewat mungkin. Kau tak apa?"

Aku mengangguk kecil. Melempar senyum menenangkan pada Jimin yang memandangku khawatir. "Aku tak apa Jim, aku ada kelas malam juga hari ini."

Jimin membulatkan mata dan memicingkan matanya, "Kelas malam? Yaudah aku jemput. Jam berapa?"aku menggeleng. "Jam sembilan. Gak usah juga gapapa, aku bisa pulang naik taksi kok." Jimin menolak secara tegas. "Aku yang akan jemput. Jam sembilan kan? Aku janji jam sembilan sudah disana. Oke?"

Ku hela napas panjang. Aku mengangguk lemah. Jimin mencium dahiku dan menghambur masuk ke dalam kamar mandi. Suara shower menyala dan percikan air menandakan Jimin sedang membersihkan diri.

...

"Jam sembilan aku sudah disini. Aku janji. Jadi, jangan kemana-mana dan tunggu aku."serunya tegas. Aku mengangguk. Melambaikan tangan padanya yang menancap gas dan berlalu pergi.

Ku langkahkan kakiku masuk melewati gerbang. Pandanganku tertunduk. Memikirkan semuanya dan membenamkannya jauh dalam pikiranku. Semuanya. Bertanya-tanya, apa dengan cara ini aku bisa berhasil? Maksudku, aku melakukan ini karena dua alasan yang penting di hidupku.

Alasan pertama, karena aku mendengar dari mahasiswa sebelah kalau Kau dan Chae Young memakai cincin yang sama karena kalian bertunangan. Tentu saja aku sakit mendengarnya. Tidak tahu harus bagaimana, haruskah percaya dengan gosip itu atau tidak. Tapi sikapmu memang aneh.

Saat ku tanya kenapa kau memakai cincin yang sama dengan Chae Young, kau bilang bahwa cincin itu hanyalah cincin titipan. Kemudian kau tertawa. Semakin membuatku bingung.

Tetapi setelah mendengar gosip itu beredar, semuanya menjadi sedikit masuk akal.
Kau memintaku kembali padamu padahal kau sudah bertunangan. Kau memintaku untuk kembali padamu. Kau memintaku memberikan jawaban sebelum aku menyesal dikemudian hari.

Kau mencoba melukaiku lagi Tae.

Apa kau pikir ini lucu? Kau mengira bahwa aku adalah mainan? Hah. Yang benar saja.

Sekarang aku tahu..

Aku tahu kenapa aku begitu bodoh.

Kau bilang kita putus karena hubungan kita sudah tidak semestinya lagi.
Karena kau dan aku sering mempeributkan hal kecil. Karena aku selalu bersama Jimin dan melupakanmu. Kau selalu menyalahkanku karena aku tidak menganggapmu lagi seperti seorang kekasih. Kau ..

Bagaimana jika aku membalikkan semua itu padamu sekarang?

Mungkin kita akan impas.

Aku terluka, kau juga terluka. Bukankah itu adil?

Meskipun benar, aku tidak pernah benar-benar bisa melupakanmu, sampai detik ini. Meskipun benar, bahwa aku masih mencintaimu dan selalu begitu. Tapi aku tidak mau melukai diriku sendiri semakin jauh.

Karena itulah, aku meminta Jimin untuk memberiku kesempatan sekali lagi. Aku ingin Jimin merasakan semua kasih sayang yang dulu pernah ku berikan padamu. Aku ingin dia yang menggantikanmu, karena Jimin orang yang tepat.

Dia mencintaiku.

Dia tidak akan tega menyakitiku atau bahkan membohongiku. Dia tidak sepertimu.

Sama sekali tidak.

Karena itulah, disini aku sekarang. Duduk di bawah pohon, melihatmu dan dia berjalan bersama dengan tangan bertautan erat. Dalam hati aku meringis.

Baiklah, aku akan menyerah kalau itu maumu.

Kau sudah menyerah. Aku kira aku akan merasa lega mendengar itu, tapi aku justru merasa gelisah dan panik.

Masih ku lihat senyum wanita itu mengembang lebar saat berbincang denganmu. Kau hanya tersenyum sekenanya dan membalas seperlunya. Matamu tidak pernah lepas dariku.

Aku memalingkan wajah, tapi kau kembali menarik perhatianku. Bibirmu yang terbungkam rapat dan membisu. Kau gunakan matamu untuk berbicara denganku. Kemudian pandanganku memudar. Genangan air yang tertumpuk di pelupuk, membuatku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas.

Jadi ku tundukkan kepalaku dan ku sembunyikan di kedua lututku.

Ku pikir aku akan baik-baik saja saat melihat iris hitammu. Tapi aku salah. Aku tidak baik-baik saja. Kau membuatku jatuh lagi dilubang yang sama.

Kau tahu?

Alasan aku begitu menyukaimu dulu, alasan aku menyukaimu saat pertama kali melihatmu dulu saat SMA, karena tatapan teduh matamu. Matamu begitu indah. Jika aku harus mencari mata yang begitu indah itu di dunia ini, aku hanya akan menemukan satu atau dua dari seluruh belahan dunia.

Aku tidak ingin yang lain. Aku hanya ingin dirimu. Sejak saat itu, mataku tidak pernah lepas darinya. Kau selalu membuatku tertarik pada poros yang sama. Kau...

Lagi-lagi membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

Sedikit perasaan egois muncul di diriku. Hatiku berbisik dan berteriak secara bersamaan. Berteriak dan mengguncangkan hatiku. Seharusnya itu aku. Seharusnya kita yang mereka bicarakan. Kita akan sangat serasi. Seperti saat SMA, semua orang membicarakan kita iri.

Aku merasa begitu bangga saat itu. Karena aku berhasil memilikimu dari sekian banyak wanita yang menginginkanmu. Aku lah yang berhasil memenangkan hatimu. Aku semakin egois. Tidak menginginkan siapapun mendekatimu karena kau milikku.

Aku bahkan tidak peduli jika aku tidak memiliki teman saat itu. Karena aku memilikimu. Meskipun semua orang membenciku, tapi setidaknya ada kau disisiku. Itu sudah lebih dari cukup.

Dan sekarang, perasaan itu kembali muncul. Aku ingin memilikimu lagi. Aku ingin berlari dan memelukmu. Mendorong wanita yang berada di sampingmu dan mengatakan pada seluruh dunia bahwa kau milikku. Hanya milikku. Sehingga tidak ada wanita manapun yang berani menggodamu, karena kau milikku.

Aku mencoba berlari. Tapi kakiku terantai oleh deretan besi kuat. Tanganku mencoba menggapaimu tapi tanganku diikat oleh tali yang tajam dan runcing. Membuat tanganku berdarah dan terluka. Bibirku ingin berteriak memanggil namamu, tapi tenggorokkan ku seperti menelan batu bata dan membunuhku di dalam.

Kau semakin jauh.

Semakin tidak terlihat dan menghilang dari pandanganku.

Kau..

Kembali pergi, karena aku.

Mian

...

Taehyung POV

Bagaimanapun ini menyakitkan.

Bukan ini yang ku harapkan.

Kini, semuanya menjadi semakin rumit.

Apa aku kalah?

Aku berdecak kecil dan mengacak rambut frustasi. Kulihat orang-orang lalu lalang dengan jenuh. Ku letakkan kembali kepalaku di atas meja. Mataku menatap lurus kedepan. Bermain dengan hayalanku yang semakin hari semakin menjadi liar.

Ku bayangkan dirimu tengah tersenyum begitu manis padaku. Bibir merahmu dan matamu, tubuhmu, aku ingin mendapatkan semua itu darimu.

Aku..

"Tae, kau baik-baik saja?"aku mendongak. Melihat Chae Young tengah melihatku khawatir. Ku anggukkan kepalaku kecil. "Aku baik-baik saja, pergilah. Aku sedang ingin sendiri." Dia mengangguk dan pergi meninggalkanku. Bukan hanya Chae Young, semua orang perlahan-lahan mulai pergi. Semuanya. Dan tersisa aku sendiri di ruangan ini.

Seorang pria bodoh dan tolol. Aku tertawa dan menangis. Sungguh, ini menyakitkan. Aku tidak tahu bahwa hal seperti ini bisa melukaiku.

Aku sangat menginginkannya. Dari semua ambisi yang kumiliki di dunia ini, dia yang sangat ingin ku miliki. Tapi aku gagal. Aku gagal mendapatkan itu.

Aku merasa gila. Seharusnya aku tidak melepasnya saat itu. Kalau aku tahu, keadaannya akan semakin rumit, aku tidak akan melepaskannya.

Saat itu, aku hanya takut. Aku terlalu kalut dengan pikiranku yang kacau. Saat aku memutuskannya dulu saat setelah aku mabuk berat. Aku pikir aku melakukan hal yang benar. Aku hanya takut kehilangannya cepat atau lambat, jadi aku memutuskan melepaskannya lebih dulu.

Dulu, rasa bersalah menghantuiku terus menerus. Jimin terus mendesakku untuk mengatakan padanya kalau hubungan kami selama setahun itu hanyalah sebuah dare. Aku tahu jika aku mengatakan itu, aku akan melukai hatinya. Jadi ku kubur dalam-dalam kata-kata itu.

Aku dan Jimin bertengkar hebat. Kami tidak pernah bertengkar sehebat itu sebelumnya. Dia dan aku sama-sama memiliki emosi yang tinggi, dan parahnya, kami memiliki ambisi dan keinginan yang sama. Jimin menonjok rahangku. Dia marah, karena aku melebihi batas yang di tentukan.
Aku balas memukulnya. Ku tarik kerahnya dan ku tatap tajam dirinya. Aku bilang bahwa dare yang harus ku jalani setahun telah selesai. Dan berikutnya itu menjadi hakku. Aku yang menentukan apakah ini akan berlanjut atau tidak. Dan aku memilih untuk lanjut, karena perasaanku sudah jelas mengatakan bahwa aku sangat mencintainya.

Jimin tertawa dan balas menarik kerahku. Bibirnya bergetar dan matanya memerah. Dia berteriak dalam hati dan mengeluarkannya dengan suara dingin nan tajam. "Tapi peraturannya, kau harus memutuskan setelah satu tahun. Setelah itu, baru kau dan aku bisa bersaing dengan adil. Bukan seperti ini. Kau egois."

Mungkin kalau dulu, aku mengikuti peraturan permainan, keadaan tidak akan serumit ini. Kalau saja aku memutuskannya setelah setahun, dan bersaing dengan Jimin secara sehat, ini tidak akan terjadi.

Aku bangkit dari duduk. Seperti dejavu. Aku bertemu denganmu. Kau tengah berjalan sendirian dengan wajah tertunduk. Tanganmu mencengkram kuat bajumu. Rambut panjangmu yang biasa tergerai kini terkuncir rapi. Bisa ku lihat wajahmu yang mengernyit. Kau masih tidak menyadari diriku yang berhenti tepat di depanmu. Saat melihat sepasang kaki, kau mendongak dan matamu membulat.

Aku tersenyum dan mengangkat tangan di udara, mencoba menyapamu. Tapi bukannya menjawab, kau justru menangis.

Aku mencoba meraih pundakmu, tapi kau menghindar. "Kenapa kau disini?"gumamnya sesegukkan. Aku mengernyit. Senyumku semakin mengembang. "aku kan juga kuliah disini."jawabku semakin membuat tangisnya menjadi. "Justru karena itu.."gumamnya tidak jelas. Aku mengelus puncak kepalanya lembut. Ku dekatkan wajahku di telinganya dan berbisik.

"Aku masih menunggu."

Cup

Tidak lagi bisa ku tahan keinginanku untuk mencium bibir merahnya yang menggoda.ku eratkan tanganku di tengkuknya dan memperdalam ciuman kami. Lumatan-lumatan kecil ku berikan. Dia membalas ciumanku malu-malu.

Rasa manis dari bibirnya tidak pernah berubah. Semakin membuatku candu dan gila.

Aroma coklat dari rambutnya, berhasil mengindahkan duniaku.

Tanpa ku sadari, air mataku juga ikut menetes. Ku lepas tautan kami perlahan, dia menangis dalam diam begitu juga denganku. Kami saling berpelukan dan melepas rindu yang membuncah di dada.

Ku eratkan tanganku merengkuhnya. Aku tidak ingin kehilangan dia. Aku ingin bersama dengannya.

Kenapa tidak bisa?


"Kenapa yang kau pilih Jimin, bukan aku?"bisikku parau di telinganya.











Makin gaje. Sorry telat. Harusnya gue update kemarin, tapi sibuk. Wks. Okesip. Keep vote dan komen thankyouuu!!! 💕💕


-me

Continue Reading

You'll Also Like

13.5M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
330K 24.9K 111
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
572K 6.3K 90
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...