Hopeless

By elfpandaa

393 38 8

Tiana Ann. Gadis biasa yang hidupnya selalu dikelilingi dengan tawaan dari sahabat dan keluarganya. Lalu, sat... More

SINOPSIS a.k.a PRAKATA
Part 1. Secuil Rasa Sakit
Part 2. Support
Part 4. Kegelisahan
Part 5. Sedikit Cerita Lama (1)
Part 6. Dengannya

Part 3. Lagi

46 5 0
By elfpandaa

Pagi ini seperti biasa aku berangkat ke kampus. Hari ini masih sama seperti hari di mana aku dibuat bingung dengan situasi yang tidak jelas.

Entahlah, rasanya sulit untuk menghilangkan pikiran seperti ini.

Dengan perasaan-perasaan tidak enak selalu menderap hati dan pikiran. Dibuat bingung dengan keadaan.

Ini cukup tidak jelas bagiku. Aku hidup diantara orang-orang yang telah banyak menggoreskan luka didiri ini. Walau aku tidak tahu pasti. Hanya saja, ini yang selama ini aku rasakan.

Ramai. Keadaan kampus selalu seperti ini.

Aku melanjutkan sekolah di salah satu universitas terbaik yang berada di kota ini. Banyak dari orang tua mempercayakan anaknya untuk melanjutkan menimba ilmu di sini. Aku pun bersyukur dapat diterima disini. Dengan banyaknya pesaing yang sama-sama mengharapkan diterima.

Hal yang selalu aku lakukan saat sampai di pintu masuk kampus adalah tersenyum dan berdoa "buatlah hari ini menjadi lebih baik dari kemarin."

Aku terus melangkah, melawati koridor kelas. Mencari keberadaan orang yang mungkin aku kenal.

Seketika aku menghentikan langkahku.

"Kenapa mereka lagi?"  Pikirku. "Tidakkah mereka lelah?"

Ya. Putri dan Dhiva berada tepat 7 meter di depanku. Sedangkang yang aku lakukan hanya berdiam diri, memperhatikan kegiatan mereka.

Mereka seperti biasa sedang mengobrol bersama. Sesekali mereka tertawa bersama, membuat siapapun yang melihat iri.

Begitu denganku. Tapi, ah, sudahlah. Tidak ada gunanya lagi sekarang.

Ketika aku hendak melanglah kembali memutar arah. Menjauh dari mereka.

"Tiana!" Sial. Itu suara Putri.

Aku pun membalikan badan dengan senyum seadanya. "Kemari." Ajak Putri. Aku hanya menghela nafas. Menormalkan detak jantung yang mulai bertalu.

"Mau kemana?" Tanya Putri saat aku sampai di depannya.

"A..aku.. mau.." sial. Kenapa aku jadi gugup seperti ini?

Aku sempat melirik ke arah Dhiva. Ia terlihat lebih diam setelah aku berada di dekat mereka. Padahal tadi sebelum aku berada di sini, dengan jelas aku melihat Ia bercanda dan tertawa bersama Putri.

Kenapa jadi seperti ini?

Atau karena keberadaanku mengusiknya?

"Sepertinya aku mau ke perpustakaan. Mau cari beberapa novel untuk dibaca." Jawabku setelah mengendalikan diri.

"Kebetulan. Aku mau ke perpustakaan juga. Mau cari referensi buku untuk tugas yang dikasih Pak Bayu, sama Dhiva. Bareng saja yuk." Putri tersenyum.

Inilah yang aku tidak suka. Selalu dikaitkan dengan keberadaan mereka.

Tidakkah mereka tahu, aku muak?

"Mm.. boleh." Jawabku seadanya.

Kami jalan beringan. Aku, Putri, lalu Dhiva. Sambil sesekali Putri bercerita apa yang Ia lakukan.

Rasanya lama sekali, hanya untuk sampai ke perpustakaan. Padahal aku sering ke sana dan jarak tempuh kira-kira hanya 5 menit. Tapi kenapa ini rasanya seperti sudah jalan selama 1 jam?

Sepanjang jalan yang mereka lalukan hanya saling melempar candaan. Aku sesekali hanya tersenyum, tanpa berniat membalasnya. Sambil mengalihkan padangan ke arah berlawanan.

Mungkin dulu aku akan ikut saling melempar candaan saat jalan bersama. Namun sekarang berbeda. Ada tembok yang sengaja aku bangun agar tidak jatuh ke jurang yang sama.

"Mereka terlihat begitu akrab."  Sekelibat kata menghampiri pikiranku. Sedikit iri memang, tetapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur. Hanya saja sekarang aku berusaha menambahkan ayam dan kerupuk agar nasi yang sudah menjadi bubur itu memiliki nilai yang lebih.

"Ini memang jelas kesalahmu!" Iblis jelek mencemooh kebodohanku dimasa dulu.

Dengan buku yang ku pegang sekarang, aku tidak merasa kesepian. Putri dan Dhiva tepat duduk dihadapanku. Mereka sesekali tertawa pelan membahas buku yang mereka baca. Aku hanya mencoba bersabar melihatnya.

Iri? Pasti.

Kenapa bukan aku?

Sampai-sampai mereka tidak menghiraukan keberadaanku di sini. "Kalau begini, untuk apa aku di ajak? Untuk melihat keakraban mereka? Hah?"

Sekarang aku bagaikan nyamuk yang siap menunggu ditangkap dan dimatikan oleh siapa pun, termasuk mereka.

"An, kok diam saja?" Putri dan Dhiva kini mengalihkan tatapannya kepadaku.

"Sadarkah mereka sekarang, ada aku di sini?"

"Eh. Bukunya seru jadi terbawa ke dalam cerita." Kataku sambil sedikit mengangkat buku yang sedang ku baca.

"Oh."

Itu saja?

Cukup sudah! Aku muak dengan kepalsuan ini.

Dengan sedikit tergesa aku bangun dari tempat duduk. "Aku duluan." Setelah mengatakan itu, aku berjalan tergesa keluar perpustakaan.

"Loh? Kok duluan?" Terdengar suara Putri. Namun aku tidak berniat menjawab.

"An, tiana!" Masih terdengar suara Putri memanggil. Aku terus melangkahkan kakiku menjauh dari mereka.

Mungkin wajahku sekarang sudah merah, karena menahan amarah. Mataku pun sudah terasa panas. Air mata siap jatuh dalam hitungan detik.

Aku terus mempercepat langkahku. Dengan tangan kanan menutupi sebagian wajah agar tidak ada yang mengetahui keadaan wajahku yang mungkin sekarang sudah berantakan.

Air mata tidak tertahankan lagi. Pertahananku gugur. Tangan kananku semakin erat menutupi wajah agar tidak terdengar isakan yang keluar.

Beruntung keadaan koridor yang ramai. Jadi tidak ada yang terlalu memperhatikan keadaanku.

Aku terus berjalan mencari toilet terdekat.

"An!" Terdengar suara memanggilku sebelum aku masuk ke toilet.

Aku masuk ke toilet yang kebetulan kosong. Aku masuk disalah satu bilik kamar mandi dan menangis. Menumpahkan segala kekesalan di dada.

Terdenger suara derap langkah kaki yang memasuki toilet. Lalu mengetuk pintu bilik toilet yang aku gunakan.

"An?" Itu suara Kinar.

Sambil terus mengetuk pintu. Kinar pun terus memanggilku. "An? Kamu di dalam? Kamu kenapa, An? Jawab aku"

Aku masih terisak dalam kesunyian. Rasa sesak di dada masih menggunung. Kenapa begitu sakit? Kenapa sesakit ini?

Suara Kinar dan Icha di luar bilik masih terus terdengar. Mereka memohon agar aku membuka pintu. Namun aku masih belum siap. Rasa sakit masih ada.

Setelah beberapa lama tidak mendapat jawaban dariku. Kinar dan Icha, mereka mengatakan akan menunggu sampai aku siap.

Tangis kembali pecah, mengingat kejadian tadi. Kenapa harus sesakit ini, Ya Allah? Inikah resiko dalam mencintai?

Setelah selesai menguasai dan menenangkan hati aku keluar dari bilik toilet. Mendengar aku membuka pintu, Kinar dan Icha menghampiriku. Wajah khawatir mereka jelas terlihat.

"An? Sebenarnya ada apa?" Icha mulai bertanya kepadaku. Aku berjalan menghampiri westafel untuk membasuh muka. Menghilangkan air mata dan sembab di wajah.

Kinar dan Icha menatapku prihatin dari cermin. Wajahku sungguh berantakan. Jelas sekali seperti orang yang sedang patah hati.

"An?" Kinar sekarang bersuara.

Aku menumpu tangan pada pinggiran westafel untuk menjaga berdiriku.

Aku tersenyum tipis. "Aku tidak apa-apa."

"Yang benar saja! Kamu habis menangis, An!" Ucap Kinar tidak sabar. Beruntung keadaan toilet yang sepi.

Aku mendongak menatap mereka berdua dari cermin. Terlihat jelas wajah prihatin dari Icha dan Ia terus mengelus punggungku. Lalu aku berbalik menghadap mereka dengan bersandar pada pinggiran westafel.

"Aku tidak katakan, pasti kalian akan menebak sendiri apa yang terjadi padaku." Aku kembali menundukan wajah.

Kinar tersulut. "Mereka lagi?" Ucapan Kinar tepat sasaran.

"Sudah, An. Sabar, istigfar." Icah terus mengusap punggung dan menenangkan ku.

"Nar, marahnya nanti saja. Tenangkan Tiana dulu. Kamu jangan terlalu gegabah." Icha menenangkan Kinar.

"Bagaimana aku bisa tenang! Mereka selalu seperti ini. Sepertinya memang aku yang harus turun tangan." Ucap Kinar menggebu-gebu.

Dengan cepat aku mendongakan kepala, menatap Kinar. "Tolong, Nar. Aku tidak mau membuat masalah baru dengan mereka. Cukup ini saja."

*******

Maaf kalau agak lama. Saya lagi banyak urusan, entah tugas sekolah atau yang lainnya.

Semoga suka^^

Dan salam kenal untuk semua pemabaca cerita saya:)))

Enjoy!

Continue Reading

You'll Also Like

825K 72K 39
Argavanil atau kerap dipanggil Arga adalah sosok anak remaja nakal, dan hobby balapan motor. Dibalik kenakalannya, Arga memiliki segudang prestasi da...
316K 967 17
⛔21+⛔ ⛔FOLLOW SEBELUM BACAA⛔ ⛔JANGAN PELITT VOTE⛔
VANO By strawberry

Teen Fiction

492K 22.8K 32
Seorang remaja yang ikut balapan malah bertemu dengan keluarga kandung nya yang memiliki sifat posesif dan protektif terhadap diri nya. ayo dong bac...
2.5M 14.6K 33
21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard A...