"Mingyu."
Aku hanya menatap y/n datar. Kenapa suaranya yang menyebalkan itu harus membunyikan namaku?
"Ya!"
Ah dia sudah mulai menggunakan 'ya!' untuk memanggilku.
"Kim Mingyu!"
Kenapa? Kenapa dia selalu memanggilku?
"Wae?"sahutku pada akhirnya.
Bugh! Hah... Aku sudah terbiasa dengan tingkahnya ini dari SD. Kesal sedikit pasti dia langsung melayangkan tinjunya padaku. Dia sadar tidak sih kalau pukulannya itu tidak sakit?
"Eh? Wae?"tanyanya kini dengan tangan yang menggantung di udara. "Kenapa kau diam saja saat aku memukulmu?"
Aku menghela napas pelan lalu menopang daguku lelah. "Bosan."
Y/n masih saja menatapku bingung dengan mata bulatnya. "Isanghae..."
"Kau sudah melakukannya sejak delapan tahun yang lalu. Aku sudah bosan meladeninya."jelasku singkat.
"Yaaa..." kini bukan pukulan yang datang ke lenganku, melainkan tepukan halus. "Kau kenapaaa?"
Aku hanya diam saja. Melainkan mengalihkan pandanganku ke luar jendela perpustakaan. Ah hari ini sepi sekali. Hari yang tenang—"Yaaaaa..."
"Ah sikkureo!"seruku kesal.
"Ya! Kenapa kau galak begitu?!"
"Iya! Galak sepertimu! Menyebalkan sepertimu! Aaaah jinjjaaa!" Aku mengacak rambutku kesal. "Ya! Kenapa aku jadi terdengar sepertimu? Berisik dan menyebalkan!"
"Yaaa!" Y/n menarik ujung lengan sweaterku. "Kenapa kau jadi meledekku?! Kau itu kenapa sih?!"
Aku mengerutkan bibirku kesal. Aku juga tidak tahu aku kenapa. Apa aku tahu? Ah molla! Sudah seminggu ini moodku buruk sekali, terutama tiap kali melihat y/n. Rasanya dia seperti sejuta kali lebih menyebalkan. Apalagi kalau dia sudah mulai membicarakan Wonwoo. Aku tidak ingin mendengarnya.
Ah jinjja! JINJJA!!! Geumanhae, Kim Mingyu!
"Kau benar-benar ingin tahu aku kenapa?"tanyaku pada akhirnya.
Dengan ekspresi wajah antara kesal namun juga bingung, y/n mengangguk cepat. "Eung! Wae?"
"Moodku buruk. Aku—" "A!"
Aku segera menelan kembali kata-kataku. Ada apa? Kenapa y/n tiba-tiba berseru? Padahal aku sudah memutuskan untuk menceritakan kenapa mood ku seperti ini.
"Ada sms dari Wonwoo, dia bilang dia akan terlambat. Padahal kan sekarang sudah cukup malam. Wonwoo selalu sibuk ya di agency? Ku rasa kita harus tetap menunggu—" BRAK! "Eh? Mingyu mau kemana?"
Aku segera berdiri dari dudukku lalu berjalan pergi.
"Ya! Kim Mingyu!"
Kenapa? Kenapa kau selalu memangilku? Padahal apapun itu hanya satu yang selalu kau pikirkan. Jeon Wonwoo. Bukan aku.
--
"Soda juseyo."ucapku pada Ahjumma yang menjaga kantin kecil di dekat perpustakaan.
Aku melihat sekelilingku sejenak. Masih ada banyak mahasiswa yang memenuhi lorong universitas. Sibuk dengan laptop masing-masing.
Memang ketika kuliah ternyata tugas dan berbagai kegiatannya malah semakin menyita waktu. Aku jadi bersyukur aku tidak ikut berbagai klub seperti di SMA dulu. Bisa-bisa aku tidak pernah pulang ke apartemen saking sibuknya.
"Ah, gamsahamnida." Soda yang disodorkan Ahjumma padaku membuatku terbangun dari lamunanku.
"Kau tidak mau membeli apa-apa lagi? Biasanya kau juga selalu membeli teh sakura."
Aku meringis mendengar ucapan Ahjumma kantin. Biasanya aku memang selalu ikut membeli teh sakura. Bukan buatku sih. Yah buat siapa lagi kalau bukan y/n. Hanya saja, aku sedang malas sekali dengannya.
"Aniyo."ucapku sambil menggeleng pelan. "Ini saja."
"Teh sakuranya satu."
Aku menoleh pada anak perempuan yang tiba-tiba berdiri di sebelahku. Mataku memicing melihatnya. Kenapa dia terlihat familiar?
"Annyeonghaseyo, Mingyu sunbae."
Ah! So... soh... hmm? Sohye? Kim Sohye?
"Sunbae?"
Aku tersenyum kecil padanya. "Ne, annyeonghaseyo."
Ya, benar. Namanya Kim Sohye. Kalau tidak salah satu junior yang diberitakan meyukaiku. Ah benar. Minggu lalu Yuju memberikanku sebuah kotak makanan dari juniornya bernama Kim Sohye.
"Ng... apakah kau menyukai makanan dariku, sunbae?" Ah benar, memang dia yang memberikan makanan itu.
"Eung. Gomawo."
"Ng... kalau kau mau aku bisa membuatkanmu lagi."
"Ah, gwaenchanha. Tidak usah. Aku terbiasa membeli makanan. Terima kasih sudah menawarkan."
"Ah, ye."
Aku tersenyum tidak enak pada Sohye.
Kim Mingyu, kesempatan untuk memulai cinta yang baru ada di depan matamu. Tetapi mengapa kau malah mengabaikannya?
Aku jadi menghela napas panjang. Lelah.
--
"Y/n—" aku tidak jadi memanggilnya. Y/n tampak membaringkan kepalanya di atas meja dengan mata yang terpejam. Hmm? Apa dia tertidur?
"Wonwoo tidak jadi datang."
Ah dia tidak tidur.
"Kenapa?"
"Ada persiapan untuk debut Jenny."
Tanpa sadar aku mendengus kesal mendengar jawaban y/n. Jenny, huh?
"Jadi?"
Dengan matanya yang tetap terpejam, y/n tampak mengangkat bahunya pelan. "Molla."
Kini aku mengambil tempat duduk di sebelahnya. Aku hendak menggapai rambutnya untuk mengelusnya. Namun entah mengapa, tanganku terhenti. "Gwaenchanha?"
"Eung."jawabnya pelan nyaris berbisik. "Itu bagian dari pekerjaannya kan."
"Y/n-ah, gwaenchanha?"tanyaku lagi.
Y/n tampak setengah tersenyum. "Jangan bertanya. Mengucapkan nama anak itu saja rasanya sulit dan mengesalkan."
Aku tertawa kecil mendengarnya. Anak ini memang menyusahkan, kasar, tapi sebenarnya sering memendam banyak hal. Membuat aku selalu tidak bisa membiarkannya begitu saja. Benar-benar tidak bisa.
"Terus bagaimana dong?"
"Entahlah."
Sambil menghela napas pelan, aku ikut membaringkan kepalaku di sampingnya. Aku begitu lama bersama dengannya di keadaan seperti ini, hingga rasanya sedekat ini sudah tidak membuatku berdebar heboh seperti bocah norak yang baru jatuh cinta. Aku sudah begitu terbiasa hingga lupa kalau sebenarnya dia tetap bukan milikku.
"Ya, kenapa kau mau memaafkan Wonwoo?"
"Molla."
"Serius."
"Aku masih berharap padanya. Sesulit itu untuk begitu saja menghapus dia, Mingyu-ya."
"Kau terlihat begitu terluka."
"Oh ya?"
"Eung."
Melihatnya terdiam sambil mencoba tetap tersenyum dengan matanya yang terpejam membuatku kesal. Kesal pada Wonwoo yang seenaknya. Kesal padanya yang memilih untuk tetap kalah akan perasaannya pada Wonwoo. Kesal bahwa pada kenyataannya aku tahu ini yang akan terjadi cepat atau lambat tetapi aku malah jadi frustasi ketika y/n dan Wonwoo menemukan jalan mereka kembali.
"Katakan kau tidak baik-baik saja."
"Mingyu-ya—" "Jujurlah!"
Aku mendengar y/n menghela napasnya. "Angwaenchanha."bisiknya.
Cukup sudah. Aku mendekatkan wajahku padanya, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya. "Y/n-ah, mian." Sset! Ccup... maafkan aku telah melewati batasku dan menciummu.
-- to be continued --
Heyho~ maaaf yaaaa updatenya tengah malem :3 soalnya ga sabar aku mau update hahahahaha.
Gimana gimana gimanaaaaa? Deg2an ga bacanya? HAHAHAHAHAHA
Ayo share pendapat kamu soal update chapter ini di comment dan jangan lupa jugaaa votenya ya kesayangan Aemi!
Love, Aemi
Kamus:
Wae = kenapa?
Isanghae = aneh
Eung = iya (informal)
Ne = iya (formal)
Ye = iya (super formal)
Aniyo = tidak, atau bukan
Gwaenchanha = baik-baik saja
Angwaenchanha = aku tidak baik-baik saja
Molla = tidak tahu
Geumanhae = hentikan
Jinjja = sungguh, atau benar-benar
Sikkureo = berisik! (Informal)
Gamsahamnida = terima kasih (formal)
Juseyo = seperti kata permohonan, seperti ungkapan please di Bahasa Inggris
Mian = maaf (informal)