Aku memacu mobilku cepat. Sekarang sudah menunjukan pukul 00.05 WIB pantas saja jalanan sudah selenggang ini. Tak ada mobil atau motor yang ramai seperti di siang hari. Aku menelfon Anton, rasanya aku ingin menemuinya dan menumpahkan semua rasa kesalku.
"Halooo.."
"Anton, kamu lagi di apartement kamu kan?"
"Iya Jun, aku di apartement. Kenapa?"
"Hmm aku kesitu ya"
"Iya, lagi ada masalah?"
"Nanti saja aku ceritakan," aku mematikan ponselku dan memacu mobilku lebih cepat.
Aku butuh tempat beristirahat.
****
Aku mengetuk pintu apartementnya, tak lama ia langsung membuka pintunya. Ia hanya mengenakan celana pendek, dan tidak mengenakan baju. Terlihat jelas kulit putihnya, juga otot-otot di dadanya.
"Masuk Jun, kamu ada masalah apa si say?" aku langsung masuk dan menjatuhkan diri di sofa.
"Aku lelah Ton.."
"Ini kan tanggal 24, harusnya kamu ada di rumah istri kamu.."
"Nah itu yang membuat aku kesal!" Anton ikut duduk disampingku dan merangkul bahuku, membuat kepalaku bersandar di dadanya.
"Ceritakan saja.."
"Dia mau bekerja, padahal aku sudah memenuhi semua kebutuhannya. Kalau dia bekerja dan dia berbicara pada semua orang jika dia istri aku gimana Ton? Karir aku bisa hancur!"
"SSshhh...Sshhh..." Anton mengelus kepalaku lembut.
"Biarkan dia bekerja, dan kamu tidak pernah menganggapnya ada kan selama ini. Dia pasti merasa jenuh, kamu juga tidak akan terbebani rasa bersalah kan kalau dia bekerja?"
Drrrttt...Drrtttt..
"Ponsel kamu sepertinya ada telfon," aku mengambil ponsel di saku celanaku. Ternyata yang menelfonku Aline. Di atasnya juga tertera 15 pesan masuk.
"Tidak usah diangkat," ujarku kesal dan menjauhkan ponsel dari kami berdua.
"Hmmm iya benar juga sih katamu dia lebih baik bekerja," sambungku meneruskan pembicaraan kami tadi, " ah tapi biarlah, biar dia tahu rasanya jika aku marah"
"Yasudah kamu seharian ini pasti lelah bekerja, kita tidur saja yuk," aku mengiyakan ajakannya, aku menggegam tangannya erat.
Tangan besar dan lembut yang aku rindukan.
Kamar yang seluruhnya bercat putih ini, aroma khas tubuh Anton disetiap sudutnya selalu menjadi tempat kami berdua bercerita, dan memadu kasih.
Anton aku merasa hidupku lebih baik saat bersamamu.