"Lo kenapa bisa sampe bonyok gini dah? Padahal cuma di tonjok sama cewek. Di tampar aja sering lo," komentar Naufal sambil membersihkan luka Migo yang lumayan parah. Maklum saja tonjokan mantan.
Sesekali Migo meringis pelan, "Pelan-pelan kek, Fal. Lu nggak tau nih hasil tonjokannya sakit banget?!" sewot Migo dengan alis yang berkerut.
"Ya ini juga udah pelan-pelan!" balas Naufal tambah sewot.
"Namanya juga tonjokan mantan, jelas aja sakit. Sakit banget sampe ke hati," celetuk Riko tanpa wajah bersalahnya.
"Diem lu sipit!"
Semua teman-teman nongkrong Migo ikut berkumpul di kelas 12 IPA 2 yang sudah sepi hanya untuk melihat keadaan Migo yang habis ditinju oleh mantan tersayang.
"Elo sih yang salah, Kak Migo," celetuk Darian si anak kelas 11 IPA 3.
"Ya gimana? Waktu itu gue lagi jenuh-jenuhnya, yaudah gue deketin aja si Juya anak 12 IPA 3. Eh taunya malah kaya gini jadinya. Alisa tau, terus gue di tonjok," jelas Migo menyesal.
"Lo nyesel sekarang?" tanya Joshua dengan tenang.
"Iyalah. Nyesel kenapa dulu nggak coba ngomong baik-baik sama Lisa soal sikapnya ke gue. Gue malah ngambil langkah yang salah," Migo menjawab pertanyaan Joshua sambil menunduk.
Naufal selesai membersihkan luka Migo, "Tunggu aja, bakalan ada berapa penyesalan yang dateng lagi setelah lo putusin Lisa," sahut Naufal.
"Nah! Gue setuju sama Naufal. Gue penasaran perbandingan Lisa sama Juya," setuju Joshua.
Migo menatap Naufal dan Joshua yang baru saja melakukan tos. Laki-laki itu merengut sebal, dia ingin mencari pacar baru dan targetnya kali ini adalah Juya tapi dia belum bisa move on dari Alisa, si mantan pacarnya yang cuek.
Mungkin besok gue harus tembak Juya biar bisa cepet move on dari Alisa. Dari pada gue malah uring-uringan kaya gini, dalam otaknya Migo sudah membuat rencana yang akan dia laksanakan besok.
***
Lain Migo, lain lagi dengan Alisa. Perempuan itu memutuskan untuk pulang bersama dengan Sean. Hanya Sean yang bisa mengerti dia disaat seperti ini. Tapi sepertinya mereka tidak jadi pulang hanya berdua saja, karena para manusia primitif atau teman-teman Sean dan Alisa yang lain juga ikut masuk ke dalam mobil milik Sean. Ada Rosi, Pika, Jaka, Abin dan Bobi.
"AELAH!!! KALIAN TUH NGGAK PADA TAU APA KALO GUE LAGI GALAU?!!" teriak Alisa di kursi penumpang depan tepat di sebelah Sean. Sedangkan Sean hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Dia sudah terlalu pasrah dengan kelakuan teman-temannya yang hobi berteriak dan marah-marah, tidak lupa berbuat kerusuhan.
"WHUT?!! LU GALAU?!!" teriak Abin dengan wajah sok kaget.
"ALHAMDULILLAH AKHIRNYA LU NORMAL JUGA. TERIMA KASIH YA ALLAH!!!" seru Bobi sambil sujud syukur di jok mobil.
"Berisik banget lu, Bob!!! Gantiin jeday gue dulu!" semprot Pika yang masih tidak terima kalau jedaynya patah oleh Bobi.
"Lah?! Itu mah si Abin, pas pengen di balikin lagi eh taunya jatoh abis itu patah. Jadi salahnya Abin," Bobi mengelak, ia berusaha membela dirinya dan menyalahkan Abin atas patahnya jeday Pika.
"Ngapa jadi gue?! Kan elu yang mainin, bodoh!" balas Hanbin tisak terima. Mana mau Abin disalahkan atas masalah ini?
"Tapi kan lu yang ngelempar jedaynya Pika!" seru Bobi lagi.
"Tapi lu yang tadi ngejepit jedaynya Pika ke gigi lu!" balas Abin yang makin sewot.
"APAAA?!! JEDAY GUE NYANGKUT DI GIGINYA BOBI?!!"
"Iya."
"TIDAK BERGUNA KALIAN BERDUA!!!"
BUGH!
BAGH!
BUGH!
BAGH!
Sean hanya bisa tersenyum masam, dia sudah terlalu terbiasa melihat kelakuan teman-temannya yang tidak berbeda jauh dengan tarzan yang ada di hutan. Bisa jadi kebih parah. Tabahkan aku Ya Allah, batin Sean nelangsa.
Alisa sejak tadi juga diam saja, telinganya sudah terlanjur sakit karena mendengar teriakan Pika yang murka dan teriakan kesakitan dari Abin dan Bobi. Telinga hamba-Mu ini udah sakit banget Ya Allah. Kapan ini berakhir?
Jaka bahkan tidak memperdulikan apa yang terjadi di sebelahnya. Ia hanya fokus bersenandung sambil menggoyangkan kepalanya ke atas ke bawah mengikuti alunan lagu lewat headset yang sudah terpasang sejak pertengkaran antara Pika, Bobi dan Abin dimulai. Masa bodo. Mereka bertiga emang primitif semua. Untung temen, kalo bukan, udah gue jual lu ke om-om, batin Jaka setengah kesal.
Sedangkan Rosi hanya memperhatikan pertengkaran antara Pika, Bobi dan Abin dalam diam. Hanya karena masalah jeday lima ribuan milik Pika, sampai seperti ini akhirnya. Miris memang nasib Bobi dan Abin, mereka berdua sudah habis dijambaki oleh Pika. Gila! Ini cewek beneran keturunan tarzan. Urakan banget kelakuannya, batin Rosi.
20 menit kemudian, urusan Pika, Abin dan Bobi akhirnya selesai walaupun berakhir dengan kurang damai. Abin dan Bobi berjanji pada Pika kalau mereka akan memberikan jeday lagi untuk Pika dengan harga 1 jedaynya bisa 4x lipat dari harga yang dijual oleh abang jepitan dan juga mereka berdua harus mentraktir Pika selama seminggu kedepan. Sebenarnya itu atas paksaan Pika. Selain ganas dan galak, Pika ini juga tukang paksa.
"Kalian udah selesai urusannya?" tanya Sean dengan sabar.
"Udah, Sean," balas Pika dengan wajah sumringah.
"Sumringah bener, mbak! Gue sama Abin nih apes banget! Duit jajan gue, malah beralih buat si Pika!" Bobi yang masih tidak terima dengan perjanjian itu hanya bisa marah-marah. Sangat tidak adil sekali.
Pika menjulurkan lidahnya ke arah Abin dan Bobi kemudian melengos, "Itu sih urusan lu," balas Pika dengan senyum lebarnya.
"Bagus deh. Terserah kalian mau nyelesaiinnya gimana. Bisa kita balik sekarang? Udah sore banget kayanya," ujar Sean dan diangguki oleh semua penumpangnya.
Ting!
[WhatsApp]
Sean
Online
Today
Sean
Nanti malem gue jemput. Lo gue anter pulang dulu. Oke
Alisa
Gue ikut lo balik aja deh. Baju gue yang waktu itu masih ada di rumah lo kan?
Sean
Masih ada. Yaudah ikut gue balik aja. Tapi ada adek gue gapapa?
Alisa
Gapapa Sean ^^ makasih ya, maaf ngerepotin terus
Sean
Gapapa. Lo udah kaya adek cewek buat gue wkwkwk
Alisa
Bisa aja lo se wkwkwk
Akhirnya mobil Sean bisa keluar dari sekolah sekitar pukul 5 sore dan dia mengantarkan satu per satu temannya ke rumah masing-masing.
***
Yang terakhir di antarkan adalah Rosi. Sebelum turun dari mobil, Rosi menatap Sean sebentar, "Sean, gue tau abis ini lo mau bawa pergi Lisa. Tolong jagain dia ya, kayanya akhir-akhir ini dia bukan kaya biasanya. Tolong ya, Sean," ujar Rosi sambil melirik Alisa yang ketiduran di jok depan.
"Lo tenang aja, Ros. Lisa aman sama gue. Dia udah kaya adek cewek gue sendiri kok," balas Sean dengan tenang serta senyum teduhnya.
"Tapi lo nggak suka atau cinta kan sama Lisa?" tanya Rosi dengan mata memicing.
Sean merengut, "Dih? Kalo gue suka sama Lisa, ngapain sih gue sampe bela-belain ngerelain waktu gue cuma buat dengerin curhatannya Lisa? Nggaklah. Selama ini gue udah suka sama cewek lain. Jadi lo nggak usah tanya-tanya gue suka atau nggak sama Lisa," balas Sean.
"Bagus. Soalnya gue belum yakin kalo Lisa bisa move on dari mantannya," ujar Rosi laku mengangguk.
"Iya Ros. Gue paham."
"Yaudah, gue balik ya. Dah!"
"Dah!"
Sean kembali menjalankan mobilnya menuju rumahnya yang tak terlalu jauh dengan rumah Rosi. Tak perlu waktu lama akhirnya, ia sampai di depan rumahnya. Mata tajam Sean tak sengaja melihat ke arah rumah yang berada di paling ujung.
"Ish! Bodoh banget sih gue. Harusnya gue nggak bawa Lisa ke rumah gue," desis Sean saat melihat ada Migo dan Juya yang sedang duduk di depan rumah Migo.
Sean baru ingat kalau rumahnya dan rumah Migo itu berdekatan dan terkadang Migo memang suka membawa teman perempuannya ke rumah. Dan itu bukan Alisa. Sean sejak dulu sudah kesal dengan perilaku Migo yang terlalu menggampangkan segalanya, termasuk soal pacar. Tapi sayang sekali, semuanya hanya ia tahan dalam hati tanpa pernah tersampaikan karena ada kaitannya dengan Alisa. Sean lebih banyak menyimpan aib Migo secara tidak langsung dan dia menyembunyikannya sendiri tanpa ada niatan membuat Alisa tau. Karena dia tidak ingin Alisa sakit hati bahkan menangis karena kelakuan Migo selama ini.
Sean menghela napas, dalam hati ia memaki Migo sampai seluruh isi kebun binatang pun keluar dari bibir tipisnya.
"Eugh," Alisa bangun dan langsung membuka kedua matanya. Dan ia langsung disuguhkan pemandangan yang membuatnya jengkel setengah mati. Pandangannya terkunci pada 2 objek yang membuat perempuan itu menggeram pelan.
Alisa berdecih merendahkan. Dia nyaris saja meludah di sembarang tempat. Untung aja dia ingat kalau dia masih ada di dalam mobil Sean.
"Kayanya dulu gue pacaran sama orang yang salah deh?" desis Alisa sinis. Matanya tidak berhenti menatap kedua orang itu dengan tajam.
Sean tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ingin menyembunyikan semuanya juga tidak bisa, Alisa sudah melihatnya secara langsung, "Terus Lis. Keluarin apa yang ada di hati lo," balas Sean lalu menunduk. Tangannya mencengkram stir mobil dengan kuat, mencoba meredam perasaam kesal dan gondoknya.
"Sean, lu tau sendiri gue nggak bakalan bisa move on dari manusia kaya Migo. Mau sebrengsek apapun dia, gue tetep sayang. Tapi buat kali ini gue bakalan bikin dia nyesel senyesel nyeselnya karena udah putusin gue," senyuman culas muncul di bibir perempuan itu.
Alisa tidak pernah main-main dengan perkataannya dan semoga Migo baik-baik saja dengan acara balas dendam yang akan dilakukan Alisa.
***
Alisa mampir sebentar ke rumah Sean. Rumah Sean itu termasuk rumah yang paling nyaman untuk dikunjungi, halaman rumahnya luas dan ada pendopo kecil yang tepat di bawahnya terdapat kolam ikan koi. Karena Alisa senang dan sangat menyukai ikan, dia lebih sering duduk di pinggir kolam berjam-jam hanya untuk memperhatikan ikan-ikan itu berenang kesana kemari. Salah satu kegiatan yang digemari oleh Alisa adalah memberi makian ikan.
Selain menyukai ikan, Alisa juga sangat menyukai kucing. Dia memiliki 2 ekor kucing di rumahnya. Dua-duanya jantan, Choco dan Mello.
"Lis, tolong kasih makan ikan koi nya dong. Bareng sama Jason ya, gue mau mandi dulu," ujar Sean lalu menyerahkan toples yang berisi makanan ikan pada Alisa.
"Iya mas," sahut Jason yang berdiri di sebelah Sean.
"YEAY!"
Aliswa berteriak heboh dan dia langsung duduk di pinggir kolam untuk memberi makan ikan, "Jason, mana makanan ikannya?" seru Alisa heboh.
"Sabar kak Lisa. Seneng banget sih kak," ledek Jason sambil terkekeh..
"Iya. Liat deh ikannya lucu banget." Alisa berujar gemas saat melihat ikan-ikan koi itu mulai berkumpul. Mereka seperti sudah tau kalau akan diberi makan oleh majikannya.
Jason membukan toples makanan ikannya dan Alisa segera memasukan tangannya ke dalam toples untuk mengambil segenggam makanan ikan. Kemudian ia celupkan tangannya ke dalam air dan membiarkan tangannya di kerubungi mulut ikan.
"Ihh geli," gumam Alisa seraya tertawa kecil.
Jason memperhatikan sahabat kakaknya itu. Dia merasa kalau Alisa memang sedang ada masalah, "Kak, lagi ada masalah ya?" tanya Jason tiba-tiba yang ngebuat Alisa terdiam.
"Nggak kok. Aku lagi biasa aja, Jas. Emangnya muka aku kaya lagi banyak masalah ya?" balas Alisa lalu menatap Jason.
Jason tersenyum lalu mengangguk, "Kak Lisa paling nggak bisa buat nyembunyiin masalah. Aku bener kan kak?" tebak Jason.
Alisa menunduk lalu tersenyum miris, "Iya, Jas. Kamu bener. Aku emang lagi ada masalah," jawabnya lirih.
"Soal apa kak? Kali aja aku bisa bantu?" tanya Jason.
"Kemaren aku baru di putusin sama pacar ku," jawab Alisa sambil menatap Jason.
"Oh gitu. Terus?"
"Alasannya gara-gara aku tuh kelakuannya mirip kaya preman pasar. Tapi emang dasarnya aku kaya gini. Aku nggak bisa cute, nggak bisa feminin atau apapun yang dia pengen. Dan aku cuek," jelas Alisa sambil cemberut.
"Berarti dia nggak bisa nerima kakak apa adanya dong?"
Lalisa menggeleng pelan, "Aku nggak tau. Aku sama dia udah pacaran 2 tahun 11 bulan dan minggu depan kita anniv yang ketiga. Dia kaya sayang banget sama aku, tapi kemaren dia mutusin aku cuma gara-gara hal sepele," balas Alisa kesal.
"Bales dendam dong, kak. Buktiin kalo kakak nggak kaya gitu. Kakak bisa jadi lebih dari kriterianya," ujar Jason.
"Terus aku harus gimana?" rengek Alisa.
"Kakak tuh cantik. Kakak bukan cantik yang bikin bosen, tapi kakak tuh cantik yang bikin orang lain malah pengen liat lagi. Coba kakak ubah sedikit-sedikit biar mantan kakak nyesel," ujar Jason.
"Jas, kamu lagi gombalin aku?" tanya Alisa polos.
"Aduh kak! Kakak tuh polos banget sih, akunya jadi gemes. Nggak kok, aku ngomong seriusan, kak," balas Jason lalu ketawa sedangkan Alisa mengerucutkan bibirnya.
"Kakak kalo di ajak balikan mau nggak?" Jason menoleh untuk menatap Alisa yang duduk di sebelahnya.
Alisa menggigit bibirnya lalu mengangguk pelan, "Aku masih sayang banget sama dia," balasnya lirih.
Sean yang berada di balik tembok hanya mengangguk pelan. Dia tau apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
***
Ini ada kucingnya Alisa ya. Si Choco sama Mello
20th August, 2018