Love You

By PipiMochi

72.8K 6.1K 299

Selamat Menikmati Fanfiction Keenam Saya Publish JAN'17 More

Love You 1
Love You 2
Love You 3
Love You 4
Love You 5
Love You 6
Love You 7
Love You 8
Love You 9
Love You 10
Love You 12
Love You 13
Love You 14
Love You 15
Love You 16
Love You 17
Info
SADNESS
Love You 18
Love You 19
Love You 21
Love You 22
Love You 23

Love You 11

2.4K 249 5
By PipiMochi

Kinal berusaha melawan dua pria tersebut seorang diri. Dengan tenaga yang tidak terlalu kuat karena dia perempuan, tapi Kinal pantang menyerah sampai titik darah penghabisan. Tekat Kinal bulat, dia cuma mau melindungi Melody.

Pukulan bertubi-tubi Kinal terima secara bergantian dari kedua pria tersebut, wajahnya bonyok, tubuhnya babak belur. Dan Kinal sampai muntah darah karena perutnya terus dipukuli.

Melody menangis sambil berteriak, memohon pada kedua pria tersebut untuk tak lagi memukuli Kinal. Dia sudah tidak sanggup melihat Kinal yang tak berdaya.

"Hentikan!" teriak Okta ketika melihat Kinal sudah hampir mati karena dipukuli. Okta mendekati kedua pria itu, "cukup. Jangan pukuli dia lagi. Kalian berdua lepaskan mereka. Sebagai gantinya aku akan menemani kalian bersenang-senang," tambah Okta.

"Tut," Kinal berusaha berdiri dengan susah payah. Karena tubuhnya lemas dan tak bertenaga. Melihat Kinal tampak lemah, Melody berlari mendekati dia untuk membantu Kinal berdiri.

Dengan bantuan Melody, Kinal berjalan ke arah Okta. Tangan Kinal yang berlumuran darahnya sendiri sehabis mengelap mulut, ia gunakan untuk memegang bahu Okta.

"Lu ja..ngan bertindak bo..doh!" kata Kinal terbata, "gue gak ba..kal nyerahin lu sebagai gan..tinya. Lebih ba..ik gue mati ditangan me..reka."

"Mba Mel, bawa dia pergi dari sini. Biar dua pria ini jadi urusanku," ucap Okta yang tak mau melihat wajah Kinal. Mungkin Okta sudah tak tega melihat Kinal yang terus dipukuli habis-habisan sampai dia bonyok sana-sini dan muntah darah.

Kedua pria tersebut tetap saja memukuli Kinal yang berusaha melindungi Melody. Sepertinya mereka sengaja membuat Kinal perlahan mati karena ulah keduanya, walaupun pada akhirnya nanti mereka tidak mendapatkan Melody. Yang penting mereka sudah bersenang-senang dengan Kinal yang habis mereka pukuli sampai mati.

Melody tercengang mendengar Okta berkata seperti itu, mana mungkin ia tega meninggalkan Okta sendiri dengan kedua pria sialan yang beraninya dengan perempuan. Seorang banci saja tak akan menyerang atau pun memukuli perempuan, tapi mereka laki-laki beraninya malah dengan perempuan. Sebenarnya mereka itu banci yang sesungguhnya, berlindung dibalik tubuh laki-laki untuk bisa menghajar perempuan seperti Kinal.

"Gak. Kita gak akan bi..."

"Bawa Reana pergi dari sini, mba! Kalau tidak dia akan mati!" ucap Okta memotong perkataan Melody dengan cara membentaknya.

Okta tak bermaksud membentak Melody seperti itu, dia hanya ingin melihat Kinal hidup dan tak mati sia-sia.

Karena dibentak Okta, Melody akhirnya membawa paksa Kinal pergi dari sana. Melody memasukan Kinal ke dalam mobil dan segera tancap gas. Walaupun mobil dia 1 bannya pecah dan belum diganti, Melody tak peduli, dia tetap menjalankan mobilnya untuk segera pergi.

Kinal merutuki dirinya sendiri, ia menangis karena merasa bersalah sudah meninggalkan Okta sendiri dengan kedua pria brengsek. Nasib Okta akan seperti dan jadi apa nantinya, itulah yang ada dipikiran Kinal.

"Argh!" teriak Kinal kencang.

Melody yang sedang menyetir menoleh ke arah Kinal, dia paham dan mengerti betul tentang apa yang ada dipikirkan Kinal sampai dirinya berteriak dan menangis. Ketika melihat diujung jalan ada kantor polisi, Melody membelokan mobilnya ke sana.

"Kamu tunggu sini, aku mau ke dalam minta bantuan," kata Melody saat mobilnya berhenti tepat didepan kantor polisi. Lalu ia turun dan masuk ke dalam.

Sedangkan Kinal didalam mobil duduk resah tak tenang karena mengkhawatirkan Okta. Menggunakan sisa-sisa tenaga yang ada Kinal membuka pintu mobil, kemudian dia berdiri pada kedua kakinya dengan susah payah. Baru saja kakinya melangkah ia pun terjatuh.

Brug!

"Kinal!" teriak Melody ketika dirinya sudah selesai membuat laporan ke polisi. Melody segera berlari buat menolong Kinal, "kamu mau kemana sih?" tanya Melody. Dia membangunkan Kinal dan membantunya berdiri, setelah itu mendudukan Kinal didalam mobil.

"Okta, Okta dalam bahaya mba!"

"Kamu gak perlu ke sana. Karena polisi sudah bergerak setelah laporanku masuk tadi. Semoga Okta gakpapa sampai polisi datang menolong dia," ujar Melody. Karena Melody sudah bilang seperti itu, Kinal lega dan terlihat tenang.
.
.

"Otut...Otut..." igau Kinal memanggil-manggil nama Okta. Kinal mengigau saat dirinya tak sadarkan diri. Karena waktu di kantor polisi Kinal pingsan, dia sudah tak tahan lagi dengan rasa sakit disekujur tubuhnya.

Ve sampai terjaga saat mendengar Kinal mengigau. Lalu dia beranjak dari sofa untuk melihat keadaannya. Tangan kanan Ve mengusap kening Kinal pelan, membuat usapan lembut agar dia lebih tenang.

"Otut!" teriak Kinal, Ve terkejut karena Kinal tiba-tiba bangun dan memegang tangannya erat. Nafas Kinal memburu, sampai keringat dingin keluar dari tubuhnya.

"Hei. Tenanglah," kata Ve.

Kinal langsung menoleh dan melihat Ve yang ada disamping kirinya. Dia pandang Ve baik-baik, sedangkan tangan Kinal masih menggenggam erat tangan Ve.

"Otut sama mba Mel mana, Ve?" tanya Kinal.

"Mba Mel di rumah. Dan Okta dalam keadaan baik, dia tadi ke sini jenguk kamu, tapi kamunya belum sadar, jadi Okta pamit pulang. Besok katanya dia mau ke sini lagi," jawab Ve tersenyum.

Mendapat kabar kalau Melody dan Okta aman serta baik-baik saja, perlahan Kinal kembali tenang. Dan bibirnya menarik senyum untuk membalas Ve yang masih setia tersenyum manis didepan Kinal.

"Ve, tanganmu halus. Apa kamu gak pernah mencuci bajumu sendiri?" ucap Kinal spontan. Ve tertawa mendengarnya, dia perlahan melepas pegangan tangannya pada Kinal, "kok kamu ketawa?" lanjut Kinal.

"Abis pertanyaan kamu tuh yang bikin aku ketawa. Kinal, Kinal. Kita hidup di zaman modern, yang semuanya serba canggih. Tinggal masukin pakaian kotor ke mesin, mesin berputar. Setelah itu mesinnya berhenti, pakaian kita udah bersih harum dan kering. Gitu aja kok repot," ucap Ve.

"Oh iya ya. Ketahuan begonya deh aku," Kinal mengambil posisi duduk diatas tempat tidur kamar rawat. Lalu dia turun untuk mengikuti Ve yang duduk diatas sofa.

Kinal mengambil posisi duduk disamping Ve, kedua kakinya dia naikan. Posisi duduk bersila diatas sofa memang paling asyik jika sedang bersantai.

"Ve, mau kah kamu menceritakan tentang diriku? Aku ingin tahu siapa aku dimata kalian berlima," ucap Kinal. Ve tersenyum dan melihat Kinal yang ada disampingnya.

"Ok," jawab Ve lembut.

Ve mulai menceritakan siapa Kinal dimata Melody Vienny Shania Zara dan dirinya. Bagaimana mereka bisa akrab dulu sewaktu di panti, sampai keakraban itu menjadi dekat dan tak terpisahkan. Ve juga menceritakan pada Kinal kalau mereka berdua tak pernah akur belakangan ini, kerjanya ribut terus. Tak lupa Ve juga menceritakan semua keisengan dan keras kepalanya Kinal. Karena Ve bercerita seperti mendongeng, Kinal jadi tidur lelap disamping Ve, kepalanya ia sandarkan di bahu kanan milik Ve. Sedangkan yang punya bahu tak keberatan kalau bahu kecilnya menjadi sandaran kepala Kinal ketika ia tidur sepanjang malam bersamanya di sofa. Malah Ve ikut menaruh kepala dia juga diatas kepala Kinal.

"Selamat malam dan selamat tidur Kinal. Aku mulai nyaman ada didekatmu. Semoga ingatanmu cepat pulih," ucap Ve pelan. Perlahan mata indah Ve tertutup untuk pergi ke alam mimpi bersama Kinal.

Pagi datang begitu cepat. Matahari sudah menampakan diri di langit biru sana, sampai pancaran sinarnya menerangi bumi dan masuk melalui ventilasi kamar rawat Kinal.

Derap langkah kaki dan suara orang yang berlalu-lalang didepan lorong rumah sakit membuat Ve terjaga. Disaat mata indah Ve terbuka sempurna, dia pun langsung melihat sekeliling kamar rawat.

"Kinal," panggil Ve ketika ia tidak melihat Kinal ada didalam kamar rawat. Ve beranjak dari sofa dan mencari Kinal di kamar mandi tetap saja tak dia temukan. Ve mulai panik karena Kinal menghilang, lalu dia bergegas keluar kamar untuk mencarinya. Tapi ketika Ve membuka pintu, Kinal juga baru datang dan ingin membuka pintunya dari arah luar, hingga keduanya berpapasan.

"Ve, mau kemana?" tanya Kinal heran melihat Ve ingin keluar dengan wajahnya yang terlihat cemas.

"Harusnya aku yang tanya kamu. Kamu darimana sih? Kamu tuh masih sakit, aku panik ketika bangun tiba-tiba di kamar gak ada kamu!" ucap Ve kesal.

Kinal nyengir dan menarik tangan Ve untuk masuk ke dalam kamar rawat. Tangan Kinal menggandeng tangan Ve hingga keduanya duduk di sofa.

"Aku tadi keluar itu untuk cari sarapan buat kamu. Nih," Kinal menunjukan bawaannya yang terbungkus plastik berwarna putih, "aku juga udah pamit kok ke suster jaga."

"Harusnya kamu gak perlu beli sarapan buatku. Kamu tuh pasien, dan kamu harus banyak istirahat," ujar Ve.

"Aku udah cukup istirahat semalam. Dengan tidur bersandar di bahumu, aku berasa nyaman dan terselimuti. Jadi sehat deh sekarang. Nah, kini giliranku yang menservice. Kamu pasti laper, kedengeran tuh cacing-cacing dalam perutmu sudah bersuara minta makan," Kinal membuka bungkusan plastik yang dibawanya. Dia membukakan makanan yang dia beli untuk Ve makan, "dimakan ya bubur ayamnya. Katanya sih enak, ini rekomenditnya suster jaga."

Kini bubur ayam milik dirinya sendiri yang Kinal buka. Kelihatannya Kinal sudah tak sabar melahap bubur ayam miliknya, "kok bengong? Mau aku suapin makannya?" tanya Kinal.

"Emang kamu boleh makan-makanan dari luar?"

"Sssttt...mumpung dokter dan susternya belum datang, jadi gak ada yang ngelarang."

Ve tertawa kecil melihat kelakuan Kinal. Sudah lama Ve tidak merasakan sedekat ini dengan Kinal. Entahlah dia malah bersyukur atau harus sedih karena Kinal hilang ingatan. Buat Ve sekarang Kinal harus sembuh, karena Ve pasti sedih jika melihat Kinal wajahnya penuh memar dan diseluruh tubuhnya juga.

"Mba Kinal, aku datang!" teriak Zara saat dia masuk ke kamar rawat Kinal sepagi ini.

"Berisik! Ini rumah sakit, bukan hutan yang bebas teriak-teriak semau kamu," kata Ve.

"Hehehe..." tawa Zara garing karena dirinya diomeli Ve. Zara yang baru datang langsung duduk disamping Kinal dan memeluknya.

"Auw. Sakit," ringis Kinal saat Zara memeluk tubuhnya yang penuh memar.

"Zar!"

"Oh iya, Zara lupa. Maaf ya mba," Zara melepas pelukannya dan menepuk bahu Kinal. Karena tepukan dari Zara, Kinal meringis kesakitan lagi. Kali ini Ve malah tertawa, karena ia tahu Zara sedang bercanda dan meledek Kinal.

"Kamu bolos?" tanya Kinal.

"Enggak. Tadi sampai sekolah tiba-tiba ada pengumuman rapat guru, jadi semua murid dipulangin."

Kinal beroh ria untuk jawaban Zara. Lalu dia menanyakan pada Zara siapa laki-laki yang datang bersamanya menggunakan isyarat mata dan bibir.

"Gak tahu! Nggak jelas tuh orang. Ngikutin aku terus kerjanya," kata Zara.

"Saya Bibil, mba. Temennya Zara, saya bukan orang yang gak jelas seperti yang dia bilang. Saya jelas kok, punya nama dan bentuk wajah yang tampan sekampung manggis," ujar Nabibi didepan Ve dan Kinal sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Ve dan Kinal tersenyum sambil membalas uluran tangan Nabibi buat bersalaman.

"Kamu pacarnya Zara?" tanya Ve.

"Bukan," jawab Zara.
"Iya mba," jawab Nabibi.

Keduanya menjawab serempak dan kencang, tapi berbeda. Kinal dan Ve saling melihat lalu tertawa.

"Mungkin sekarang Zara bilang bukan. Tapi sebentar lagi dia akan jawab iya. Mba-mbaku yang cantik ini akan jadi saksinya, kalau Zara bakal mengakui saya sebagai pacarnya," ujar Nabibi.

"Ish, pede banget! Benci gue sama lu," ucap Zara kesal.

Zara membenci Nabibi, dengan seenaknya dia mengaku-ngaku sebagai pacarnya didepan Ve dan Kinal.

"Hati-hati, Zar! Benci itu sebenarnya singkatan. Yang berarti benar-banar cinta," kata Nabibi.

Continue Reading

You'll Also Like

526K 46K 66
"Aku menutup lembar kisahku bersamamu, kita tak akan pernah menjadi kita lagi, aku yang kini menemukan bahagiaku, begitupun kamu. Senang rasanya bisa...
1.5M 76.7K 64
*Follow my profile* Zara Aleena Sabiya (24 tahun), seorang sekretaris di salah satu perusahaan AB corp, dijodohkan dengan Abyan Nandana (27 tahun) pe...
358K 42.4K 38
Ini kisah laki-laki dan perempuan. Terdengar biasa kan? Zara, gadis manja putri dari keluarga Sultan yang dinikahkan dengan pemuda pilihan sang ayah...
25.4M 2.5M 73
Bagaimana perasaan kalian jika dijodohkan dengan seseorang yang tidak masuk kedalam kriteria pasangan impian kalian? itulah yang Zara rasakan. Namany...