Bisa melampaui ujian sekolah tanpa kena 'semester pendek' adalah hal yang sangat-sangat menakjubkan. Benar atau tidak?
###
HARI demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berganti. Tepat di awal bulan ini, ujian akhir semester tiba. Memang, di Rodriguez tidak ada ujian tengah semester, sehingga langsung ujian dimana pergantian semester akan terlalui.
Selama beberapa bulan sebelumnya, banya hal yang sudah dilalui oleh siswanya. Dari mulai metode pembelajaran yang terbilang efektif sampai kegiatan di luar ruangan untuk merayakan hal-hal yang diselenggarakan oleh sekolah itu sendiri.
Contohnya seperti classmeet, program setiap bulan itu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman materi yang dimiliki setiap kelas.
Dan juga ada classmeet mengenai olah raga. Beberapa macam olahraga atlet dilombakan. Salah satunya adalah basket, voli dan sepak bola.
Untuk pemenangnya bukan diberikan hadiah yang sangat mahal, tapi hanya sekadar dibebaskan makan gratis di kantin selama satu hari saja itu pun sudah membuat mereka senang.
Ajang itu juga bisa mempererat tali persaudaraan antar kelas sehingga tidak akan terjadi apa yang namaya kesenjangan.
Lalu ada juga ajang fashion. Bukan, bukan untuk memperagakan busana modern tapi bahan daur ulang lah yang dikenakan oleh dua model setiap kelas. Kebetulan ketika kelas 10 I IPA 1 perwakilannya adalah Kayra dan Raka. Mereka terbilang menjadi pasangan yang serasi walaupun hanya sekadar pasangan fashion saja.
Pemenang dari fashion itu ditentukan dari seberapa menariknya busana yang dipakai oleh keduanya. Dan kelas 12 IPA 2 lah yang menjadi juara pertama. Lalu disusul oleh kelas 12 IPA 1 yang tidak lain adalah kelas si ketos Rodriguez.
Tidak ada yang kecewa sepertinya, karena kelas 10 dan 11 tidak menang tapi mereka malah terlihat senang. Karena busana yang dibuat oleh kakak kelas mereka memang terbilang yang paling bagus.
Kembali pada ujian pergantian semester. Hal yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa, dimana setelah ujian pasti akan liburan. Kebanggaan tersendiri bagi siswa Rodriguez, secara hampir tidak ada hari libur khususnya untuk anak aksel.
Hal buruk juga bagi anak aksel, bagaimana tidak mereka juga akan melaksanakan ujian di kelas regular dan ujian di kelas aksel. Seperti kelas sepuluh saat ini, satu minggu ini mereka akan melaksanakan UAS bersama dengan teman-temannya yang lain. Kemudian satu minggu selanjutnya mereka harus mengikuti ujian percepatan kelas atau yang sering disingkat UPK yang akan membawa mereka ke kelas selanjutnya yaitu kelas sebelas.
Seperti Kayra dan teman aksel yang lainnya. Mereka berusaha lebih keras dalam hal mengejar materi. Beberapa bulan sebelumnya di kelas aksel mereka mempelajari materi yang ada di semester satu secara cepat hingga semester dua. Mau tidak mau itu memang pilihan mereka dari awal.
Sedangkan untuk kelas 12 mereka juga melaksanakan dua ujian tersebut, yang membedakan hanyalah mereka bukan mempercepat kelas. Mereka sama dengan teman sekelasnya sampai hari UNAS datang. Seperti iulah kira-kira gambaran sistem pembelajaran di sekolah menengah tersebut.
***
Saat ini adalah hari terakhir UAS yang juga jatuh pada hari sabtu, hari dimana biasanya siswa Rodriguez diliburkan. Kecuali untuk seperti ini tetap masuk. Semua siswa sepertinya bisa bernapas lega, namun tidak dengan anak aksel terutama kelas 10. Senin depan sampai sabtu mereka masih ujian percepatan kelas.
Semua anak aksel sekarang sudah berkumpul di ruang aksel. Mereka semua sudah melaksanakan ujian hari terakhir kelas reguler. Sedangkan siswa lain sudah pulang semua, tapi ada juga yang masih berada di area sekolah.
Seperti biasa, Kayra duduk di sebelah Jovi sejak pembagian kelompok dulu. Kadang Jovi bisa bersikap ramah tapi kadang juga cuek. Seperti masa bodo dengan yang lain. Kayra mencoba memahami perilaku Jovi yang sering berubah-ubah itu setiap pertemuan kelas aksel. Bagaimanapun juga Jovi lah yang selama ini membantu jika dia mengalami kesulitan dalam pelajaran aksel.
Namun ada hal yang membuat Kayra kesal setiap saat, siapa lagi kalau biang gombal. Dion si ketos tidak tahu malu itu. Seperti itulah Kayra menyebutnya diam-diam.
Dion selalu melakukan hal yang bisa dibilang konyol jika di depannya. Kadang-kadang ia sampai kesal sendiri. Tapi lepas dari dia lah orang yang selalu memberi support ke Kayra beberapa kali. Baik itu akan menghadapi kejuaraan maupun ulangan harian. Berlebihan memang, tapi itulah yang Kayra suka dari sosok Dion yang terkenal tegas dan humor itu.
Saat ini Kayra duduk dengan tenang dengan kedua tangan yang ia lipat di atas meja. Beda dengannya, Jovi duduk dengan sebelah kaki yang ditumpukan di lututnya. Tangannya dilipat di depan dada. Terlihat sangar sedikit. Seperti Komdis dulu.
Tidak lama kemudian Pak Vicky datang. "Siang!" sapanya.
"Siang Pak!" jawab semua bersamaan.
"Bagaimana, UAS kalian?" tanyanya dengan senyuman mengembang. Badannya yang tegap berjalan pelan menyusuri cela setiap jajaran bangku.
"Ya, gitu Pak!" celetuk Dion dengan entengnya.
"Gitu apa? Sulit?" balasnya. Semua mengendikkan bahu dan tertawa tipis.
"Oke, saya akan sampaikan. Senin besok kalian akan melaksanakan ujian percepatan kelas, untuk yang kelas 10. Jadi persiapkan dengan baik. Semester depan kalian sudah berada di semester 4. Mengerti bukan apa yang saya bicarakan?" tanyanya dan semua siswa aksel kelas 1o mengangguk paham.
"Usahakan nilai kalian memuaskan!" ujarnya dengan suara tegas.
"Untuk kelas 12 tidak ada percepatan, emangnya siapa di sini yang mau ke kelas 13?" candanya dan semua terkekeh geli.
"Tapi, lakukan yang terbaik! Untuk Aldion dan Jovian. Congratulation!" ucapnya dan semua tersenyum ke arah dua laki-laki itu.
"Dan berita baiknya adalah... karena kalian sudah bekerja keras selama satu semester ini sampai-sampai hampir tidak ada waktu liburan, jadi selesai ujian nanti kita liburan! Liburannya beberapa hari setelah pembagian hasil dan mini pensi yang akan diadakan oleh sekolah," ujarnya dengan semangat, membuat semua bersorak gembira.
"Kemana Pak?" tanya Bryan.
"Nggak jauh-jauh sih, takutnya ada apa-apa nantinya yang merugikan sekolah dan kalian. Pokoknya tempat yang melegakan. Biar kalian bisa refreshing juga," tutupnya.
"Nggak apa Pak, yang penting liburan. Huh..." jawab Dion sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya seolah sangat kelelahan. Berlebihan memang Dion.
"Setuju semua kan?" tanyanya sekali lagi. Semua mengangguk setuju.
***
Hari yang dinanti-nanti anak aksel pun tiba. Setelah satu minggu menuntaskan ujian percepatan dan juga pembagian hasilnya. Dan beberapa hari yang lalu juga ada mini pensi menyambut pergantian kelas untuk anak aksel.
Tepat besok adalah hari dimana pergantian tahun juga datang. Bisa dibilang malam tahun baru nanti.
Saat ini semua anak aksel sudah siap untuk menaiki bus. Sebuah bus berukuran sedang sudah berhenti di depan gerbang sekolah yang sangat luas itu. Kayra berdiri dengan tas ransel yang lumayan besar. Ia mengenakan celana jeans abu-abu dan juga sweeter putihnya. Dengan rambut yang ia biarkan tergerai. Make up yang tidak terlalu berlebihan membuatnya tampak natural. Hanya sekadar pelembab dan lipgloss saja.
Senyuman mengembang sangat terlihat jelas di wajahnya saat ini. sepertinya saat-saat seperti inilah yang ia tugggu selama ini.
Tiba-tiba sebuah tangan merangkul bahu Kayra. Sontak saja ia langsung menoleh ke arah sang pemilik tangan tersebut. Benar saja, itu Dion. Ia tersenyum seolah tidak ada beban sama sekali.
Dion mengenakan jelana jeans dan jaket hitam lembutnya. Ransel lumayan besar sudah tersandang di punggungnya.
"Ayo masuk!" ucapnya dengan riang. Kayra hanya diam. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
"Em.. iya Kak."
Semua siswa aksel sudah memasuki bus itu. Beberapa guru termasuk Pak Vicky dan guru pengajar kelas aksel pun juga ikut.
"Silahkan memilih tempat duduk kalian sendiri dengan siapa!" ujar Pak Vicky yang tengah berdiri diantara deretan kursi paling depan.
"Kamu sama aku aja ya?" ajak Dion pada Kayra dengan lengan masih merangkul bahu gadis itu.
"Hah?" Kayra bingung. Dion tersenyum jahil. Semua anak aksel yang melihat kelakuan Dion hanya bisa diam dan mengabaikan. Seolah memang si ketos itu biangnya sensasi konyol.
"Lo sama gue aja!" tiba-tiba Jovi datang dan langsung merangkul bahu Dion sehingga rangkulannya pada Kayra terlepas.
Penampilan Jovi sangat sederhana namun masih tampak keren. Ia hanya mengenakan celana jeans hitamnya dan juga kaos biasa serta kemeja flannel abu-abu sebagai outer.
"Ih... lo ganggu gue aja Jo!" protes Dion tak terima.
Dasar memang Dion modus!
"Dek! Sama aku aja," panggil Audy yang sudah duduk di sebuah kursi dan sebelahnya kosong. Dengan cepat Kayra menuju Audy, meninggalkan Dion yang gagal mengajaknya.
"Makasih Kak," ujar Kayra dan Audy tersenyum kecil.
Kayra duduk di kursi dekat jalan, sedangkan Audy duduk di dekat jendela. Di seberang mereka ada Dion dan Jovi. Dion duduk di seberang Kayra.
"Hei!" Dion mulai jahil. Ia memanggil-manggil Kayra dengan menaik turunkan alisnya.
Kayra memalingkan wajahnya ke arah Audy. Dion mulai jahilnya.
Bus akan segera berangkat. Terlihat Raka duduk bersebelahan dengan anak yang bernama Axel di depan tempat duduk Dion dan Jovi.
"Kalian siap?!" Pak Vicky memberi komando ketika bus akan melaju.
"Siap!" ucap mereka serempak.
Keadaan di dalam bus masih ramai. Itu karena tiba-tiba kakak kelas 12 bernyanyi dengan membawa gitar. Semua tertawa geli melihat aksi senior itu.
"Kamu jadian sama Dion?" Kayra hampir tersedak snack yang tengah ia makan karena pertanyaan Audy di sebelahnya.
"Enggak," ucapnya pelan sambil menggeleng. Sengaja ia berucap agak berbisik karena di sampingnya ada orang yang sedang mereka bicarakan.
"Tapi kalian deket banget loh, setahuku dari dulu belum ada cewek yang berhasil buat Dion makin.... aneh." Audy nyengir. Ia juga mengecilkan suaranya. Ia baru sadar jika Dion di seberang mereka.
Memangnya kalau dekat berarti jadian gitu? Batinnya.
"Kak Dion emang sering jahil Kak," ucapya sembari melamjutkan aksi ngemilnya.ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu beruntung banget kalo emang jadian sama Dion." Audy nyengir.
Kayra hampir tidak percaya. Selama ini ia memanggil Dion dengan sebutan yang sedikit aneh itu memang Dion yang berucap dulu.
Kayra mengendikkan bahunya. "Terus, Raka kalo sama Kakak gimana?" entah dorongan dari mana Kayra bisa melontarkan pertanyaan itu. Audy menatapnya tak percaya.
"Oh... dia?" ujarnya sambil menunjuk Raka yang duduk di depan tempat Dion dengan dagunya.
Kayra diam. Ia menyesali kenapa ia bisa berucap seperti tadi.
Audy tersenyum sinis. "Dia baik selama duduk sebangku denganku setiap kelas aksel. Dan... aku tidak menganggapnya lebih dari adik kelas. Aku sudah punya..." Audy tersenyum tipis. Kayra semakin diam membeku.
Kalo aja Raka tahu ucapan Kak Audy barusan pasti hatinya sakit, kasihan dia. Batinnya, sambil melirik ke arah Raka yang terlihat sedang bermain game di ponselnya.
Suasana selama perjalanan tidak hening, beberapa kakak kelas 12 membuat guyonan sehingga tidak garing. Namun ada juga yang hanya diam sambil menghempaskan tubuhnya di kursi yang memang bisa didatarkan. Dari dalam bus sangat terlihat sekali fasilitasnya yang lengkap sehingga tidak membuat mereka bosan.
Dua jam kemudian bus tersebut berhenti di sebuah resort yang sangat mewah. Pemandangan hijau membentang di sekitarnya. Mereka turun dari bus dengan riangnya.
"Akhirnya sampai juga," ucap salah satu anak kelas 12. Semua terlihat merenggangkan otot-ototnya yang kaku mungkin. Bagaimana tidak, sedari tadi hanya duduk. Beberapa tidur selama perjalanan.
"Perhatian semua! Mungkin liburan ini tidak terlalu mewah, tapi saya harap kalian menikmatinya. Lepas semua keluh kesah kalian kali ini!" seru Bu Mecca setelah menuruni bus.
"Siap Bu, kita mah nerima aja, iya kan?" celetuk Dion sembari menoleh ke satu persatu kawannya.
"Baiklah, kalau begitu kalian bisa masuk dan memasuki kamar yang sudah saya bagi kartu kecil tadi. Ingat bukan, apa kata saya tadi?" tanyanya lagi.
Semua mengangguk paham. "Untuk yang kelas 12, saya mohon perhatikan juniornya."
"Pasti dong Bu! Iya kan dedek kecil?" Dion melihat ke arah Kayra sambil tersenyum nista.
Semua terkekeh geli melihat kekonyolan Dion. Sungguh tidak tahu malu!
Kayra hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Jovi yang melihat hal itu hanya bisa menghela napas dalam-dalam.
Semua siswa mulai memasuki resort itu. Kayra berjalan dengan Audy karena memang ia sudah dibagi kamar bersama Audy. Setiap kamar berisi dua orang.
Mereka berjalan melewati lorong depan tempat tersebut.
Resort itu sangat luas. Ada sebuah danau yang cukup luas juga di tengahnya. Sedangkan di sekeliling danau itu ada penginapan dimana nanti semua siswa aksel akan bermalam disana.
"Hah... akhirnya bisa istirahat juga." Audy menghempaskan badannya di ranjang sedangkan Kayra masih berdiri di samping jendela. Ia mengamati danau di luar tempat itu. Pemandangan hijau membentang luas di sekitar danau itu. Ada juga sampan di pinggir danau itu, mungkin itu bisa dipakai oleh pengunjung untuk mengelilingi danau itu.
"Taruh ranselmu di situ aja Dek," ucap Audy. Dan Kayra meletakkan ranselnya di meja kamar itu. Kamar itu lumayan luas.
Kayra mengamati Audy. Sangat beda ternyata sikapnya ketika menjadi komdis dan seperti biasa. Ia juga mulai akrab dengan beberapa anak aksel kelas 12. Mereka semua ramah.
"Dek, ayo keluar dulu. Yang lain jalan-jalan juga kayaknya ini." Audy menunjukkan ponselnya yang mendapat chat dari salah satu temannya. Mereka pun keluar bersama.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Semua anak aksel terlihat sedang berjalan-jalan ke kebun teh yang juga dekat dengan tempat itu. Dan ada juga yang sibuk berfoto ria maupun bermain wahana outbond seperti flying fox dan paralayang.
Kayra berjalan perlahan di sana, udara sejuk menusuk indera penciumannya. Beberapa saat yang lalu Audy dipanggil oleh salah satu temannya sehingga menyisahkan Kayra yang tengah berjalan sendirian. Kasihan sekali Kayra yang malang, harus berjalan sendirian.
Ia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Raka. Tapi tidak terlihat. Hingga ia sampai di sebuah tempat. Dan dilihatnya ada sebuah kolam renang yang sangat dekat dengan tempatnya berdiri saat ini.
Ia berjalan pelan ke arah sana. Berharap ada teman yang bisa ia ajak berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan di tempat wisata itu.
Sesampainnya di pinggiran kolam ia kontan saja menutup matanya dengan kedua telapak tangan. Di kolam renang itu ada Dion dan kawan-kawannya yang tengah menceburkan diri di sana. Dan ia tidak sengaja melihat Jovi telanjang dada begitupun dengan yang lainnya.
Pemandanan yang menurutnya menggelikan.
Mungkin semua cowok di sana kegerahan sehingga langsung masuk ke kolam renang di sana.
Di sekitar kolam itu ada beberapa pengunjung lain dan tidak ada sama sekali anak aksel perempuan. Kayra bergegas berbalik arah tapi naasnya ia malah terpeleset karena licinnya lantai pinggiran kolam.
Sontak saja ia berteriak. "Aw!"
Semua cowok yang berada di kolam tadi menoleh ke arah Kayra. Kayra masih merintih kesakitan.
Jovi yang melihat itu pun segera naik ke permukaan.
"Kamu bisa bangun?" Kayra langsung menoleh ke atas dan mendapati Jovi mengulurkan tangan untuk membantunya.
(Itu cuma gambar aja hihi)
Kayra tidak menjawab. Ia mencoba bangkit tapi pergelangan kakinya sepertinya keseleo.
"Sakit Kak," rengeknya karena memang kakinya sakit dan yang pasti pantatnya juga, karena langsung menyentuh lantai dengan keras.
Jovi tidak tega melihat itu ia segera menggendong Kayra ala bridal style. Ia tidak menyadari dirinya yang hanya memakai celana boxer. Kayra yang terkejut tidak bisa berbuat apa-apa saat berada di gendongan Jovi.
Adegan itu dilihat langsung oleh semua cowok yang berdiri di belakangnya. Terutama Dion. Raut wajah Dion sulit ditebak saat ini ketika melihat Jovi menggendong Kayra dan meletakkan gadis itu di bangku dekat tempat tadi.
***
----Nadya----