Reversed Time

By ruthellia

79.5K 5.9K 126

Ketika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimew... More

Reversed Time
Prologue
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Epilog
Great News!!

Dua Puluh Satu

1.9K 156 3
By ruthellia

The Tale of Two Frēond

Adalah seorang pemuda, tampan dan kekar, memiliki seorang sahabat yang selalu setia menemaninya kemana pun pemuda itu pergi. Mereka sudah seperti saudara, saling menjaga dan melindungi di kala susah dan suka.

Suatu hari, kedua orang itu menemukan harta karun di dalam sebuah peti di tengah hutan tempat biasa mereka bersembunyi dari kehidupan mereka. Mereka menyayangkan jumlah harta yang amat bernilai akan dihabiskan begitu saja di usia mereka yang masih muda. Maka mereka berunding dan sepakat bahwa harta itu akan diberikan kepada keturunan mereka yang akan dipersatukan melalui ikatan pernikahan apabila mereka mempunyai anak laki-laki dan perempuan.

Tahun berlalu dan masing-masing telah tumbuh menjadi pria yang memiliki keluarga besar. Si pemuda yang satu mendapatkan putri yang amat cantik parasnya, berambut pirang yang berkilau dan mata yang cerah bersinar. Di keluarga yang lain, keluarga pemuda kedua mendapat juga anugerah seorang putra yang tampan, gagah dan sopan perilakunya. Mereka tidak melupakan perjanjian mereka dan segera saja, kedua anak itu dijodohkan. Kebetulan, anak-anak mereka itu juga saling mencintai sehingga pernikahan dengan mudah dilaksanakan.

Sayangnya, dari kedua belah pihak, tidak tahu kalau putra keluarga kedua mengidap penyakit yang mematikan.

Di hari pernikahan, sang putri harus menemukan calon suaminya yang dicintainya, tak bernyawa akibat penyakit yang di deritanya. Keluarga si mempelai pria amat berduka saat kehilangan putra mereka yang tercinta. Tak lama setelahnya, keluarga pemuda pertama juga dirundung duka atas ditemukannya putri mereka yang hancur hatinya, tergantung di langit-langit kamarnya.

Pemuda pertama menyalahkan sahabatnya atas kematian putrinya. Ia merasa ditipu dengan kematian mendadak mempelai pria dan memutuskan hubungannya dengan sahabatnya. Dengat berat hati keduanya tidak lagi saling berhubungan satu sama lain. Namun, masalah harta itu masih membayangi kedua belah pihak.

Mereka bertemu lagi dan membahas mengenai harta itu. Setelah melalui pembicaraan panjang, diputuskanlah siapa pun di antara mereka yang hidup lebih lama, bisa memakai harta itu untuk dirinya sendiri. Pemuda pertama pun segera berangkat, mencoba mencari sesuatu yang bisa membuatnya hidup lebih lama walaupun cuma sehari. Sedangkan pemuda kedua, tidak tahu dengan niat sahabatnya, menerima perjanjian itu apa adanya, membiarkan waktu yang bicara.

Hari berganti hari, pemuda kedua makin bertambah usia dan sakit-sakitan. Sebelumnya, ia sudah dikarunai keturunan menggantikan putra pertamanya yang meninggal. Ketika ia hampir di ujung batas nyawanya, ia siap menyerahkan harta itu kepada sahabatnya dan mengetahui niat jahat sahabatnya itu. Pemuda pertama menemukan ramuan yang sulit membuatnya mati, sehingga ia mampu hidup jauh lebih lama dari sahabatnya. Sahabatnya meninggal diiringi dengan perasaan kecewa.

Sahabatnya, si pemuda merasa kehilangan yang amat sangat dan menyesali tindakannya yang dibutakan oleh napsu dan keserakahan. Ia pun mengucapkan nubuat kepada keluarga sehabatnya agar mereka mendapat kekuatan untuk menghindari dan mencelakakan keluarganya sendiri. Supaya di masa yang akan datang, keturunannya dan keturunan sahabatnya tidak bisa bersama-sama bagaimanapun juga, demi membayar kesalahannya pada sahabatnya.

***

'"Well, menurutku cerita ini agak 'gelap' untuk menjadi dongeng sebelum tidur. Bagaimana menurutmu?" Komentar Neal saat kami selesai membaca buku tua itu. Aku menggeleng

"Entahlah. Dari ceritanya, memang mirip dengan asal usul yang ku ketahui.. Tapi apakah cerita ini benar? Kalau benar, berarti ada keluarga dari pemuda kedua. Siapa mereka? Apakah mereka masih ada? Apakah mereka berada di dekat kami atau berada di belahan dunia yang lain? Terlalu banyak yang ingin kutanyakan"

"Tanyakan saja pada ibumu. Mungkin ia tahu sesuatu"

"Aku tidak tahu Neal, ia tidak pernah menyebut-nyebut tentang keluarga kedua. Ia bahkan tidak pernah menceritakan ini padaku."

Aku mengacu pada buku yang kupegang. Kami terdiam sambil mencoba berpikir, aku memikirkan semua titik-titik yang ada, namun lagi-lagi aku hanya memikirkan tentang Val.

Ia harus kuberitahu tentang hal ini. Aku bangkit berdiri, mengejutkan Neal yang berada di sebelahku.

"Mau kemana Rere?"

"Aku harus menemui Val. Aku harus memberitahunya tentang penemuan ini." Lalu aku segera beranjak meninggalkan Neal.

"Tunggu. Rere..sekarang kan masih..." Aku sudah tidak mendengar kata-kata Neal. Aku hanya memusatkan perhatianku pada satu hal.

***

Aku mengintip-ngintip jendela rumah Val. Aku merasa bodoh sekali. Tentu saja Neal akan mengingatkanku kalau sekarang ini masih jam sekolah. Val belum pulang dan belum ada orang di rumah. Aku sudah mondar-mandir entah berapa lama dan memutuskan untuk mengintip lagi. Ada kemungkinan Val tidak sekolah, walaupun kemungkinan itu nyaris mustahil.

"Sedang mencari siapa?" Sebuah suara mengejutkanku. Aku menoleh dan mendapati seorang wanita muda sedang menatapku dengan heran.

Wanita itu memang terlihat dewasa namun masih juga terlihat muda. Mungkin berusia sekitar dua puluhan. Matanya hijau dan cerah, rambutnya hitam dipotong pendek rapi. Aku tahu model rambut itu. Kalau tidak salah model itu disebut model pixie. Aku tersenyum kikuk dan salah tingkah. Ia pasti mengira aku semacam penguntit atau sebagainya. Siapapun dia.

"Aku..ehm mencari seorang cowok yang tinggal disini, Vaclav Sewell. Aku temannya" aku mencoba bersikap tenang dan tidak mencurigakan.

"Ada perlu apa? Saya kakaknya, Valerie Sewell"

Aku tertegun. Kakak? Astaga, aku lebih gugup lagi sekarang. Satu-satunya kemiripan antara kakaknya dan Val hanyalah rambutnya yang hitam legam.

"Val belum pulang sekolah, dan kalau kamu temannya bukankah sekarang kamu juga masih di sekolah?" Kakak Val masih berdiri berhadapan denganku. Wajahnya tampak tenang dan berwibawa

"Ah..itu..ceritanya sedikit rumit. Aku hanya perlu bicara dengannya. Langsung" aku tersenyum " maaf, aku tidak sopan, perkenalkan namaku Raellene Sullivan" aku mengulurkan tanganku dan ia menyambutnya dengan hangat.

"Baiklah kalau begitu Ms. Sullivan. Mari masuk dulu" ia membimbingku ke pintu depan dan membukanya. Ia mempersilahkanku masuk menuju ruang tamu.

"Kau mau minum sesuatu?"

"Oh tidak terima kasih Ms. Sewell" aku menolak dengan halus. Yang kuinginkan hanyalah bertemu Val.

"Kau bisa memanggilku Valerie saja. Dan bisakah aku memanggilmu Raellene? Aku ingin mengganti pakaianku, kau tidak keberatan menunggu?"

Aku menggeleng dengan cepat "oh tidak sama sekali" lalu ia pun menuju lantai atas. Aku mondar-mandir di ruang tamu yang kecil itu. Mataku menelusuri setiap pajangan yang ada. Karena hanya tinggal berdua, tampaknya Val dan kakaknya tidak mengoleksi apa-apa. Lalu tatapanku terpaku pada foto keluarga Val. Aku baru menyadari, kakaknya ternyata amat mirip dengan ibu Val. Mata mereka sama-sama hijau dan memiliki senyum yang tegang. Val dan adiknya, serta ayahnya memiliki mata kelabu yang senada.

"Foto itu sudah lama sekali" suara Valerie mengejutkanku lagi. Aku berbalik dan melihatnya sudah duduk di sofa.

"Anda mirip sekali dengan ibunya Val. Sama -sama cantik" aku memujinya, ia mengangguk.

"Banyak yang bilang begitu. Namanya juga cantik. Amanda Sewell. Bagaimana dengan ibumu Raellene? Siapa namanya?"

"Magdalene Sullivan, kurasa" aku menjawab. Ia tampak terkejut namun cuma sebentar. Keheningan menyelemuti kami sehingga aku mengangkat topik lagi

"Adik anda, Vinny maksudku, ia sungguh lucu di foto"

Valerie hanya menanggapi dengan anggukan. Aku menyesal sudah berbicata tentang itu

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud..."

"Jadi, kau dan Val cukup dekat?" Ia tersenyum lagi, memotong pembicaraanku. Senyumnya membuatku tertekan.

"Yah, kami cuma berteman" jawabku lagi. Aku ragu untuk mengaku kalau pernah berkencan dengannya.

"Benarkah? Tampaknya kau lebih dari sekedar teman untuk Val" ia menatapku lagi. Senyumnya hilang

"Tidak usah bohong Raellene, kau cukup payah dalam soal itu. Pertama, bagaimana kau tahu dimana Val tinggal? Val tidak pernah mengajak siapa pun kesini, tidak juga teman laki-lakinya. Kedua, kau tidak bertanya tentang orang tua kami yang tidak ada di rumah, kau sudah tahu mereka bercerai dan Val tinggal berdua denganku. Ketiga, kau tahu tentang Vinny. Val tidak membicarakan soal Vinny pada siapapun" ia memberondongku dengan pernyataannya yang membuatku tidak bisa berkutik.

"Kami pernah dekat, Valerie.. Tapi jangan khawatir, sekarang kami sudah.." Aku bahkan tidak tahu harus melabeli hubungan kami dengan apa.

"Raellene" panggil Valerie. Aku menoleh

"Bisakah kau pergi sekarang?"

***

Aku masih belum memahami perkataannya. Pergi? Apakah aku menganggunya?

"Maaf, aku tidak tahu kalau anda sedang sibuk dan.."

" bukan Raellene, maksudku pergi ya pergi. Jangan pernah datang lagi dan jangan menemui Val lagi"

Aku tidak tahu Val mempunyai kakak perempuan yang posesif

"Apa aku melakukan kesalahan?" Tanyaku, setelah Val mengusirku, sekarang kakaknya.

"Apa kau ingin tahu alasannya?" Ia menantangku dan aku menerimanya.

"Aku tahu siapa dirimu Raellene. Aku tahu rahasiamu"

Aku menelan ludah. Rahasia? Rahasia apa? Tentang Underhand? Val memang bisa mengalami pemunduran, tapi apakah itu bereaksi pada kakaknya juga?

"Maksudmu?" Tanyaku ragu-ragu.

"Apa kau tahu sebuah cerita, kisah tentang dua orang teman?" Kebetulan sekali aku habis membacanya, aku mengangguk

"Bagus, membuatku lebih mudah menjelaskan. Begini Raellene, kamu berasal dari keluarga pertama dan aku, Val, orangtua kami, kakek nenek kami, berasal dari keluarga kedua"

Aku masih belum paham

"Seperti kalian yang punya nama dan keahlian, kami juga punya. Kami menyebut diri kami Jinx. Dan keahlian kami, sesuai nama kami"

Aku tahu arti Jinx. Itu kata lain dari nasib sial atau nasib buruk. Orang macam apa menyebut diri mereka sendiri sial?

"Kalian bisa dibilang berlaku tidak adil terhadap kami. Kalian tidak hanya mencurangi kematian, tapi juga kami. Karena itu, kami diberi keadilan oleh moyangmu" Valerie masih menjelaskan. Ia mendekatiku perlahan-lahan. "Keahlian kami, membuat kalian mengalami nasib buruk sehingga kalian mendekati ajal, berkali-kali. Makin lama kami mendekati kalian, bersama kalian, makin tinggi peluang kalian untuk mati sungguhan"

Aku tercengang. Apa? Makin sering seorang Underhand mendekati Jinx atau sebaliknya, makin banyak kematian yang dialami Underhand itu. Makin banyak kematian adalah kabar buruk bagi Underhand. Benar kata Valerie, makin sering kami mati, makin cepat kami akan benar-benar mati. Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku.

"Seorang Jinx hanya bisa mempengaruhi seorang Underhand yang berada di garis yang sama dengannya. Garismu adalah bersama Val. Ia dapat menyakitimu Raellene. Adalah yang terbaik apabila kau menjauh darinya"

"Kenapa? Bukankah kalian ingin kami mati?"

"Perang dingin itu sudah lama kami hentikan. Perang itu milik leluhur kita, bukan milik kita." Ia mendesah "dari awal, pemuda kedua meninggal lebih dulu dari pemuda pertama karena ia curang. Kaum kami juga terkena kutukan mati lebih dulu daripada kaum kalian. Selama ini kami masih selalu kalah. Akhirnya kami hanya menganggapnya sebagai takdir saja. Bukan sebuah kutukan"

"Lalu kenapa kau memintaku menjauhi Val? Darimana kau mengetahui semua hal ini? Darimana kau tahu tentangku? Kenapa aku harus percaya padamu?" Suaraku mulai serak, lagi-lagi emosiku akan meledak.

"Kami tahu lebih banyak dari kalian, karena kami selalu mengawasi kalian. Aku selalu waspada dan mengetahui apabila ada Underhand didekatku, sebut saja bakat alami kami. Yang kutahu hanyalah Val akan menyakitimu dan ia tidak menginginkan hal itu. Ia tidak akan memaafkan dirinya bila itu terjadi. Kau gadis dewasa, Raellene. Kuharap kau akan mengerti itu" pandangannya melembut

"Aku juga tahu perasaan Val padamu" sambungnya

"Tidak adakah yang bisa kulakukan? Menghilangkan kutukan itu?"

"Kubilang tadi, kutukan itu adalah kami lebih dulu meninggal daripada kalian. Jadi, membatalkannya berarti memecahkan kutukan itu. Kau harus lebih dulu menemui ajal sebelum Val. Ini pertarungan kalian, antara kau atau Val yang akan mati..yah..lebih dulu"

Aku mau menangis. Aku memang ingin tahu kenyataanya, tapi bukan begini caranya. Aku harus melihat Val meninggal terlebih dulu adalah pemandangan mengerikan bagiku. Aku sudah melihat kematian Chelsea dan melihat Neal hampir mati. Kematian Val adalah sebuah hal yang harus kuhindari.

"Ingatlah kata-kataku Raellene. Menjauhlah dari Val, ia sudah melakukannya untukmu. Kuharap kau tidak menyiksanya dengan terus kembali padanya" lanjut Valerie. Aku tidak menjawab dan segera berpamitan seadanya.

Aku menoleh ke arah foto keluarga itu dan melihat mata mereka yang hijau-kelabu menatapku dengan senyuman mereka yang penuh kebencian terhadapku. Di pintu depan, Val baru saja pulang dari sekolah. Ia terkejut melihatku dan pengendalian diriku lepas.

"Rae? Sedang apa kau disini? Apa yang kalian bicarakan?" Ia melihat ke arahku dan Valerie bergantian. Aku tidak menjawab dan hendak beranjak pergi, ketika ia memegang tanganku. Aku memberontak melepaskan diri dan segera berlari. Ia memanggilku namun aku tidak ingin berhenti. Aku tidak ingin ia melihat wajahku sekarang.

Aku terus berlari.

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 223K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus...
1.4M 78.9K 50
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž seorang Ceo perempuan yg masuk kedalam novel kerajaan. Semua unsur yg ada di cerita ini hanya karangan penulis, tidak berhubungan...
13.9M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...