Hanna POV
Menyebalkan!!
"Rion, turunkan aku," ucapku kesal dan sedikit keras memukul bahunya.
"Gak mau," balasnya dengan cengiran.
"RION!!"
"Hahaha, ayolah Hanna sekali - kali gue gendong loh," ucap Rion tetap kukuh ingin menggendongku.
"Aku capak digendong, turunin Rion, please!" pintaku dengan suara pelan.
"Hahaha, bentar aja Na,"
"RION!"
"Iya, iya aku turunin," ucap Rion menurunkan aku dari gendongannya.
"Nyebelin banget si Rion," ucapku kesal setelah kakiku menginjak tanah.
"Yaelah, gue yang capek kenapa lo yang marah," balas Rion dengan cengiran.
"Tau ah, gelap,"
"Menjauh," ucapku ketus.
"Ciee, marah ni ye," balas Rion dengan mencolek daguku.
Baru aku ingin membuka mulutku, namun hp milikku lebih cepat berbunyi, ku ronggoh hp ku dan melihat nama Nicholas tertera dilayar hp.
"Halo?" ucapku cepat setelah menggeser warna hijau di layar hp.
"Kangen deh sama kamu, kamu gak kangen sama aku? Sesibuk itu ya Na sampai gak bisa ngangkat telpon aku?" ucapnya disebrang sana dengan suara lirih.
Aku masih diam, melirik Rion sejenak, entah tatapan apa yang kini ia perlihatkan untukku, dan aku hanya mampu membalas dengan senyuman tipis.
"Hm, aku juga kangen kok sama kamu, cuma aku memang lagi sibuk, sorry ya," ucapku pelan.
"Ya uda gak apa - apa, oh iya Na, masalah yang waktu itu,," ucapnya terhenti. "Masalah yang mana?" sambungku cepat.
"Yang kamu mau punya pacar lagi," ucapnya pelan.
"Iya, kenapa?" tanyaku malas.
"Aku gak mengizinkan kamu punya pacar lagi selain aku, kumohon, tunggulah aku setahun lagi, setelah itu kita bisa bersama - sama lagi Na," ucapnya tegas, Rahangku menggetat, rasanya kepalaku ingin meledak saat ini juga mendengar penuturannya yang mampu membuat telingaku berdengung sakit.
"Bukannya kamu yang ngasih saran itu?" tanyaku kesal dengan melirik Rion sekilas namun tatapan Rion masih seperti tadi tidak ada yang berubah.
Cup
Entah gerakan dari mana, aku dengan beraninya mencium pipi kiri Rion, dapat kulihat Rion terpaku ditempatnya dan menatapku tidak percaya.
Hal yang paling menggemaskan adalah melihat mimik wajah keterkejutannya, bahkan tangan kanannya bergerak mengelus pipi kirinya, aku yang melihat tingkahnya hanya tersenyum.
"Iya, aku tau Na, tapi aku mau menarik kembali ucapanku itu Na, aku gak sanggup kamu punya pacar selain aku," sautnya disebrang sana.
"Itu resiko kamu Nicho, kamu itu laki - laki tapi kok gak konsisten, jadi malas pacaran sama kamu," ucapku ketus membalas penuturannya itu.
"HANNA!"
"Kenapa? Marah? Kesel? Gak suka? Sama aku juga," balasku dengan amarah yang membucah.
Namun tiba - tiba aku merasakan benda lembab menempel dipipi kananku, kugerakkan bola mataku dan alhasil mataku dan mata Rion bertatapan cukup lama, nafasku seakan berhenti detik ini juga, seandainya Rion tidak menarik bibirnya mungkin aku akan pingsan akan tatapannya yang begitu membuaikan.
"Rion, kamu ya!" ceplosku tanpa sadar.
"Halo, Hanna, Rion siapa? Kamu lagi sama siapa? Laki - laki ya!" ucap Nicho disebrang sana, seakan tersadar dengan cepat aku menutup telpon sepihak.
Kutatap Rion dengan tatapan yang mematikan, "sorry," ucapnya pelan.
"Rion, kamu buat aku kaget, Nicholas jadi marah ni," ucapku kesal sambil memukul dadanya pelan.
"Stop, stop Na," pintanya sambil menggengam tanganku.
Deg
Sentuhan seperti ini saja mampu membuat jantungku berdetak lebih cepat, apalagi melihat tawa lepasnya membuat mataku tidak bisa berhenti melihat wajahnya yang semakin tampan dua kali lipat.
Dengan gerakan cepat kutarik tanganku dan diiringi dengan hpku berbunyi.
Cukup lama aku menatap hpku dan melirik Rion sekilas "diam ya," bisikku dengan sangat pelan dan ditanggapi dengan anggukan olehnya.
Lagi - lagi aku tersenyum melihat wajah polosnya kini yang seakan menurut dengan ibunya yang memerintah.
"Halo," ucapku pelan sambil memegang dadaku yang masih berdetak cepat, entah gara - gara Rion atau takut menerima kemarahan Nicholas.
"Kok kamu matiin, kamu ini kenapa? Kamu lagi sama laki - laki? Kamu selingkuh dibelakang aku!!" ucapnya dengan sangat ketus diseberang sana. Bukannya menagis, aku malah tertawa ternahak - bahak.
"Kamu gak salah ngomong Rion," balasku kesal.
"Rion!!" ucapnya marah disebrang sana membenari ucapanku, dengan secepat kilat aku memukul pelan bibirku yang dengan lancang nya menyebut nama Rion dengan mudah.
Kembali kulirik Rion, dan ternyata kini ia tengah memegang perut dan tertawa tanpa mengeluarkan suara. Menyebalkan!!
"Sory Nic, aku salah sebut," ucapku lirih, bagiamanapun aku masih memikirkan perasaan Nicho yang notabene nya masih kekasihku.
"Salah sebut! Siapa Rion itu?" tanyanya datar dengan amarah yang aku tahu sedang ia tahan, karena terdengar jelas dari cara dia berbicara.
Lagi - lagi aku terdiam dan kembali melirik Rion dengan tatapan tak terbacakan.
"Calon pacar ku," jawabku malas dengan bola mataku masih menatapnya, dan seketika itu juga aku melihat Rion tersenyum manis sangat -MANIS- membuat aku yang melihatnya saja bisa meleleh.
"Ha! Jadi kamu berniat berselingkuh dibelakang ku Na!" ucapnya marah.
"Hallo Nicho! Dengarkan aku dan jangan memotong sebelum aku selesai berbicara. Kalau aku selingkuh dari kamu berarti seorang aku sudah punya pacar kan? Tapi sayangnya aku gak punya, terus kalau kamu tanya aku berniat selingkuh jawabanya iya," aku sengaja menghentikan ucapanku setelah mendengar Nicho menggeram kesal disebrang sana. "Aku juga bosan punya pacar yang kayak kamu, jujur Nicho, kamu itu mau nya aku terus yang ngertiin kamu tapi aku gak pernah kamu ngertiin sama sekali! Egois, kurasa kata - kata itu yang paling cocok untuk mu, dan satu lagi ya Nicholas kamu yang nyaranin aku punya pacar lagi." dan ketika kata - kataku itu berakhir, berakhir pula lah sambungan ku dengan Nicho.
Jujur, rasanya hatiku begitu perih! Sangat sakit. Tidak terasa sebulir kristal bening meluncur bebas dari kelopak mataku.
Entah sejak kapan kini aku sudah berada didalam dekapan Rion yang terasa sangat nyaman, bahkan aku semakin dalam membenamkan kepalaku didada bidang miliknya.
Bersambung...
Maaf lama update, selasai baca Vote atau Comennya, oke 😉
Terimakasih kasih sudah membaca 😊
Sampai jumpa lagi.