BITTERSWEET [COMPLETED]

By mephistolark

104K 10.9K 3K

[CHANHUN] Haruskah dua laki-laki normal, Park Chanyeol dan Oh Sehun menikah karena keterpaksaan yang datang d... More

00
01
02
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 (END)

03

4.8K 569 117
By mephistolark

.

.

BITTERSWEET

.

.

"YES! I WIN!" Teriak seorang pria dengan semangat yang berkoar-koar sambil mengangkat sebuah stick console di tangannya.

"Aaarrrghh! Kau curang, Kim!"

"Apanya yang curang, hyung? Aku menang." Ucapnya penuh dengan wajah kemenangan. Pria itu kemudian menghampiri pria lain di sampingnya yang sudah melemparkan salah satu stick console-nya ke sembarang arah.

"Aku tidak mau cerita." Kata pria tersebut dengan wajah tekuk. Sepertinya dia sedang badmood karena sudah dua kali kalah. Entah kesialan apa yang sudah beruntun terjadi selama dua hari ini padanya.

"Kenapa begitu? Kau sudah janji akan bercerita padaku, hyung. Sekarang kau harus ceritakan padaku." Sela pria bermarga Kim itu penasaran. Sepertinya pria yang ada di depannya, yang memiliki nama asli Park Chanyeol ini berhutang cerita padanya.

"Nanti saja, aku sedang malas." Chanyeol membanting badannya di ranjang miliknya sambil terus menatap langit kamar miliknya.

Ya, hari ini sahabat kentalnya yang bernama Kim Jongin datang mengunjungi rumahnya. Niatnya hanya ingin bermain FIFA, tapi karena Chanyeol sudah kalah dua kali darinya, maka Chanyeol harus menceritakan apa yang sudah membuatnya gusar seharian ini.

Chanyeol dan Jongin berbeda usia satu tahun dua bulan. Mereka dulu satu sekolah ketika masih di bangku dasar hingga menengah. Tapi kemudian Chanyeol pindah ke Hongkong bersama orang tuanya karena urusan bisnis keluarga dan dia akhirnya melanjutkan sekolah menengah akhir disana selama tiga tahun. Tapi, meskipun hubungan Chanyeol dan Jongin itu adalah senior-junior di sekolah, tapi sebenarnya mereka juga tetangga rumah. Yah, beda satu blok saja.

Sekarang Jongin masih terus memaksa 'Hyung'-nya ini untuk menceritakan masalah apa yang sebenarnya terjadi. Chanyeol biasanya tidak akan malu menceritakan masalah atau bahkan aib yang paling memalukan miliknya pada Jongin. Karena memang Chanyeol dan Jongin adalah dua sahabat yang seperti tidak punya malu.

Sebenarnya ada lagi sahabat mereka yang lain, yang akan mengunjungi Chanyeol, katanya urusan kerjaan. Masih ingat dengan rekaman debut sahabatnya? Ya, Chanyeol lah mengaransemen semuanya. Mulai dari lirik hingga meng-compose musiknya.

"Kalau begitu aku pulang saja." Jongin baru akan beranjak keluar dari kamar Chanyeol, tapi tiba-tiba dia mendapat sebuah serangan bantal di kepalanya yang membuatnya meringis kesal.

"Baiklah aku akan menceritakan sesuatu padamu. Duduklah, Nini." Ujar Chanyeol yang kini sudah merubah posisinya menjadi duduk.

Jongin mengelus kepalanya pelan dan ikut duduk di salah satu kursi. Nini adalah panggilan yang dibuat oleh Chanyeol untuk Jongin. Sebenarnya dia lebih senang memanggil sahabatnya ini kkamjong, dan Jongin tidak akan segan-segan memanggilnya Yoda. Duh, dasar aneh-aneh saja.

"Aku akan menikah." Ucap Chanyeol tiba-tiba yang membuat Jongin terkesiap dan hampir jatuh dari kursinya.

"Mwo? Apa kau serius, hyung?" Tanya Jongin tidak percaya. Mungkin Chanyeol sedang mengigau pagi ini. Tapi kan, Chanyeol tidak sedang tidur.

"Dua minggu lagi." Bukannya menjawab pertanyaan Jongin, Chanyeol justru membuat sahabatnya itu semakin pucat dan sedikit pusing.

"Tunggu. Kau akan menikah dalam dua minggu. DAN KAU BARU MEMBERITAHUKU?" Teriak Jongin kesal. Ingin rasanya dia membalas lemparan bantal dengan kekuatan Son Goku tepat ke kepala Chanyeol.

"Tunggu dulu. Jangan langsung menyemburku." Ujar Chanyeol kesal karena Jongin langsung menyemburnya marah. Dia juga mendadak dapat berita seperti itu, dan dia jauh lebih syok daripada Jongin. Dia yakin mungkin setelah ini Jongin akan mendadak terkena serangan jantung jika mendengar cerita selanjutnya.

"Jelaskan padaku." Jongin melipat kedua tangannya di depan dada dan menagih cerita Chanyeol selanjutnya.

Chanyeol hanya menelan salivanya dalam-dalam. Entah dia harus memulainya dari mana. Dia memikirkan dua kemungkinan. Jongin akan menertawakannya atau pingsan mendengar ceritanya.

"Kakek menjodohkanku dengan seseorang, mereka baru memberitahukanku berita gila ini kemarin siang. Kakek sekarang di rumah sakit, dan dia menyalahkanku karena aku yang membuat asmanya kambuh." Chanyeol berusaha menceritakan semuanya dari awal, tapi sepertinya Jongin orang yang sedikit tidak sabaran, terlihat dari wajahnnya yang susah menangkap perkataan Chanyeol.

"Bisa langsung saja, hyung?"

"Dengarkan baik-baik, Nini." Chanyeol menghela nafasnya sebentar dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku akan menikah dengan seorang pria yang bernama Oh Sehun." Ucapnya secepat kilat. Entah Jongin bisa menangkap ucapannya atau bagaimana. Tubuh Jongin saat ini membeku dan mulutnya ternganga memastikan indera pendengarannya tadi tidak salah menangkap ucapan Chanyeol.

"Tu..tu..tunggu..." Jongin berusaha mengucapkan sesuatu. "Menikah dengan...seorang...WHAT? OH SEHUN?" Jongin terbelakak dan bangkit dari bangkunya menarik kerah baju Chanyeol cepat. Jongin menatap dalam mata Chanyeol yang membuat Chanyeol bergidik ngeri dengan sahabatnya ini.

Glek. Chanyeol menelan salivanya ketika bertatapan dengan wajah Jongin.

"AHAHAHAHAHAHA!!" Suara tawa Jongin pecah dan dia menjauhkan badannya dari Chanyeol. Tertawa terbahak-bahak dan sudah beringsut di karpet milik Chanyeol.

"Ya! Bodoh." Chanyeol sudah yakin, Jongin pasti akan menertawakannya terlebih dahulu. Wajah Jongin sudah memerah karena terus-terusan tertawa. Tapi tak lama berselang dia meredakan suaranya dan melihat ke wajah Chanyeol yang ditekuk berlipat-lipat seperti lipatan lemak.

"Maaf, hyung. Aku hanya kaget saja." Katanya sambil memegang perutnya yang sakit akibat tertawa berlebihan. "Oh Sehun ya? Aku kenal dia." Katanya lagi dan membuat Chanyeol mengkerutkan alisnya.

"Kau tahu dia darimana?" Tanya Chanyeol.

"Dia itu dulu satu sekolah denganku. Di SOPA. Oh iya, kau kan tidak satu sekolah denganku, hyung." Jawab Jongin. Chanyeol hanya memutar bola matanya. "Anaknya lumayan sih. Kataku, dia sedikit gemulai. Aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi kita dulu satu klub ekstrakurikuler yang sama."

"Hmm..." Chanyeol hanya berdehem.

"Oh iya, dulu sewaktu masih sekolah, banyak perempuan yang suka padanya. Tapi katanya dia tidak tertarik dengan perempuan. Makanya dia tidak punya pacar sampai sekarang. Padahal sekarang dia sudah menjadi businessman yang cukup sukses. Kurasa, dia lumayan tampan untuk ukuran laki-laki. Tapi, masih bisa dibilang dia itu cantik."

Chanyeol setuju dengan sahabat mesumnya ini. Sehun memang cantik, apalagi bokonngnya yang penuh dan berisi. Duh, hilangkan pikiran mesummu itu, Park Chanyeol.

Sehun tidak punya pacar? Yang benar saja, dia bahkan pacaran dengan seorang aktris terkenal sekelas Im Yoona, tapi kenapa mereka harus backstreet ya? Ah! Itu bukan urusan Chanyeol.

"Apa karena berita soal kau yang biseksual itu, makanya keluargamu menjodohkanmu dengan Sehun? Dan soal Sehun yang tidak tertarik dengan perempuan alias gay? Astaga kalian berdua benar-benar bernasib sial. Seharusnya kau punya pacar lagi, hyung." Kata Jongin sedikit menceramahi.

Chanyeol hanya mendengus kesal dan membaringkan lagi tubuhnya di kasur. Apa-apaan si Jongin ini, seenaknya saja bilang Sehun seorang gay. Jelas-jelas Sehun berpacaran dengan Yoona. Tapi memang media saja yang tidak mencium berita kencan mereka.

Oh jangan sampai media mencium pernikahan konyol yang akan terjadi antara dia dan Sehun. Maka itu akan menjadi berita heboh se-Korea. Bagaimana pun juga dua keluarga ini punya pengaruh besar di perbisnisan Korea. Terlebih Chanyeol adalah seorang composer yang terjun di dunia entertainment, mantan kekasih si cantik Seo Ju Hyun, dan sekarang Chanyeol sedang menekuni dunia endorse barang. Katanya lumayan nambah penghasilan.

"Jangan bicara seenak gigimu, Nini. Aku ini laki-laki normal. Pabo!"

Jongin hanya mengangguk pelan. Tiba-tiba ponselnya berdering, ada sebuah pesan singkat disana. Jongin membacanya sambil tersenyum dan beranjak dari kursinya.

"Hyung, aku pamit dulu ya. Krystal sudah mengirimku pesan." Ucapnya sambil menunjukkan cengiran kuda.

"Sana pergi." Usir Chanyeol. Jongin hanya terkekeh dan berjalan menuju pintu. Tapi dia kemudian mengucapkan sesuatu sebelum benar-benar keluar.

"Aku tidak tahu ini keberuntunganmu atau kesialan harus menikah dengan sesama jenis. Tapi bersyukurlah, setidaknya ada yang mau menikah denganmu, hyung." Ucapnya dengan suara tawa kencang dan menghilang cepat dari balik pintu sebelum Chanyeol benar-benar akan menghajarnya.

"Dasar Kim Kkamjongin yang terkutuk." Umpat Chanyeol kemudian. Dia mengusap wajahnya kasar dan menutup wajahnya dengan bantal. Sepertinya dia butuh tidur setelah kejadian kemarin yang membuatnya pusing tujuh keliling. Ditambah lagi dengan sahabat gilanya tadi yang justru meledeknya.

Chanyeol memutuskan untuk tidur sebentar. Nanti siang dia akan bertemu dengan Sehun membahas perjanjian pra-nikah mereka dan setelah itu mengunjungi kakeknya di rumah sakit.

.

.

.

"Park Chanyeol?" Suara seseorang di seberang sana dengan aksen bahasa Korea yang sedikit aneh.

"Kenapa? Kau seperti mengenalnya." Tanya seorang pria yang kini sedang menatap layar ponselnya dan menggit sepotong choux eclair.

"Dia dulu seniorku di sekolah, Hun-a," jawab orang itu cepat.

"Jadi kau dulu satu sekolah dengannya?" Tanyanya lagi. Pria yang bernama Oh Sehun yang diketahui pingsan setelah mendengar kabar pernikahannya dengan Park Chanyeol yang akan diselenggarakan dua minggu lagi ini, sedang melakukan video call dengan sahabat kecilnya yang bernama Huang Zi Tao.

Sahabat yang sekarang sudah berimigrasi ke Amerika ini juga sama seperti Jongin, sempat kaget dan tertawa terpingkal-pingkal karena mengetahui Sehun, sahabatnya yang lugu ini akan menikah dengan seorang Park Chanyeol yang merupakan senior di sekolahnya dulu.

Tao –sapaan akrabnya, dulu sempat bergabung dengan tim basket sekolahnya yang diketuai oleh Chanyeol sendiri. Dia cukup dekat dengan Chanyeol, sampai akhirnya Tao mengingat sesuatu di benaknya.

"Kami dulu sempat bertukar pakaian dalam, Hun-a." Katanya polos yang membuat Sehun bingung.

"Apa maksudmu bertukar pakaian dalam?" Tanyanya.

"Ihss kau ini. Kami dulu bertukar celana dalam. Dan kau tahu, motif celana dalam milik Chanyeol itu sangat menggemaskan." Jawab Tao sambil menggerakkan kedua tangannya. Dia sepertinya masih mengingat motif celana dalam milik Chanyeol yang menurutnya menggemaskan.

Sehun seperti tidak bisa menelan eclair dan memutuskan untuk berhenti mengunyah. Apa-apaan itu, bertukar celana dalam? Kenapa Sehun sedikit tidak suka? Dan kenapa juga Tao harus bergaya menggemaskan seperti itu?

"Kau ingin tahu motif apa celana dalam Chanyeol?" Tanya Tao tiba-tiba.

Untung saja Sehun sedang menggunakan earphone. Jika tidak, maka dia akan sangat malu jika orang-orang yang saat ini di Cafe mendengar percakapan memalukannya dengan Tao. Apalagi suara Tao yang seperti perempuan kegirangan yang memekik.

"Tidak." Balas Sehun cepat. Tunggu. Sebenarnya dia penasaran sih apa motif celana dalam Chanyeol. Tapi Sehun menghentakkan pikiran kotornya itu dari kepalanya.

"Kau yakin? Kau kan calon suaminya." Goda Tao yang membuat Sehun mendengus pelan. "Motif Patrick Star. Berwarna merah muda. Hahahaha." Kata Tao girang sambil tertawa kencang.

Sehun hanya bisa menahan dirinya agar tidak memarahi sahabat jauhnya itu. Untung saja mereka sedang video call. Kalau Tao benar-benar ada disini, maka Sehun sudah akan memukul kepala Tao yang kekanakan itu.

Ya, Tao memang wajahnya saja yang garang, tapi kelakuan seperti Hello Kitty dan hati seperti Princess di Disneyland. Tinggi menjulang, badan kekar berotot tapi sangat kekanakan.

Semenjak pindah ke Amerika, Tao dan Sehun beberapa kali melakukan video call untuk melepas rindu. Mereka tidak sempat satu sekolah ketika menengah akhir, karena Tao harus kembali ke Hongkong, kampung halamannya. Tapi beberapa kali Tao mengunjungi Korea di musim panas atau musim gugur untuk berjumpa sahabat-sahabat masa sekolahnya dulu, termasuk Sehun.

"Terserah kau saja." Kata Sehun memutar bola matanya bosan. "Aku pastikan kau wajib datang ke New York."

"Calm down, budyy. I'm sure will attend your wedding." Ucap Tao sambil terkekeh geli. Dia tidak menyangka sahabatnya, Oh Sehun harus menikah dengan mantan seniornya, Park Chanyeol karena paksaan keluarga mereka. Sebenarnya dia juga kasihan, tapi mau bagaimana lagi, Tao tidak punya hak apa-apa untuk melarang. Lebih baik dia mengurus hidupnya sendiri.

Mereka mengobrol beberapa saat, sambil tertawa dan membahas beberapa topik termasuk karir Tao di Amerika sana.

"Tao-ya, aku akan meneleponmu lain kali lagi ya. Chanyeol sudah datang." Kata Sehun yang ingin mengakhiri panggilan.

Sehun berada di Cafe karena menunggu Chanyeol, mereka janjian di Cafe untuk surat perjanjian pra-nikah. Tentu saja Sehun tidak menceritakan hal ini pada Tao. Karena surat perjanjian itu hanya boleh diketahui oleh mereka berdua saja.

"Ya... Baiklah. Yang calon suaminya sudah datang hihi. Salam untuk Chanyeol hyung ya. Kau sebut saja namaku. Dia pasti langsung ingat heheh. Bye Sehun-a." Kata Tao langsung mengakhiri panggilan. Dia tidak mau mengganggu sepasang calon pengantin ini.

Chanyeol berjalan menghampiri meja dimana Sehun berada. Dengan wajah setengah mengantuk, Chanyeol kini sudah duduk tepat di depan bangkunya Sehun. Sedangkan Sehun sudah menekuk wajahnya lagi karena harus berurusan dengan Chanyeol.

Sebenarnya Sehun malas, tapi sepertinya urusan dengan Chanyeol akan menjadi urusan yang memakan waktu kedepan yang cukup lama. Ia hanya menghela nafas pelan. Sambil mengingat kejadian kemarin ketika dia dibantu oleh Chanyeol di rumah sakit. Sehun yang hampir pingsan karena mendengar penuturan sang kakek, pernikahan mereka akan dilangsungkan di New York dua minggu lagi.

"Kau tidak mandi lagi?" Tany Sehun membuka percakapan mereka.

"Tadi pagi aku sudah mandi." Ketus Chanyeol. Dia kemudian memanggil seorang waiter dan memesan minuman dan makanan. Mengingat Chanyeol belum ada makan siang ini. Dia memesan pasta dan minuman ringan sebagai hidangannya.

"Kau jangan terlalu makan sembarangan. Lihat sekarang tubuhmu melar, wajahmu juga tumbuh banyak bekas jerawat." Ucap Sehun sedikit memperhatikan wajah Chanyeol.

"Tidak usah peduli padaku. Sekarang kita bahas saja soal perjanjian pra-nikah." Sela Chanyeol. Dia cukup malas dengan ucapan Sehun yang selalu mengomentari setiap jengkal fisiknya. Kemudian dia teringat lagi dengan ucapan Jongin tadi pagi. Ya, Sehun memang tipe perfeksionis yang hampir tidak punya celah cacat sedikit pun pada parasnya. Tapi bagi Chanyeol, dia ingin menjadi diri sendiri apa adanya.

Sehun berdehem dan membuka sebuah map berwarna coklat dari tas kerjanya. Sepertinya itu surat perjanjian pra-nikah mereka. Cepat sekali dia membuatnya. Pikir Chanyeol.

"Aku membuatnya semalaman penuh karena kita tidak punya waktu yang banyak." Kata Sehun.

Chanyeol pun membuka map coklat tersebut, tidak lupa dia membuka kotak kacamatanya dan menggunakan kacamata bacanya. Chanyeol memang seorang miopia, dan dia berencana untuk melakukan operasi lasik pada matanya.

Sehun kembali mengunyah eclair miliknya hingga habis dan meneguk ice latte-nya. Di perhatikannya wajah serius Chanyeol yang sedang membaca. Entah kenapa matanya justru tertuju pada bibir Chanyeol yang sedikit mengkilat basah. Sehun menjulurkan lidahnya sedikit dan menjilat bibirnya sisa ice latte dan masih terus memperhatikan wajah Chanyeol.

Kali ini dia menelan paksa salivanya pelan. Apalagi dia memperhatikan jari telunjuk Chanyeol yang kadang menyentuh bibirnya. Kemudian Chanyeol membasahinya lagi dengan lidahnya menjilati bibirnya sendiri. Entah kenapa Sehun suka melihatnya. Pikirannya terasa aneh ketika melihat Chanyeol seperti itu.

"Kurasa kau harus mengubah pasal yang ke sepuluh." Ucapan Chanyeol membuyarkan lamunannya. Dia kemudian memasang wajah datar seperti biasanya.

"Biar kubaca sebentar." Sehun mengambil lebaran lain miliknya dan membaca lagi pasal sepuluh. "Maksudmu, aku harus mendapat peran sebagai seorang istri, begitu?" tanya Sehun.

Chanyeol mengangguk cepat.

"Tidak. Aku ini gentleman. Aku tidak sudi berperan sebagai istri. Kau saja yang menjadi istriku." Kata Sehun yang membuat Chanyeol membanting lembaran-lembaran kertas keatas meja.

"Aku ini lebih tua darimu, aku tidak akan pernah mau berperan sebagai seorang istri. Apa kau gila, hah?" Seru Chanyeol kesal dan menggertakan giginya.

"Dan apa kau pikir aku juga sudi dijadikan istri? Aku menolak!" Ucap Sehun tidak mau kalah.

Mereka terlibat sedikit argumen kecil. Meski dengan nada suara yang ditahan-tahan, tapi volume suara Chanyeol yang tidak bisa pelan itu mengundang perhatian orang sekitar. Tak lama berselang, makanan dan minuman pesanan Chanyeol datang.

"Aku makan dulu, aku sangat lapar." Chanyeol langsung melahap pasta pesanannya dengan cepat tanpa memedulikan wajah Sehun yang menahan amarah.

"Tsk..." Sehun mendecak kesal melihat Chanyeol yang seolah santai saja.

Karena mendengar decakan Sehun, Chanyeol memutuskan utnuk menjeda acara makannya. Dia meneguk minumannya sebentar dan kembali mengamil lembaran-lembaran surat perjanjian pra-nikah mereka.

"Pasal sepuluh kita rubah saja. Tidak ada yang disebut seorang istri disini. Kita melakukan semuanya secara pribadi. Untuk urusan tempat tidur, kita bisa bicarakan nanti." Kata Chanyeol kemudian.

Sehun hanya menatap lembaran di depannya datar dan mengetuk-ketuk mejanya cuek.

"Kurasa kau lapar. Mau memesan makan dulu? Kau hanya makan eclair." Kata Chanyeol. Di pikirannya Sehun mungkin lapar makanya dia berinisiatif untuk memesan makanan.

"Tidak. Aku tidak lapar." Jawabnya singkat.

"Kau ingin pasta? Kau bisa memakan punyaku saja kalau malas memesan lagi." Tawar Chanyeol. Sehun sebenarnya ingin makan tapi masa dia harus memakan punya Chanyeol. Dan lagi dia juga malas menunggu pesanan lagi.

"Tidak."

"Yakin?"

"Iya."

"Kau tidak lapar?"

"Sudah kubilang tidak."

"Jangan menyesal."

"Hn."

"Sini biar kusuapi saja."

Ucapan Chanyeol sukses membuat Sehun mendecak lagi. Apa sih sebenarnya mau laki-laki ini. Sehun menggelengkan kepalanya ketika garpu milik Chanyeol mengarah kepadanya untuk menyuapi pasta. Sehun menolak dengan keras. Dia tahu Chanyeol sedang merayunya lagi. Pada akhirnya Chanyeol terkekeh dan menyuapi pasta itu kedalam mulutnya sendiri.

Sehun hanya mengalihkan pandangannya dan membaca kembali lembaran surat perjanjian pra-nikah mereka sambil menunggu Chanyeol menghabiskan makanannya. Tidak butuh berapa lama, kini mereka berdua kembali berbincang soal pasal-pasal dalam surat perjanjian. Ada beberapa yang dirubah dan ada juga yang disepakati.

"Langsung tanda tangan saja." Kata Chanyeol seperti orang tergesa-gesa. Sehun mengkerutkan dahinya menatap Chanyeol.

Mereka akhirnya menandatangani surat perjanjian tersebut yang tebalnya kurang lebih seperti skripsi. Ah tidak, hanya lima lembar saja.

"Aku akan ke rumah sakit menjenguk kakek." Kata Sehun yang langsung bangkit.

"Aku juga akan ke rumah sakit. Barengan saja." Tawar Chanyeol.

"Kurasa, kau duluan saja. Aku akan bertemu dengan Yoona dulu." Kata Sehun.

Chanyeol memaklumi hal itu dan membiarkan Sehun mengunjungi Yoona. Lagipula bukan urusan dia kalau harus melarang Sehun bertemu dengan siapa saja. Sesuai dengan surat perjanjian, mereka tidak berhak melarang satu sama lain untuk bertemu dengan saudara, kerabat, atau teman.

Chanyeol menuju parkiran mobilnya, begitu juga dengan Sehun. Tapi Sehun masih berdiri dan memperhatikan Chanyeol. Pria bertubuh tinggi besar itu masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobilnya ke arah rumah sakit Asan.

Sehun pun masuk ke mobilnya. Entah kenapa dia masih membayangkan bibir basah Chanyeol tadi selalu saja mengganggu pikirannya. Sehun mendesah pelan dan mulai menjalankan mobilnya ke sebuah tempat yang akan mempertemukannya dengan Yoona.

.

.

.

Seorang wanita bertubuh ramping sedang mondar mandir di depan mobil sedannya sambil sesekali melihat jam tangannya gusar. Tak lama pandangan matanya menangkap sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam yang berhenti tepat di depannya.

Sehun turun dari mobilnya dengan senyum merekah, dia mendekati wanita di depannya berniat untuk memeluknya tapi wanita itu sedikit menghindar membuat Sehun heran.

"Tidak perlu basa-basi, Sehun. Katakan apa tujuanmu? Aku tidak punya banyak waktu. Kau tau manajer akan mengomeliku jika aku berlama-lama." Ucap wanita tersebut.

"Setidaknya biarkan aku memelukmu sebentar, kita tidak bertemu hampir sembilan hari." Balas Sehun. Sedangkan wanita itu memutar bola matanya bosan.

"Waktuku hanya sepuluh menit. Katakan ada apa."

"Biarkan aku memelukmu dulu." Sehun tetap memaksa ingin memeluk wanita di depannya yang dia klaim sebagai kekasih tambatan hatinya, Im Yoona.

Mereka berdua selalu bertemu secara sembunyi-sembunyi karena Yoona tidak menginginkan hubungannya dengan Sehun diketahui publik. Entah mereka akan bertemu di apartemen Yoona atau di waktu tengah malam. Yang jelas di tempat sepi tanpa ada kamera paparazzi atau pun fans yang mengikuti mereka. Seperti yang terjadi sekarang ini.

Yoona mendekati Sehun dan memeluknya beberapa detik kemudian melepasnya. Sehun awalnya tersenyum senang menjadi murung karena pelukan yang hanya sebentar.

"Katakan. Ada apa?" Tanyanya to the point.

"Aku akan ke Amerika dua minggu lagi. Ada urusan yang harus di kerjakan." Jawab Sehun.

"Urusan? Urusan apa?" Tanya Yoona lagi.

"Kakek memintaku untuk ikut dengannya. Tidak. Maksudku ini ada urusan keluarga jadi kami semua harus ke Amerika." Ucap Sehun sedikit terbata-bata.

Yoona menatapnya sebentar.

"Berapa lama?"

"Aku tidak tahu, mungkin seminggu atau dua minggu."

"Hm. Baiklah."

Sehun menatap Yoona bingung. Apakah Yoona tidak suka jika dia pergi? Kenapa wajah Yoona seperti menyorotkan hal yang lain. Sehun bertanya-tanya dalam hatinya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Yoona karena tidak suka denga tatapan Sehun.

"Aniya. Tapi... Apakah bisa kita berciuman sebentar?"

Pertanyaan Sehun berhasil membuat Yoona kaget dan membelalakkan matanya ketika Sehun berjalan mendekatinya bersiap untuk memberikan ciuman.

.

.

.

"Chanyeol-a, ayo masuk."

Nenek Sehun mempersilakan Chanyeol masuk ke ruangan kakek Beom Soo. Dilihatnya kakeknya dan kakek Sehun sedang tertawa bersama, entah apa yang mereka obrolkan.

"Kau sudah makan, nak?" Tanya nenek Sehun lagi pada Chanyeol.

"Sudah, nek." Jawab Chanyeol.

"Kau lihat, mereka berdua terlihat sehat karena kau dan Sehun bersedia untuk menikah." Kata nenek Sehun sambil mengupas apel hijau dengan telaten. Chanyeol hanya tersenyum simpul.

Dapat dilihatnya wajah sanga kakek yang bahagia karena sedang mengobrol dengan sahabatnya. Sudah lama semenjak neneknya meninggal, selama ini adik perempuannya lah yang selalu bersama sang kakek. Kadang orang tuanya juga sering terlihat berkumpul bersama sang kakek.

Chanyeol sadar, selama ini dia jarang sekali berada ditengah keluarganya. Dia kurang memahami betapa pentingnya sebuah keluarga. Dia hanya meluangkan waktunya untuk berfoya-foya diluar sana. Tapi hari ini, ketika melihat senyum dan tawa kakeknya, Chanyeol merasa bahagia.

Di ruangan yang ada hanya mereka berempat ini, Chanyeol dapat merasakan hangatnya suasana persahabatan antara kedua kakek. Sedikit rasa haru terukir di lubuk hatinya.

"Iya nek. Dan aku juga bahagia melihat kakek sudah baikan." Balas Chanyeol. Dia kemudian menerima suapan sepotong apel dari neneknya Sehun. Chanyeol tersenyum hangat, dirasakannya tangan hangat sang nenek mengusap rambutnya.

Cklek.

Empat pasang mata memandang ke arah pintu yang terbuka. Sehun masuk ke dalam ruangan sambil tersenyum simpul pada sang kakek. Dia pun berjalan ke sofa dimana Chanyeol sedang duduk bersama nenek.

Menyadari cucunya ingin berdua dengan Chanyeol, sang nenek memutuskan untuk menuju ke ranjang sang kakek dan bergabung bersama mereka.

"Chanyeol-ssi." Panggil Sehun pelan.

"Apa?" Balas Chanyeol singkat.

"Bisa aku meminta sesuatu?"

"Jelaskan." Mata Chanyeol masih menatap layar tv tanpa menoleh sedikit pun.

"Aku minta dalam dua minggu, kau lebih terurus."

"Maksudmu?" Tanya Chanyeol bingung.

"Aku ingin kau terlihat lebih segar dan rambutmu... bisakah kau memperbaikinya? Aku ingin kau sedikit merubah penampilanmu yang seperti gelandangan ini menjadi lebih baik." Jelas Sehun.

Chanyeol seperti mendapat tantangan. Dia pun tersenyum penuh arti dan mendekatkan bibirnya di telinga Sehun yang tidak sempat menghindar.

"Akan kubuat kau terpukau padaku." Ucapnya dengan nada sangat pelan dan lembut yang membuat Sehun menahan nafasnya.

Glek. Sehun menelan salivanya pelan.

Para orang tua di ranjang sana yang memperhatikan Chanyeol dan Sehun berbisik-bisik dan tersenyum penuh arti. Apakah mereka membicarakan soal malam pertama setelah menikah? Itu yang ada di pikiran mereka.

.

.

.

To be continue...

Udah panjang belum? Sampe tegang leher gue ngetiknya, dan udah nggak edit lagi kalo ada typo. Maafkan kalo telat up, kemarin-kemarin sibuk ngurusin Anson sama Jiwon rewel amat ditinggal bapak2 mereka kerja di Jepang sama Malaysia*dusta sumpah.

Chapter depan mereka nikah, yeaay yang udah nggak sabar. Author juga udah nggak sabar pengen bikin malam pertamanya ChanHun berkesan :D

Vomment? Thanks :D

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 191K 16
"Oh rupanya yang meretas sistem kita adalah bayi mungil ingusan?" "Brengsek. Lepaskan aku!!" "Oh tidak semudah itu babe. Sekarang, mari kita menghuku...
22.7M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
15.3M 217K 8
Sudah terbit
7.2M 660K 76
Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Zayn Haiden sang saudara tiri akibat wasi...