Berandal Buana [END]

By ReeAnn04_

31.5K 1.4K 24

DO YOU REALLY KNOW ME? "Aku hanya ingin hidup dalam kehidupanku. Aku ingin semuanya kembali seperti semula. A... More

Prolog
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27 END
Epilog

Bagian 14

707 40 0
By ReeAnn04_

Jalanan sore itu sangat sepi. Hampir tidak ada seorang pun yang melewati tempat itu.

Aliran darahnya seakan berhenti ketika ia dihadang oleh beberapa preman sekaligus. Preman berbadan besar dan berkumis tebal. Wajahnya penuh dengan bekas-bekas luka.

Faya berbalik dan mulai berjalan cepat. Ia sudah berulang kali menengok kebelakang. Mereka memang mengikutinya. Semakin lama langkahnya semakin cepat. Semakin lama pula orang-orang di belakangnya juga semakin mendekatinya. Hanya beberapa detik kemudian, Faya sudah dihadang oleh rombongan dari depan. Ia sudah tidak bisa berkutik lagi. Hampir sepuluh orang mengepungnya.

“Sino, kita tangkap gadis ini sekarang?”
Orang itu tidak menjawab. Ia hanya menaikan sebelah bibirnya. Senyum yang sangat jelek dan mengerikan.

“Siapa kalian! Jangan berani macam-macam ya!” ancam Faya.

“Jadi, kamu sudah tahu bukan Rhea pelakunya?” tanya orang yang bernama Sino dengan datar.

“Kalian orang itu?! Siapa yang menyuruhmu?” tanya Faya gemetaran.

“Kami hanya membantu orang untuk membalaskan dendamnya,” ucapnya sinis. Sino terus berjalan maju mendekatinya. Anak buahnya juga menyusulnya.

Dalam kegentingan itu ia sudah tidak bisa bergerak kemana pun. Namun ada seorang yang ia kenali dalam rombongan itu. Ia tak tahu dengan jelas. Tapi ia yakin, selama beberapa hari ini, orang itu selalu mengintaunya. Ia sudah berulang kali menemuinya, tapi ia lupa siapa orang itu.

Faya mengerutkan dahinya dan melihat ke arah lelaki misterius itu. Ia berada dalam barisan belakang. Setelah itu ia mendengar bunyi keributan dari  luar. Hal itu membuat orang-orang yang mengepungnya menoleh.  Mereka berbaris seperti sedang menghadang musuhnya. Faya menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.

Faya tak melarikan diri. Ia hanya bersembunyi di balik drum besar yang agak jauh dari tempat keributan itu.
Dari tempatnya bersembunyi, ia melihat orang misterius itu berjalan dan bersembunyi di balik semak-semak kemudian menghilang.

“Apa dia orang yang selalu bersama Rhea?” bisiknya lirih dan tak terdengar.

Sudah lebih dari satu minggu Rhea keluar dari rumah sakit. Bukannya dia beristirahat, Rhea justru memimpin anak buahnya mengahadang Sino. Sekarang ia dapat melihat dengan jelas cara Rhea berjalan. Ia terlihat pincang. Faya sudah melihat hal itu sejak ia bertemu dengan Rhea, tetapi sekarang, ia jauh lebih kelihatan.

“Rhea?! Anak kecil ini ternyata sudah sembuh!” ucap Sino sambil meludah.

“Jangan sakiti dia! Kalian nggak ada urusannya sama cewek itu! Jangan pernah sekali pun menyentuh dia, Sino!” bentak Rhea.

Sino mengalihkan pandangannya, “Siapa gadis itu? Kenapa aku harus mengasihinya?”

“Sino, urusan lo cuma sama geng kita. Bukan sama murid Citra Buana!” gertak Fandi.

“Gadis itu sudah menyaingi atasanku, jadi kita harus segera melenyapkannya, HAHAHA” tawanya nyalang.

"Siapa orang yang menyuruhmu? Bosmu itu Sukonto!" Teriak Rhea.

Faya menajamkan pendengarannya. Jika Sino menjawab maka ia akan tahu siapa orang yang telah mengiriminya surat kaleng itu. Jika dia mengelak maka sepertinya akan ada perkelahian besar yang akan terjadi. Fisik Rhea sedang tidak baik saat ini. Jika Rhea nekad untuk berkelahi, maka ia bisa saja akan terluka lebih parah lagi.

Dengan tangan yang masih bergetar hebat, ia mengambil ponselnya dari sakunya kemudian menelpon polisi. Ia sudah menyiapkan nomor itu jika memang ada sesuatu yang tidak baik terjadi. Ia sudah mengetahui bahaya kini sedang mengintainya dan para berandalan itu. Seburuk apa pun Rhea dan gengnya ia memiliki hutang budi yang harus segera ia bayar.

Suara riuh keributan terdengar dari jarak yang tidak terlalu jauh. Ia sudah tidak bisa mendengar jawaban Sino tentang siapa orang itu, tetapi dari kejauhan ia mendengar bunyi sirine mobil polisi. Tanpa ada komando seluruh anak buah Sino segera berlari dan bersembunyi.

“Kenapa aku harus berurusan dengan preman-preman itu?”

***

Untuk pertama kalinya Faya berjalan diantara kelima berandal buana itu. Sebenarnya, mereka adalah orang yang paling ia takuti, namun melihat kebaikan mereka, Faya yakin, sore ini ia tak akan celaka bersama mereka. Walaupun rasanya aneh, tapi ia merasa aman. Setidaknya jika ada orang yang mencelakainya, mungkin mereka bersedia melindunginya.

Hari sudah semakin sore. Bayangan mereka sudah memanjang kebelakang. Langit berwarna jingga. Hari ini ia melihat sikap Rhea yang semakin hari semakin berubah terhadap dirinya. Walaupun sikapnya selalu dingin, namun dia selalu ada jika dirinya sedang membutuhkannya.

Faya berjalan di belakang tiga teman Rhea. Dua orang yang ia ketahui bernama Roland dan Fandi sedangkan seorang lainnya, ia belum mengenalinya. Rhea berada di belakangnya. Sekali pun, ia belum pernah menengok kebelakang. Paling tidak, ia memastikan bahwa Rhea masih berada di belakangnya.

Faya memelankan langkahnya. Ia masih mengingat orang misterius di jalanan tadi. Ia sempat mengenali wajahnya. Sayangnya saat ini ia sudah lupa bagaimana wajah lelaki itu. Ahh sial!

Ketiga orang itu sudah berjalan jauh mendahuluinya. Saat ini, Faya memutuskan untuk berhenti dan berbalik. Ia masih melihat Rhea di belakangnya. Ia sempat melihat Rhea memperhatikannya. Namun, saat Faya melihat kearahnya, Rhea segera mengalihkan pandangannya dan kembali berjalan.

“Rhei,” ucapnya pelan, “Makasih ya!” ia tersenyum. Kali ini senyumnya tulus.

Rhea menanggapinya dengan senyuman, “Sama-sama.”

Saat itu, ia merasakan jantungnya kembali berdegup sangat kencang. Pipinya memerah. Ia merasakan ia sangat senang dan lega. Ia hanya bisa berbalik dan kembali berjalan sebelum Rhea mendahuluinya(kemudian Rhea akan melihat reaksi berlebihan Faya). Faya menghela nafasnya pelan dan tersenyum.
Rhea mempercepat langkahnya. Kini mereka berjalan sejajar.

“Aku nggak akan membiarkan mereka menyentuhmu sedikit pun.” kata Rhea tanpa menoleh.

Demi Tuhan, dia orang paling dingin yang pernah kutemui.

“Mulai sekarang, hati-hati dengan orang sekitarmu.” Katanya, “Kalo perlu, kamu masuk ke pelatihan bela diri. Sedikit banyak, itu akan membantumu.”

“Bukannya aku bukan orang lemah lagi? Aku kan udah pernah nonjok Roland. Bahkan aku sering dihadang dengan preman-preman sekolah. Sampai sekarang aku nggak lecet sedikit pun.” elaknya membuat Rhea sedikit tersenyum menunjukkan deretan giginya.

Mereka sudah terpisah jauh dari Roland dan kedua temannya. Faya lebih sering menoleh ke arah Rhea untuk melihat apa saja ekspresi yang ia tunjukkan. Ia lebih banyak tersenyum. Dengan wajahnya yang lebih sering tak berekspresi, senyumnya lebih terlihat walau hanya tipis.

Mereka sudah menjauhi jalanan yang sepi. Kini mereka berada dalam keramaian kota. Cahaya lampu menerangi malam itu. Taman kota penuh dengan lampu-lampu kota. Gedung-gedung bersinar terang.

Setelah berjalan cukup jauh dari area perkelahian tadi, tibalah mereka di sebuat taman kota kecil. Tak begitu ramai, tapi cukup banyak orang yang mengunjungi tempat itu.

Tanpa Rhea sadari, tangan Faya sudah menggandeng tangannya. Rhea sempat terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari Faya. Ia tak tahu apa yang ia lakukan. Kejadian ini baru pertama kali ia lakukan bersama lawan jenisnya.

“Apa aku boleh menjadi temanmu?”

“Kenapa kamu ingin jadi temanku?”

“Aku mendengar semuanya saat di rumah sakit kemarin. Aku ingin menjadi salah satu orang yang peduli sama kamu. Aku ingin membalas segala kebaikanmu ,” jawabnya,

“Aku bukan orang baik-baik. Kamu nggak pantas bergaul dengan orang sepertiku.”

"Kamu baik kok. Tapi kadang nyebelin, guraunya, “Kaki kamu masih sakit?”

“Aku memang seperti ini. Aku sudah cacat kaki dari dulu.”

"Ha?"

"Kecelakaan."

Seperti kebiasaannya, Faya tidak pernah bisa diam. Ia selalu ingin berjalan-jalan mengelilingi tempat ia berada. Faya melipat kedua tangannya di depan dadanya. Angin semilir menerbangkan sebagian rambutnya.

Ia hanya bisa tersenyum melihat orang-orang yang telah berpasangan. beberapa orang tengah asyik berpacaran. Mereka tampak mesra. Sedangkan ia bersama orang yang bisa di bilang pernah jadi musuh besarnya. Dia juga seorang berandalan yang bisa membahayakan dirinya.

Mereka kembali berjalan menyusuri malam. Membelah jalanan yang masih ramai. Membuat iri berpasang-pasang mata yang melihatnya. Jika mereka tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, maka orang-orang akan mengira bahwa mereka adalah seorang sepasang kekasih.

“Kamu bilang, kamu mendengar semuanya. Apa kamu juga mendengar tentang Sukonto?”

“Pembunuhan itu?”

“Jadi, kamu benar-benar mendengar semuanya?”

“Ya,” jawabnya singkat kemudian kembali menatap langit, “Rhei, aku takut!” bisiknya.

Aku akan melindungimu, Aku berjanji...

Continue Reading

You'll Also Like

11.1M 444K 36
SUDAH TERBIT! Pokoknya, lo harus peka sama keadaan sekitar lo. Jangan kayak gue, yang selalu ga peka dengan segala hal, bahkan gue ga peka sama orang...
3.4K 328 4
Menceritakan tentang gadis yatim piatu yang ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya sejak usianya menginjak usia 9thn dan sejak itu ia menghidupi dir...
13K 3.8K 49
Siapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2...
58.1K 1.9K 36
star 03-April-2024. Darren Samuel Emmanuel adalah ketua Mafia yang turun tangan untuk mengambil berliannya ahli ahli mengambil Berliannya dirinya...