Al merebahkan tubuhnya diatas sofa panjang dirunahnya. Kepalanya terasa pening karena kurang tidur dan ditambah lagi telinganya mendengar hal-hal yang tak enak didengar dari wanita yang dicintainya. Al memijit pelilisnya sambil memejamkan matanya. Lambat laun Al telah masuk kedunia mimpinya.
***
Pukul 3 sore, Al terbangun dan sedikit menguap. Al menegakkan tubuhnya dengan malas sambil mengacak rambutnya yang sudah berantakan menjadi tambah berantakan.
"Jam berapa sekarang?"tanyanya entah pada siapa sambil menengok kekiri dan kekanan untuk mencari .jam.
"What the..."kagetnya saat melihat jam menunjukkan pukul 3 sore.
Al segera berdiri dan berjalan kekamarnya untuk bersiap-siap dan kerunah sakit.
***
Odel tengah duduk diatas ranjang kamarnya dengan kedua kaki ditekuk. Odelia menenggelamkan wajahnya diatas lututnya sambil terisak pelan.
Sedari tadi dia sudah mencoba menghubungi Al tapi tidak aktif. Dan sudah berpuluhan sms dia kirim tapi tak kunjung dibalas.
"Maaf Al... Maaf..."
"Tolong jangan tinggalkan aku... Maaf karena aku salah..."
"Maaf... Maaf..."
"Please... Beri aku kabar"
"Aku kangen kamu Al"
Odelia mengusap air matanya kasar lalu membaringkan tubuhnya dan tidur.
***
Al sudah siap dengan polo shirt birunya dan juga celana jeans-nya. Al memakai jam tangan kesukaannya dipergelangan tangannya.
Al meraih kunci mobil dan juga dompetnya lalu segera bergegas keluar kamar. Al melupakan ponselnya yang tergeletak diatas meja ruang tamunya.
Mobil sport hitamnya melaju kencang keluar dari perkarangan rumahnya.
***
Al berjalan dengan santainya di koridor rumah sakit. Dia berhenti diruangan VIP-4. Al membuka pintunya pelan dan mengintip kedalam ruangan. Didalam hanya ada charles dan corry. Al masuk kedalam dan tersenyum lembut.
"Hai princess"
"Hai kak Al... I miss you so much. Mana kak Odel?"
Al mengerutkan keningnya saat tidak melihat Odelia disana.
"Dia bukannya terakhir bersamamu?" kali ini charles yang bertanya.
"Aku pergi setelah ribut dengannya"jawab Al datar lalu duduk disofa ruangan itu.
"Kau tidak menyakiti kakakku kan?"tanya Charles sambil memicingkan matanya.
"Sebenarnya ada masalah apa sih, kak?"tanya corry bingung.
"Gara-gara guenn" charles yang menjawab. Sedangkan Al hanya diam saja.
"Guenn? Aku mau bertemu dia, les"
Charles menggeleng. "Kamu tidak boleh bangkit dari ranjang dulu, corry. Kamu sendiri kan tahu"
"Please..." corry memasang puppy eyes-nya.
"Tapi harus pakai kursi roda"ucap Al. Corry langsung mengangguk antusias sedangkan Charles hanya menghela napas.
"Kakak memang the best. Tidak seperti dia, katanya sayang"
Charles memutar bola matanya sedangkan Al terkekeh geli.
***
Charles mendorong kursi roda corry masuk kedalam ruangan guenn. Mereka berdua sama-sama mengernyit saat tidak menemukan guenn ada diranjangnya.
Charles menghentikan kursi roda didekat ranjang rumah sakit guenn. Dia lantas pergi memeriksa kamar mandi apakah guenn ada didalam apa tidak.
Corry sendiri tidak sengaja melihat secarik kertas diatas nakas. Segera dia mengambil kertas itu lalu membukanya. Terdapat beberapa kalimat yang tersusun menjadi empat paragraf yang panjang. Air matanya mengalir setelah selesai membaca isi surat itu. Hatinya terasa diremas setelah menerima kenyataan bahwa kembarannya pergi meninggalkan semuanya.
Charles bingung karena mendapati corry tengah menangis dalam diam. Ditambah lagi dia tidak menemukan guenn didalam kamar mandi.
"Sayang, ada apa? Kenapa kamu menangis?"tanya charles cemas.
Corry hanya diam sembari menyerahkan kertas itu kepada charles. Charles sempat bingung tapi akhirnya dia menerima kertas yang sudah sedikit basah itu karena terkena air mata corry. Charles pun mulai membacanya.
Mungkin saat kalian membaca surat ini, aku sudah pergi. Yang pastinya pergi jauh dari kalian semua. Aku hanya butuh waktu sendiri untuk mengembalikan semangat hidup aku. Seperti yang kalian ketahui semua bahwa semangat hidup aku adalah kak Al. Tapi sekarang itu tidak mungkin lagi.
Aku memang egois karena sempat ingin merebut Al dari Odelia tapi kini aku sadar bahwa yang aku lakukan itu salah. Aku juga tidak membenci Al ataupun Odelia. Aku akan kembali setelah aku berhasil membuang jauh-jauh perasaan ini. Aku tidak mau mengganggu kebahagiaan dua insan itu.
Untuk corry terima kasih karena sudah mendonorkan bagian tubuh kamu untuk aku. Aku tidak tahu harus membalasnya seperti apa. Aku turut senang melihatmu bahagia dengan orang yang kamu cintai. Aku tidak mau mendengar kalau charles menyakiti hati corry. Jika sampai terjadi, aku sendiri yang akan memberi pria itu pelajaran.
Untuk papa dan mama, maafin guenn karena pasti kini guenn membuat kalian khawatir. Tapi kalian tenang saja, guenn baik-baik saja dan bisa jaga diri. Kalian tidak perlu mencari guenn karena guenn janji akan pulang jika sudah waktunya. Maaf karena selama guenn hidup selalu menyusahkan papa dan mama. Membuat corry merasa pilih kasih. Guenn banyak salah sama kalian semua dan seharusnya corry pun tidak perlu melakukan ini tapi aku tetap berterimakasih kok. Sekali lagi guenn minta maaf ya semuanya.
Salam sayang,
Guenn Sandoyo.
Charles menatap corry sendu yang kini masih menangis. Charles meletakkan kertas itu diatas ranjang lalu berlutut dihadapan corry. Ia menghapus air mata yang terus mengalir dipipi gadisnya.
"Don't cry, baby. Aku yakin dimana pun dia berada sekarang. She's fine. Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri"ucap charles lembut.
"Ta-Tapi tetap saja a-aku khawatir charles, hiks"ucap corry ditengah tangisnya.
Charles menggenggam erat telapak tangan corry lalu meremasnya lembut.
"Kamu percaya padaku kan? Tenang saja, guenn pasti baik-baik saja. Kita sendiri juga tahu bahwa dia gadis yang kuat"
Corry terdiam. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa. Tangisnya memang sudah reda tapi hatinya masih bersedih.
Charles lalu berdiri dan berjalan kebelakang corry. Perlahan dia mulai menjalankan kursi roda keluar dari ruangan guenn.
"Lebih baik sekarang kau istirahat. Urusan guenn biar aku yang bicarakan dengan semuanya"
"Papa mama pasti akan sangat sedih, les"lirih corry.
"Apa kau lupa jika kamu dulu juga berbuat hal yang sama?"
Sindiran charles barusan sukses membuat corry bungkam. Dia sadar bahwa dirinya tidak ada bedanya dengan Guenn.
"Maaf" hanya itu yang keluar dari mulut corry.
"Sudahlah... Sekarang lebih baik kau tenangkan diri. Jangan stress"ucap charles mengingatkan. Mereka telah sampai didepan pintu ruangan corry. Tapi tiba-tiba suara seseorang menghentikan mereka untuk masuk.
"Corry...."
***
Tbc