"Anda kembali, Pangeran Soo.."
Myungsoo mengernyitkan dahi bingung dan menatap ke arah beberapa orang yang telah menggeser tubuh mereka ke samping. Dan memberi jalan pada seorang pria setengah baya dengan kumis tebal dan berjenggot. Myungsoo menyipitkan matanya mencoba mengingat wajah pria itu
"Saya senang anda kembali–" Pria itu menunduk. Kemudian meletakkan lututnya pada tanah sementara kaki lain menopang tangannya yang memegang sebuah pedang. Ia menundukkan kepala "Saya siap mengabdi untuk anda, Pangeran."
"Ke–pala pelayan Jang" Myungsoo bergumam seraya mundur ke belakang. Soojung yang melihat itu merasa aneh dan tidak mengerti apa yang terjadi. Ia kira mereka akan di tangkap kemudian di hukum atau di kurung di jeruji kayu
"Saya sudah lama mencari anda. Saya hanya ingin menebus semua kesalahan saya karena telah meninggalkan anda saat itu. Dan membiarkan anda tinggal bersama Ratu Hong. Saya minta maaf, Pangeran. Tapi saya mohon, bersediakah anda menjadi pemimpin kami untuk memberontak ke Istana–"
"Apa maksudmu?"
"Kami persekutuan dari Hanju, siap membantu anda untuk kembali ke Istana. Kita memiliki tujuan yang sama untuk menegakkan kebenaran. Dan ingin menghukum mereka yang telah membunuh orang yang tidak bersalah–"
"Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku tidak butuh bantuan pemberontak. Aku bisa dalam masalah besar jika ketahuan ikut persekutuan kalian. Jadi cari saja yang lain" Tegas Myungsoo. "Jung, ayo kita kembali–" Myungsoo membalikkan badan hendak meninggalkan tempat itu
"Saya mohon, Pangeran. Saat itu Ratu Hong tidak menepati janjinya saat saya telah meninggalkan anda ketika kehilangan suara. Ia membunuh keluargaku tanpa menyisakan siapapun. Saya mohon, Pangeran." pria itu bersujud ke tanah dan memohon pada Myungsoo
Pemuda itu berbalik dan menatap pria itu. Ia menghela nafas kasar kemudian berjalan mendekat. Ia mengangkat pundak pria itu agar segera berdiri. Ia tidak pantas di hormati seperti Ia seorang Raja saja
"Jangan seperti ini, kepala pelayan Jang. Aku tidak membencimu saat itu. Aku melihat kau lari ketakutan saat nyawa keluargamu terancam. Dan aku juga minta maaf, karena diriku nyawa keluargamu melayang"
"Tidak. Itu tidak salah anda. Bersediakah anda, Pangeran? Saya sudah lama mencari anda. Tetapi saat itu anda belum bisa berbicara. Dan hari ini saya ingin menemui dan memohon pada anda untuk bergabung dengan kami–"
"Baiklah– Aku akan jadi pemimpin kalian. Dengan syarat. Jangan memanggil nama asliku. Panggil aku, Lee Hyun Soo."
"Benarkah? Terima kasih Pangeran." Pria itu menunduk berkali kali. Ia menarik lengan pemuda itu dan mengacungkannya ke udara "Dengar, Sekarang Pemuda ini adalah pemimpin kita–"
"Hidup pemimpin, Hidup Lee Hyun Soo."
Semua bersorak ria. Sementara Soojung ikut tersenyum setidaknya Ia lega pemuda itu memiliki pihak pendukung dan membantunya kelak.
.
.
.
.
.
- VOICE -
Main Cast:
- Kim MyungSoo As Lee HyunSoo
- Bae Sooji As Ryu Sooji
- Kim Jongin
- Jung Soojung
Episode 10
.
.
.
.
Braakk!
Jiwon menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat pintu di buka dengan kasar oleh wanita yang teramat Ia benci. Ia membuang muka, malas menatap wajah wanita ular itu. Mendengar derap langkah kaki mendekat Jiwon sebisa mungkin memasang wajah tenang dan santai.
"Tinggalkan kami–" Hong berkata dengan perintah. Beberapa pelayan di sana mengangguk mengerti dan meninggalkan ruangan tersebut. Hong duduk di sebuah kursi yang tersedia di sana. Ia mendesis kemudian berdehem.
"Bagaimana kabarmu, putri? Aku dengar kau di serang di kediamanmu. Aku baru bisa berkunjung sekarang karena aku sibuk mengurusi–"
"Seperti yang kau lihat, Ratu Hong. Aku baik baik saja. Ah, kau sibuk. Sibuk mengurusi bawahanmu karena telah gagal membunuhku. Bukan kah begitu Hong Suri–"
Wanita itu menggeram dalam hati. Ia tidak bisa menahan emosi tingkat negara jika bertemu gadis tengik itu. Ia meletakkan tangannya di atas paha seraya meremas gaunnya. Ia tidak boleh terlihat marah. Meskipun gadis di hadapannya sangat menjengkelkan.
"Apa maksudmu. Kau berpikir bahwa aku lah yang menyuruh penyusup itu. Aku tidak serendah itu, Jiwon. Meskipun aku sangat membencimu. Tetapi aku tidak pernah berpikir sejauh itu"
"Tutup mulutmu. Kau datang kemari karena kau mendengar kabar dari mata-mata mu karena aku sudah mulai sembuh. Ah, aku tahu. Mungkinkah kau takut aku mengadu pada ayah bahwa di balik peristiwa ini adalah kelakuanmu–"
"Kim Jiwon..."
"Yah, sepertinya akan sangat menarik jika aku mengadu saja. Di sana aku akan lihat ayah lebih memilihmu atau Putri satu satunya dalam kerajaan. Kita lihat saja, kau yang menyingkir atau aku–"
"Sebaiknya kau istirahat saja. Aku senang kau sudah–"
"Yang Mulia Raja telah tiba– beri hormat"
Hong menoleh ke arah pintu. Ia memasang wajah sedih dan mendekat pada Jiwon. Itu lah tujuannya berkunjung. Ia tahu Raja akan mengunjungi Jiwon maka dari itu Ia harus sampai lebih dulu agar bisa berpapasa dengan Raja.
"Apa yang kau lakukan?" Pekik Jiwon saat Hong mengelus rambut panjangnya yang tergerai. Seiring dengan itu Raja pun masuk dan berjalan mendekat. Jiwon mendengus, Ia tahu tujuan wanits rubah itu mengunjunginya "Dasar licik" gumamnya
"Bagaimana keadaanmu, Putriku. Maafkan ayah, seharusnya lebih ketat mengawasi kalian–"
"Gwenchanayeo, Yang Mulia Raja. Aku sudah sangat baik terlebih lagi Ratu Hong selalu mengunjungiku. Aku jadi rindu mendiang Ratu Lee ketika aku sakit membuat ginseng untukku. Hmm, Ratu Hong juga saat baik padaku" Jiwon tersenyum smirk. Mulai sekarang Ia akan memperlihatkan perannya dalam permainan wanita ular itu. Ia sudah cukup diam dan hanya menatap saja. Kali ini dia akan ikut dalam perang antara keluarga kerajaan
"Baguslah. Ayah dengar kau sudah memiliki pengawal. Dimana dia, ayah belum pernah melihatnya–"
"Untuk apa bertemu dengannya, dia sedang keluar. Dia orangnya tertutup. Tidak banyak bicara."
"Ayahmu juga ingin mengenalnya, Won. Mungkin ayahmu bisa menilai dia baik atau tidak. Bukankah begitu, Yang Mulia." Sambung Hong. Ia juga penasaran dengan pemuda pengawal Jiwon tersebut.
Jiwon menatap tajam Hong. Ia seperti mencium sesuatu yang mencurigakan dari wanita itu. Mungkinkah Ia sedang mengincar Myungsoo. Ia tertawa sinis. Kemudian Ia menatap JongSoo.
"Kembali lah, Yang Mulia. Aku masih butuh istirahat"
"Baiklah. Ayah akan berkunjung nanti. Jaga kesehatanmu. Dan jangan menyelinap keluar dari istana lagi. Saat ini persekutuan dari musuh kerajaan sedang mengintai kita"
"Baik."
"Hong, kau masih ingin di sini"
"Animida, Yang Mulia. Saya juga akan kembali. Saya hanya ingin berkunjung dan sekarang sudah merasa lega melihat keadaan Putri. Kalau begitu, Saya kembali lebih dulu–" Hong menunduk dengan anggun kemudian melangkah keluar dari sana
"Istirahatlah. Jangan memikirkan apapun. Jika ada waktu luang, suruh dia menghadap padaku. Aku tidak ingin kau berada di sekitar orang sembarangan. Jadi turuti perintahku, bukan sebagai Raja melainkan seorang ayah yang mengkhawatirkan putrinya. Jangan lupa, ayah akan tunggu kehadirannya. Istirahat lah, ayah juga akan kembali" JongSoo mengelus pucuk rambut Jiwon kemudian meninggalkan kamar itu.
Jiwon menghela nafas kasar kemudian Ia mendesah sedih.
.
.
.
.
.
Jongin menatap sekeliling mencari para pengawal atau penjaga. Tetapi sepertinya di sana terlihat sepi. Ia menghela nafas lega. Kemudian melangkah dengan pelan dan hati hati agar tidak ketahuan. Karena Ia ingin menyelinap keluar istana. Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar sebuah suara, Ia menoleh ke belakang
"Putra Mahkota, anda hendak kemana."
"Aku harus pergi ke kediaman Ratu Hong. Tidak perlu mengikuti ku. Aku hanya berkunjung sebentar" Titah Jongin. Ia merasa lega karena pelayan yang memanggilnya. Ia menyuruh pelayan itu pergi kemudian Ia melanjutkan langkahnya.
Ia pergi ke taman bunga di dekat danau. Ia tersenyum kecil mengingat momen bersama Sooji di sana. Ia merasa sangat senang saat gadis itu memeluknya. Mungkin gadis itu masih berada di tempat mereka bertemu kemarin.
Dugaannya benar. Gadis itu sedang duduk di sana. Dengan senyum mengembang Ia hendak melangkah mendekat namun Ia menghentikan langkahnya ketika melihat gadis itu tidak sendirian melainkan bersama orang lain di sana.
Di lihat dari belakang sepertinya dua orang itu sedang mengobrol sambil tertawa. Terlihat begitu akrab dan dekat. Membuat mata Jongin memanas menatap pemandangan itu. Terlebih lagi gadis itu terlihat tertawa sangat lepas. Meski Ia tidak tahu apa saja yang mereka bicarakan.
Jongin membalikkan badan mengurungkan niat bertemu gadis pujannya itu. Ia menghela nafas. Dan cepat melangkah. Seakan Ia ingin cepat pergi dari sana.
Sementara itu, Myungsoo menoleh ke belakang terlampir senyuman miring di wajah tampan itu. Setidaknya Ia merasa menang ketika melihat pemuda itu pergi dengan berbagai pertanyaan. Myungsoo tahu Jongin akan pergi ke sana menemui Sooji. Maka dari itu dia lebih dulu, agar pemuda itu sedikit mendapat pelajaran. Toh, dia tidak akan ketahuan, Jongin tidak melihat wajahnya. Terlebih lagi, ia sengaja bercerita lelucon agar membuat Sooji tertawa
"Maaf Jongin. Aku bukan orang yang suka mengalah. Jika sudah ku tentukan, maka aku akan mempertahankan dan memiliki orang yang ku inginkan. Dan tidak akan melepasnya untuk siapapun. Jadi bersiaplah. Kau akan lebih terluka lagi nanti–" Myungsoo membatin.
"Myu-myu?"
Myungsoo menoleh ke samping seraya tersenyum kecil "Ada apa?"
"Aku penasaran dengan sesuatu. Bukankah kita sudah berjanji tidak saling menutupi apapun dan tidak merahasiakan apapun. Jadi jangan menyembunyikan sesuatu padaku. Kau suka Putri Jiwon? Aku tahu pertanyaan ku sedikit berlebihan. Toh, dia putri kerajaan, cantik dan pasti banyak yang suka. Apa kau–"
"Jika aku menjawabnya apa itu tidak masalah?"
"Humm..kita sudah berjanji untuk saling berbagi"
Myungsoo menatap manik gadis itu kemudian mengalihkan matanya ke air danau itu. Ia tersenyum kecut tanpa di sadari Sooji.
"Aku tidak menyukainya. Aku hanya menjadi pengawalnya saja dan tidak lebih. Aku hanya menyukaimu seorang–"
"Jika kau menyukaiku kenapa tidak menatapku saat menjawabnya. Myu, aku sedikit takut saat bersamamu. Aku tidak tahu perasaan apa ini hanya saja–"
"Tolong percaya saja padaku."
"Tidak bisa. Aku–"
"Sooji, apa kau belum mempercayaiku. Baiklah, aku bisa terima. Dan jika suatu saat kau tahu aku berbohong, apa yang akan kau lakukan? Kau meninggalkanku"
"Mollayeo. Aku hanya tidak suka di bohongi. Rasanya sedikit sakit jika di manfaatkan terlebih itu orang yang kita cintai. Aku tidak suka di khianati. Maka dari itu Myu, bisa kau tetap jujur padaku meskipun itu menyakiti perasaanku sekalipun."
"...."
"Dan mungkin aku percaya kau tidak menyukai Putri. Tapi kau terlihat akrab dengannya seperti kalian memiliki hubungan. Dan juga kenapa sampai sekarang kau belum juga menyebutkan namamu padaku. Aku memikirkannya hampir semalaman. Kenapa Soojung memanggilmu, 'Soo'. Dan aku mendengar namamu adalah Lee Hyun Soo. Tapi, kenapa saat itu kau menuliskan 'Myu' apa maksud dari semua ini. Setidaknya beri aku sedikit alasan agar aku mengerti dan–"
"Kita bertemu lain kali saja. Aku harus kembali menemui Putri. Aku keluar terlalu lama" Sela Myungsoo kemudian Ia bangkit berdiri.
Sooji menghela nafas kemudian bangkit berdiri "Baiklah. Mungkin aku akan mendengar semua di lain kali. Aku pergi." Sooji dengan wajah kesal sambil cemberut meninggalkan pemuda yang menatap punggungnya
"Sooji, ini belum saatnya kau mengetahuinya. Aku tidak ingin melibatkanmu. Tetapi, kau sudah terlanjur terlibat" Gumamnya pelan.
.
.
.
.
.
"Soo?"
Myungsoo yang barus saja memasuki markas rahasia persekutuan Hanju. Mendongak menatap gadis yang duduk dengan beberapa orang di sana. Ia tersenyum kecil kemudian berjalan mendekat lalu duduk di ujung meja. Karena Myungsoo adalah pemimpin mereka.
"Kenapa kau lama sekali, Soo. Aku sudah dengar dari beberapa pelayan saat di dapur. Bahwa Ratu Hong sangat penasaran padamu dan juga menginginkanmu. Bukan kah ini kesempatan yang bagus untukmu?"
Myungsoo memasang wajah bingung karena tidak terlalu mengerti arah pembicaraan atau memang Ia sedang memikirkan hal lain
"Begini, Pangeran ini kesempatan untuk anda mendekati Ratu Hong. Anda pura pura saja bahwa anda tidak ingin membuat kesepakatan dengannya agar ia terus menekan anda. Kemudian anda terima saja lalu dengan begitu kita lebih gampang menghancurkannya" sambung mantan kepala pelayan Myungsoo, Jang Sangjun.
"Tidak. Itu sama saja aku menggali kuburan ku sendiri. Jongin– anak itu pasti langsung mengetahuinya. Mungkin dia belun tahu bahwa aku yang menjadi pengawal Jiwon. Tapi jika dengan ibunya, pasti langsung ia ketahui"
"Kau benar, Soo. Tapi, saat aku ke kamar Jiwon dia menyuruhku untuk mencarimu. Dan mencoba berhati hati. Seperti Raja ingin bertemu denganmu. Dan dengan bujuk rayu Ratu Hong, Kau mungkin harus bertemu mereka. Jiwon sudah membuat alasan bahwa kau orang yang dingin dan tidak banyak bicara. Mungkin kau bisa bertemu dengan mereka dan hanya mengeluarkan beberapa kata saja. Toh, Myungsoo yang dulu tidak bisa bicara. Dan Ratu Hong tidak akan mengenalimu. Bukankah, kau kehilangan suaramu untuk selamanya. Tetapi takdir berkata lain, mungkin tabib tidak bisa menyembuhkan. Kau sendiri yang menyembuhkan semua. Maka kau juga harus bisa menahan perasaanmu, Soo. Kami semua mendukungmu." Soojung tersenyum di akhir kata
Myungsoo menatap beberapa orag yang di sana. Ia mengangguk dan bangkit berdiri. Kemudian mengepalkan tangan di atas meja
"Baiklah, aku akan melakukannya. Dan mengembalikan hak yang seharusnya milikku"
"Hidup Pangeran. Hidup!!"
Soojung dan Myungsoo saling melemparkan senyuman..
.
.
.
.
.
Derap kaki pelayan itu menggema. Ia melewati karpet merah itu kemudian menunduk pada pria yang duduk di atas singgah sana seraya membaca buku.
"Yang Mulia, seorang pemuda mengaku pengawal Putri ingin bertemu dengan anda. Saya persilahkan atau saya menyuruhnya kembali, Yang Mulia."
JongSoo mendongak dan melirik pelayan itu. Ia berpikir akan lebih lama bertemu pemuda itu, ternyata jauh dari perkiraannya. Pemuda itu sudah datang menemuinya
"Suruh dia masuk. Dan jangan biarkan siapapun masuk sebelum pemuda itu keluar dari sini. Jadi suruh dia menghadapku" Perintah JongSoo
Pelayan itu mengangguk pelan kemudian berjalan mundur lalu menghilang dari sana. Selang beberapa menit seorang pemuda mengemgam pedang di tangan kiri berjalan ke arah Raja tersebut. Tidak lupa, masker itu terus menutupi setengah wajahnya. Ia menghentikan langkahnya kemudian menunduk memberi hormat pada Raja.
"Aku tidak tahu kau akan datang secepat ini–" Basa basi JongSoo. Ia duduk seraya menghadap pemuda itu. Menyipitkan mata mencoba melihat dengan jelas wajah pemuda itu "Bisa buka benda itu? Agar aku bisa melihat wajahmu dengan jelas–"
Dengan gerakan tanpa ragu Myungsoo menurunkan benda itu kemudian Mendongak menatap pria itu dengan mata bak elang tersebut. Hatinya berdesir saat hanya beberapa detik matanya saling beradu dengan Sang Ayah. Ia mengepalkan kedua tangannya. Mencoba menahan segala perasaan yang berkecamuk. Ia marah, kesal, emosi, benci, dan rindu, semua bercampur menjadi satu.
Sementara JongSoo mencoba menghilangkan pikiran yang terlintas pemuda di hadapannya mirip sekali dengan putranya yang hilang bagai di telan bumi setelah kejadiaan naas 17 tahun lalu. Ia berdehem kemudian mengambik gelas yang berada di atas meja dan meneguk minuman itu.
"Siapa namamu? Seperti yang di katakan Jiwon. Kau begitu pendiam dan tidak banyak mengeluarkan suara. Dan kau sepertinya orang yang tanpa ekspresi–"
"Khamsamida, Yang Mulia. Saya merasa tersanjung akan pujian anda. Maaf, saya baru memperkenalkan diri sekarang. Saya Lee Hyun Soo, pengawal Putri Jiwon." Suaranya sudah bergetar namun JongSoo tidak menyadari itu.
"Ah, Lee HyunSoo. Nama yang bagus untuk pemuda tampan sepertimu. Orangtua mu pasti sangat bisa mendidik putranya. Saya dengar kau sangat ahli dalam bidang menggunakan pedang berserta memanah. Jika di pikir, mungkin usia putraku yang pertama sama sepertimu. Aigoo, kenapa aku bernostalgia. Mungkin aku terlalu merindukan putraku. Sepertinya kau mengingatkan ku padanya" Jongsoo tertawa hambar
"....."
"Ah, dulu aku berandai-andai jika putra ku besar aku ingin berburu dan memanah bersama. Jika kau tidak keberatan, bisa kau menemaniku menggantikan putraku. Aku juga merasa aneh, sebelumnya aku belum pernah bercerita tentang putraku. Tapi padamu, aku bisa bercerita. Sepertinya kita cocok jadi teman–"
Emosi di hati Myungsoo rasanya ingin Ia luapkan. Ia ingin berteriak dan memaki pria di hadapannya. Bagaimana bisa Ia berkata seperti itu. Apa selama ini dia tidak pernah mengingat Myungsoo dan sudah menguburnya untuk selamanya. Hati Myungsoo benar benar hancur sekarang. Tapi, Ia tidak boleh mundur dan terlihat sedih. Ia harus tetap kuat demi ibu dan semua orang yang terluka. Dan membalaskan dendamnya.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak berniat bertanya tentang putraku. Atau kau sudah tahu sejarah tentangnya. Tetapi, Ratu Hong bilang sejarahnya sudah di hapuskan dan–"
"Maafkan saya, Yang Mulia Raja. Saya pamit permisi. Saya akan pertimbangkan tawaran anda karena itu sebuah penawaran bagus untuk orang rendahan seperti saya. Maaf, saya harus kembali. Terima kasih, telah memanggil saya" Myungsoo membungkuk hormat. Kemudian berjalan mundur dan membalikkan badan meninggalkan pria yang menatap sedih punggungnya yang mulai menjauh
Myungsoo kembali memasang maskernya dan berjalan melewati semu orang yang menatap aneh kepadanya. Ia tidak peduli. Ia sudh sangat terluka sekarang. Bukan itu yang ingin Ia dengar. Tetapi kenap harus...
Ia melompati dinding pembatas dan lebih memilih pergi ke luar Istana. Tempat yang paling nyaman untuk Ia kunjungi adalah Gua. Yang berada di kaki gunung yang menghubungkan air terjun di sana. Tempat dimana Ia menangis sendirian selama 17 tahun. Tempat yang sudah seperti rumah untuknya.
Tidak memakan waktu lama pemuda tinggi nan tampan itu sudah berada di tempat itu. Ia menghela nafas dan mencoba memejamkan mata. Mencerna segalanya. Ia bukan sesuatu yang berharga lagi untuk ayahnya. Ia sudah di buang dan kini Jongin adalah Putra yang di kenal di kerajaan sehingga dia di angkat sebagai Putra Mahkota.
"Aaarrrggghhh!!!! Waeyeo? Wae Ahbeoji! WAE? Waeyeo?" suara yang awalnya pelan kemudian berteriak itu menggema di sana. Ia duduk di atas pasir seraya mengusap kasar wajahnya. Ia tidak habis pikir takdir hidupnya sungguh miris. Apa sebaiknya Ia berhenti saja dan tinggal di luar kota. Ia tidak sanggup melihat sang ayah yang begitu tega melupakannya. Ia tidak habis pikir bahwa sejarah tentangnya telah di hapuskan dan itu kemauan Ratu Hong
"Wae eomma? Apa salahku. Kenapa mereka melakukan ini padaku. Kenapa eomma? Aku tidak ingin kembali ke sana. Tetapi aku sudah memulainya. Eomma, bantu aku–" Air mata itu mengalir deras di wajah tampan itu. Membasahi permukaan kulit. Mata memerah. Dan Ia mengigit bibir bawahnya. Sementara tangannya terkepal dan memukul-mukul pasir tersebut.
"Myu–" Suara Sooji memelan. Ia mendekat pada pemuda yang terlihat begitu prustasi. Untuk pertama kali Ia melihat pemuda itu menangis. Apa dia sedang terluka di balik wajah dingin itu.
Ia mendekatkan tubuhnya dan menarik kepala pemuda itu untuk bersandar ke dadanya. Ia menepuk pelan pundak Myungsoo mencoba menenangkan pemuda itu
"Myu– aku tidak akan bertanya kenapa kau menangis? Kenapa kau terluka? Kenapa kau kacau dan prustasi. Tapi, aku hanya ingin satu hal. Jika kau mengalami semuanya datang padaku, dan bersandarlah padaku. Ku ingin jadi orang pertama yang tahu bahwa kau terluka. Jangan menyembunyikan apapun padaku, Myu. Aku akan terus bersamamu. Siapapun kau? Dan bagaimana pun kehidupanmu. Karena aku mencintaimu dengan tulus, Myu-myu.."
"...."
Myungsoo lebih memilih diam dan terisak di pelukan gadis itu. Dia melingkarkan tangannya di pinggan Sooji kemudian memeluknya dengan erar seolah menyampaikan bahwa Ia sangat terluka.
"Aku mencintaimu, Kim Myungsoo."
TBC~
Huhuhu, part ini gaje kan?
Aku nyempetin curicuri waktu buat ngetik.
Kasihan ide menari nari di kepala tapi gak di salurin. Takutnya ide hilang otak mentok
Oke, masih penasaran gak sih?
Atau ceritanya udah ngebosanin?
Nantikan terus yaa 'Voice'
Cerita munkin masih panjang (gambaran author yaa) tapi belum tahu juga sih..
Tinggalkan jejak yaa shayy
Klik vote kemudian isi kotak koment 👇
Kalau masih jadi pada siders aku ngambek nih
Haha
Sampai jumpa, readers yang setia menunggu~
Xoxoxo,