Ciao Adiós

By aes-thetics

37.4K 2.2K 714

Di dalam suatu hubungan, pasti ada saja masalah. Apalagi menjalin hubungan bersama Fachri! Cowok brengsek, da... More

Ciao Adiós
I - Ciao Adiós
II - Ciao Adiós
III - Ciao Adiós
IV - Ciao Adiós
V - Ciao Adiós
VI - Ciao Adiós
VII - Ciao Adiós
VIII - Ciao Adiós
IX - Ciao Adiós
X - Ciao Adiós
XI - Ciao Adiós
XII - Ciao Adiós
XIII - Ciao Adiós
XIV - Ciao Adiós
XV - Ciao Adiós
XVI - Ciao Adiós
XVII - Ciao Adiós
XVIII - Ciao Adiós
XX - Ciao Adiós
XXI - Ciao Adiós
XXII - Ciao Adiós
XXIII - Ciao Adiós
XXIV - Ciao Adiós
XXV - Ciao Adiós
XXVI - Ciao Adiós
XXVII - Ciao Adiós
XXVIII - Ciao Adiós
XXIX - Ciao Adiós
XXX - Ciao Adiós
XXXI - Ciao Adiós
XXXII - Ciao Adiós
XXXIII - Ciao Adiós
XXXIV - Ciao Adiós
XXXV - Ciao Adiós
XXXVI - Ciao Adiós
Fachri Zain Pradipto
Dino Mahardika
Athala Mandala Prasetyo Azhari
Vando Neida Abraham
XXXVII - Ciao Adiós
XXXVIII - Ciao Adiós
XXXIX - Ciao Adiós
XXXX - Ciao Adiós
XXXXI - Ciao Adiós
XXXXII - Ciao Adiós
Extra Part - Kesha

XIX - Ciao Adiós

610 44 4
By aes-thetics

Playlist:
Pergilau Kau - Sherina
Di repeat ya genkz lagunya❤️ di mulmed udah ada kok lagunya, biar ga ribet search di JOOX aja ya lagunya biar bisa di repeat.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Kalau aja bukan karena guru fisika gue tahu kalau gue sama teman sekelas nyontek pas ulangan, mungkin sekarang gue lagi makan pecel ayam ditambah es teh manis di kantin. Shit, kenapa bisa coba sampai ketahuan gitu? Padahal jawabannya udah gue salahin 2, tapiii.. ah, sudahlah. Berdiri menghadap tiang bendera dibawah terik sinar matahari siang tuh rasanya.. hhh, nyebelin!

Dan yang lebih nyebelinnya lagi kali ini adalah, tepat pada hari ini dan jam ini pula, kelasnya si lacoste busuk alias Fachri lagi olahraga! Lengkap sudah kesialan dihidup gue hari ini. Thank, god.

Gue cuman malas jadi bahan bercandaannya Fachri dan kawan-kawan, huft.

"Aduh, aduh, pusing.." ringisan kecil keluar dari mulut Sindy, disusul keluhan demi keluhan dari mulut teman-teman cewek gue. Kalau yang cowok sih, masih diem. Strongggggg!

"Kamu lagi ngapain disini? Di hukum, ya?" Gue tersentak kaget, Fachri berdiri disamping gue dengan wajahnya yang lagi nahan ketawa.

Gue nggak mau jawab, pokoknya masih marah! "Kok bisa dihukum kayak gini? Nakal sih kamu. Kepanasan, ya?" YA MENURUT LO? Siang-siang gini dijemur di lapangan, apa nggak panas?! Lebih panas lagi kalau liat dia sama Maudy. Huft.

Gue menatap Fachri bingung saat tangannya menutupi rambut gue, menghalangi sinar matahari ke rambut gue. So sweet..

Tapi, nggak! Nggak! Nggak! Gue nggak boleh luluh gitu aja!

Gue menghempaskan tangan Fachri dari rambut gue, dan langsung berpindah posisi dengan Sindy. Males banget. Gue masih mau marahan pokoknya. "Duh, Ri, kalau si Kesha nggak mau diromantisin, sini ke gue aja deh. Kayak tadi dong tangannya, rambut gue udah bau gosong nih." Sindy menarik tangan Fachri ke rambutnya.

IH APA-APAAN COBA?!

Gue manarik Sindy menjauh dari Fachri, "nggak usah genit jadi cowok! Sekarang Sindy mau kamu modusin juga, hah?!" Gue menatap Fachri heran.

"Apasih? Siapa juga yang mau modusin Sindy?" Fachri menggaruk tengkuknya, "kamu masih marah? Ini udah 3 hari lho, Sha? Masih kuat emangnya nyuekin aku? Nggak kangen, gitu?"

Ngapain kangen sama cowok yang belum tentu kangen balik sama gue!!! Tapi kangen banget. Mau peluk. :(

"Nih Ri, gue pinjem payung punya si Putri. Nanti lo aja yang balikin ya." Gina menyerahkan payung berwarna pink ke tangan Fachri.

"Gina, lo mau-mau aja disuruh sama dia sih! Ya ampun." Gina cuman nyengir, "kasihan banget lo berdua. Tapi gue ganti baju dulu ya, udah gerah banget nih. Fachri! Lo yang bener ya payungin princess lo, kasihan mukanya merah gitu."

Fachri langsung membuka payung tersebut, dan mengarahkannya ke atas kepala gue. Ahhh, akhirnya... Sindy mendorong tubuh gue pelan, agar dirinya bisa gabung dibawah payung yang ukurannya cuman cukup buat satu orang. Gue mengelap keringat di kening dan juga leher menggunakan tisu.

"Sini aku aja yang—" gue langsung melotot kearah Fachri, mau ngapain coba? Bantu elapin keringet gue? Hih, jangan harap!

Disaat teman-teman gue kepanasan, terus gue sama Sindy dipakein payung tuh rasanya.. nggak adil. Gue menengok ke arah kanan, "makasih payungnya, tapi mendingan kamu balikin aja ke Putri. Aku nggak enak sama anak-anak yang lain, mereka semua kepanasan, masa aku enggak?" Fachri tersenyum lebar, "tapi kamu kan juga kepanasan."

Eh? Kenapa tadi gue ngomong sama Fachri? Ckckck, Kesha! Kan lo lagi ngambek, masa lupa sih?!

Ah peduli monyet deh, "aku gapapa kok, kamu pergi aja sekarang, sebelum gurunya dateng. Nanti malah kamu yang kena omelan."

Fachri mengacak-acak rambut gue pelan.

Jangan luluh!

Jangan luluh!

Jangan luluh!

"Makanya jangan nakal. Aku balik ke anak-anak ya."

Setelah itu, Fachri bergabung lagi bersama teman kelasnya yang sedang bermain futsal.

"Lo udah nggak marah sama dia? Tapi yah, ya ampun, Sha... gue sih kalau jadi lo, dibawain payung sama ditadahin pake tangan dia ke rambut lo, fix sih gue langsung baikan. Gimana enggak, perhatian banget cui." Sindy mengatakannya dengan semangat.

Iya sih.. cuman.. "sayangnya yang berusaha nyari payungnya itu si Gina, bukan dia."

"Ya sama aja kali, intinya dia itu emang sayang sama lo!" Sindy menunjuk Fachri, gue mendengus. Kenapa sekarang Sindy malah ngebelain Fachri?

Gue menatap Fachri, "iya dia emang sayang sama gue, cuman sayangnya dia ke gue, sayangnya aja udah dibagi-bagi ke semua cewek!" Sindy langsung ketawa mendengar ucapan yang keluar dari mulut gue.

"Anak-anak! Kembali lagi ke kelas, hukuman kalian sudah selesai. Kalian boleh istirahat!"

Akhirnya!!!

Gue berjalan lemas berbarengan bersama Sindy yang juga kayaknya udah lemes banget, "woi, kak." Gue sama Sindy langsung menengok ke arah sumber suara, ternyata si Rillo.

"Eh Rillo." Sahut Sindy lemas, Rillo menghampiri gue dan juga Sindy. "Gue punya es teh, mau?" Tangan gue refleks mengambil 1 gelas es teh manis dari tangan Rillo. Tahu banget kalau gue lagi haus gini, si perhatian.

Sindy meneguk habis es teh gelas tersebut, gue yang melihatnya cuman bisa menganga. Bisa banget ngabisin es teh manis satu gelas gitu dalam beberapa detik. Hebat!

"Woaaa, cepet banget habisnya. Mau lagi?" Sindy menggeleng, "udah, makasih." Sindy tersenyum tipis.

Baru aja mau minum es tehnya pakai sedotan, tiba-tiba es teh tersebut udah berpindah tangan. Gue melirik siapa yang udah berani-beraninya ambil es teh gue!!!

FACHRI!!!

ES TEH GUE KENAPA MALAH DI HABISIN?!

Sampai detik ini, gue masih kaget. "Makasih sayang es tehnya, seger." Ucapan Fachri sukses membuat gue jengkel! Gue mendengus pelan, sebelum pergi meninggalkan Sindy, Rillo dan juga si ngeselin Fachri.

Fachri mensejajarkan langkahnya dengan langkah gue dengan cengirannya, "yah, jangan ngambek lagi dong, kan tadi kita udah baikan." Rayunya.

Sorry ya, nggak berhasil!

"Lagian kamu juga, kalau dikasih apa-apa sama cowok lain kenapa langsung diterima gitu aja? Kamu itu pacar aku! Nanti kalau anak-anak sekolah ngiranya kamu ada apa-apa sama Rillo, gimana?"

Gue berhenti berjalan, langsung menatap Fachri yang juga lagi natap gue. "Terus kalau aku pacar kamu, aku nggak boleh terima niat baik orang yang perhatian sama aku, gitu?" Fachri mengangguk.

"Jahat ya kamu." Fachri membulatkan matanya, "jahat kenapa sih, Sha?" Kayaknya Fachri nggak terima kalau gue bilang jahat. Ya emang jahat!

"Jahat kenapa? Kamu tanya sekarang, kamu jahat kenapa?!" Sumpah ya, gue udah nggak tahu lagi jalan pikiran Fachri kayak gimana. Dia ternyata nggak sadar-sadar kalau ternyata selama ini kebanyakan dari sikapnya dia itu jahat semua ke gue!

"Pikir sendiri! Atau perlu sekalian tanya ke Maudy, tanya sama dia, kamu jahat kenapa!"

"Kok nyambung-nyambung ke Maudy, sih?"

Tolong banget, "ya karena Maudy ada hubungannya sama kamu! Please, jangan tanya kenapa, oke? Kamu pasti ngerti. Kalau kamu nggak ngerti, berarti kamu bego."

"Karena Maudy mantan aku?"

YA TUHAN...

"Mantan terindah, kan?" Tanya gue sarkas, Fachri berdecak. "Gini ya, aku jelasin—"

"Mau jelasin apa lagi? Mau jelasin kejadian di bioskop tempo hari? Atau mau ngejelasin kalau kamu anterin Maudy sampe rumahnya waktu jenguk Vando? Apa lagi, hah? Aku udah tahu semuanya. Kamu yang ajak Maudy nonton bareng sama kamu disaat kamu lagi bareng sama aku, bisa-bisanya kamu ngelakuin hal itu di depan aku, Ri. Jalan pikiran kamu gimama sih waktu itu, hah?"

"Oke. Iya, aku yang ajak Maudy. Tapi itu juga Maudy yang duluan bales status whatsapp aku yang foto tiket FF7, Sha. Dia bilang dia mau nonton film itu, demi tuhan aku nggak ada niatan buat yang macem-macem sama Maudy di belakng kamu. Masalah Vando, bukan aku yang anter pulang Maudy!"

Demi tuhan? Tuhan yang mana? Seenaknya aja bilang demi tuhan, kalau ternyata dia bohong, kualat nanti!

Gue menatap Fachri dengan senyuman ejekan, "bukan kamu yang anter Maudy pulang? Aku nggak yakin, mana tega sih kamu biarin Maudy pulang bareng cowok lain! Secara kan Maudy mantan terindah kamu." Gue menekan kata 'mantan terindah' dalam ucapan gue.

"Nggak ada mantan yang indah dihidup aku, asal kamu tahu." Mimik wajah Fachri berubah, kayaknya dia ikutan emosi juga deh. Oh, bagus deh. Biar berantem lagi aja sekalian!

"Kalau gitu, mulai sekarang jauhin Maudy." Gue menatap Fachri menantang, "jauhin Maudy. Jangan respon semua yang dia lakuin ke kamu."

"Kenapa diem? Nggak sanggup?" Lanjut gue ngeselin. Iya gue tahu kok, gue emang ngeselin. Tapi Maudy jauh-jauh lebih ngeselin.

"Kenapa aku harus ngejauhin Maudy?!" Fachri menaikkan intonasi suaranya, gue mundur sedikit. Kaget.

Ya karena Maudy masih suka sama lo, Fachri! Karena Maudy mantan lo! Karena Maudy perempuan perusak hubungan orang! Karena Maudy.. Akh, ngeselin banget sih punya pacar kayak Fachri. Batin terus!

"Ya kalau aku minta kamu jauhin teman-teman tongkrongan kamu, pasti kamu nggak pernah mau! Tapi ternyata kamu emang nggak akan pernah mau juga kalau aku suruh buat ngejauhin Maudy, karena Maudy masih special, kan?"

Please, jangan nangis...

Fachri cuman diem, dia bisu atau gimana?! "Aku capek, Ri. Aku sebenarnya nggak akan mempermasalahkan Maudy kalau tatapan kamu ke dia itu persis kayak kamu lagi tatap mata aku." Sentak gue.

"Kamu salah paham, oke? Aku nggak ada perasaan apa-apa lagi sama Maudy! Kita cuman sebagai teman, nggak lebih. Kesha, nggak ada hal yang harus kamu cemburuin dari Maudy, karena sekarang cuman kamu yang aku sayang."

Mau nangis.

"Gimana bisa aku percaya sama kamu kalau kamunya aja kayak gini?! Berkali-kali aku yakinin diri aku sendiri buat percaya sama kamu, tapi kamu selalu buat aku ragu lagi sama kepercayaan yang udah aku pegang buat kamu!"

"I feel like this relationship is so one sided and I'm so fucking tired of this relation-shit."

Gue menatap Fachri lurus, "in one moment, I fell in love with you, and in another moment, I had enough."

"Aku pikir, kita berdua harus take a break di dalam hubungan ini. I just need my space." Gue berjalan meninggalkan Fachri yang memelas,

"Nggak ada break-breakan, Sha! Kita bisa selesaian ini sekarang, kamu cuman salah paham!" Fachri menahan tangan gue.

"Kamu tahu? Apa yang lebih menyakitkan dari cinta bertepuk sebelah tangan? When you think you're important to someone, and your not."

"Kamu kenapa sih?" Fachri menghembuskan napas panjang. Dia masih tanya gue kenapa? "Kamu kenapa mikir kayak gitu?"

Gue CAPEK!

Capek sama semuanya!

Mending kasih tahu alasannya aja deh, biar Fachri ngerti!

"Flirting while in a relationship is highly disrespectful and while it may seem harmless. It can be very hurtful to the person that loves you, like me." Gue manarik napas panjang, "kalau nggak ngerti artinya, translatein sendiri aja." Gue melepaskan genggaman tangan Fachri.

"Sha?" Panggil Fachri dengan nada khawatir.

"Kesha.."

"Sayang.."

Sayang? Yakin, tuh?

Sayangnya buat Maudy kali, bukan buat gue. Hehehe.

Disaat Navia udah gue hempas jauh, eh dateng lagi satu dedemit baru. Kapan berakhirnya, siiihhhh? Gue capek!

Gue berhenti melangkah, lalu berbalik ke arah Fachri. "Jawab jujur! Yang anter Maudy pulang kerumahnya kamu atau Dino?!" Gue menunjuk dada Fachri.

"Sha.."

"Tinggal jawab jujur apa susahnya, sih? Aku cuman tanya. Kamu atau Dino?"

"Aku. Aku yang anter. Puas?"

See? Gue udah tahu banget pasti Dino sama Fachri udah kongkalingkong di belakang gue! Sialan, Dino!

"Puas? Banget. Ternyata bener semua yang aku pikirin tentang kamu. Nggak usah lagi minta maaf minta maaf segala, kuping aku bosen denger kamu minta maaf terus! Sekali lagi kamu bilang maaf, nggak akan aku maafin!"

Dan, gue butuh waktu buat nentuin keputusan hubungan gue buat kedepannya; stay or leave.

🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋

Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu.

Continue Reading

You'll Also Like

118K 3.6K 22
apakah kalian pernah menyukai sahabat kalian sendiri??? jika yaa, berarti kalian sama sepertiku. aku telah menyukainya selama hampir 5 tahun. Dilon...
47.9K 4K 21
Bagaimana jadinya ketika kita bertransmigrasi kedalam novel favorit tapi kita hanya menjadi tokoh figuran saja! Inilah kisah tiga orang gadis yang be...
217K 11.5K 24
Ale dan Gita adalah contoh sempurna dari Relationship Goal bagi semua murid di Karya Bangsa International School. Sama-sama memiliki fisik dan latar...
1.5M 46.5K 60
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...