NOWHERE

By Mr_AxBy

43 0 0

Ravid Ivander Seorang remaja berumur 17 tahun yang biasa-biasa saja. Badannya tidak terlalu tinggi, rambutnya... More

Where I End, and You Begin
Introduction

Who am I?

12 0 0
By Mr_AxBy

Hari itu, aku terbangun.
Dimana ini?
Kasurku tidak sekecil ini.
Ugh, kepalaku...
Rasanya seperti habis dihantam oleh batu yang luar biasa besar...
Huek, perutku juga rasanya tidak enak.
Tidak tahan dengan rasa mual itu, aku berjalan cepat menuju kamar mandi.
Aneh, padahal aku tidak tahu tempat ini. Namun, kenapa aku tahu dimana letak kamar mandi?
Terlalu pusing untuk memikirkannya, aku terus berjalan.
Tanpa sengaja, aku melewati cermin.
Dan aku langsung mengeluarkan isi perutku saat itu juga.

***

Aku mengusap mataku yang memerah.

Haha, memalukan sekali. Walaupun aku tidak terlalu melihatnya, tapi aku yakin banyak sekali orang-orang yang menatapku dengan pandangan aneh saat aku berjalan menuju rumah.

Rumah yang kecil. Rumah yang dingin. Rumah yang tidak ada kehangatan orang tua. Dan rumah yang bukan rumahku. Lagi-lagi aku tertawa miris dengan kenyataan itu.

Kepalaku masih terasa sakit. Sekelebat ingatan-ingatan yang aku bahkan tidak tahu milik siapa terus bermunculan. Terkadang ingatan itu bahagia, membuat sekujur badanku terasa ringan. Namun, terkadang ingatan itu sangat menyedihkan sampai membuatku menangis. Namun, diantara semua ingatan itu, yang paling menyakitkan membuatku tidak bisa bergerak.

Aku berdiri di depan pintu rumah, dengan kepala berdenyut-denyut menyakitkan, aku mengeluarkan kunci. Namun, aku tertegun.

Aku menajamkan telingaku dan mendengar sesuatu. Dari dalam rumah terdengar suara nyanyian seorang perempuan.

Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Aku yakin sudah mengunci pintu rumah sebelum ini.

Dengan gerakan cepat aku memutar kunci dan membuka pintu lebar-lebar.

Gadis itu berdiri disana dengan tenang. Malah dia tersenyum. Rasanya seperti dia memang benar-benar menantiku disana.

"Who the hell are you?"tanyaku cepat.

Gadis itu mengangkat alisnya dan tersenyum lebar. Ia menyibakkan rambut panjangnya dan berjalan ke arahku. Tubuhnya jauh lebih kecil daripada tubuhku. Bahkan aku yakin, dia juga lebih kecil daripada tubuh asliku.

"Aku yakin kita sudah bertemu beberapa menit yang lalu"ucapnya dengan senyuman.

Dahiku berkerut, "kapan...? Oh....".

Ya, aku ingat. Dia gadis di pemakaman tadi.

Gadis itu kembali tersenyum. Senyuman di bibir kecil gadis itu seperti menyimpan sejuta makna. Tapi dari matanya, aku bisa tahu. Dia menatapku dengan tatapan sedih. Seakan paham akan penderitaanku.

"Kau tau..."gadis itu memulai pembicaraan.

"Aku menemukan ini di dekat kulkas" Ia memberikan secarik kertas yang dilipat dengan buru-buru sehingga berbentuk tidak simetris. Aku menerimanya dengan perasaan aneh.

Aku membukanya dan membelalak kaget. Tulisan tangan ini.. tulisan tangan yang sangat kukenal beberapa bulan ini.

Tulisan tangan Abel...

Aku mengangkat wajah dari kertas itu dan menatap gadis yang sedang melihat-lihat rumah itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ba..bagaimana bisa ada..?"

Gadis itu mengangkat bahu, "aku tidak tahu, bukankah kau yang selama ini tinggal disini?".

Aku terdiam. Memang benar selama beberapa hari aku tinggal disini, tapi tidak sekalipun aku menemukan kertas ini.

Kembali kutatap kertas lecek itu. Aku membacanya dengan hati-hati.

Rav, maafkan aku.

Aku yakin kamu pasti sangat sangat marah padaku. Atau malah mungkin kamu benci padaku.

Tapi, aku benar-benar tidak tahan lagi. Kamu akan paham bagaimana perasaanku.

Mulai sekarang gunakan nama Abel Archibald. Maafkan aku sudah merenggut hidupmu sebagai Ravid.

Mulai sekarang, hidupmu akan lebih susah. Tapi, sungguh, aku benar-benar berharap hidupmu lebih baik daripada aku.

Terima kasih sudah menjadi temanku.

Anne Thomphson

Aku tercengang.

Jujur aku tercengang.

Perlu waktu beberapa menit untukku mencerna informasi ini. Tulisan tangan yang kecil dan rapi dengan banyak bekas hapusan yang dihapus dengan buru-buru itu benar tulisan Abel.

Aku tau ada yang aneh dengan Abel selama ini. Tapi, tidak kusangka...

Aku bingung apakah aku harus kaget karna kenyataan itu atau marah karna dia membuatku sama seperti dia.

"Tunggu,.. ini saja? Tidak ada informasi lain?"tanyaku tidak percaya. Ini tidak mungkin.

Gadis itu mengangkat bahu dengan wajah tidak peduli.

Aku marah. Ingin rasanya aku mencekik leher gadis ini. Tapi kutahan kuat-kuat hasrat mencekikku itu. Dia tidak salah. Dia memang benar-benar tidak tahu. Seharusnya aku tidak melampiaskan kepada gadis ini.

Aku menghembuskan napas perlahan. Ku tatap sekali lagi, kertas itu.

"Jadi... apa yang mau kau lakukan sekarang?"tanya gadis itu. Aku terlonjak kaget. Tiba-tiba ia sudah berdiri di hadapanku.

Aku menggeleng dan tersenyum miris, "aku.. tidak tau".

Gadis itu tersenyum lebar.

"Kau mau ikut dengan kami?".

Aku menatapnya aneh, "apa maksudmu dengan 'kami'?".

Gadis itu menatapku dengan tatapan malas, "sudahlah, jawab saja dulu pertanyaanku".

Aku memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia memang terlihat lebih 'terawat' daripada aku. Pakaiannya pun tergolong bagus.

"Apa keuntungannya kalau aku ikut denganmu?"tanyaku akhirnya.

Lagi-lagi gadis itu tersenyum, "Kau akan mendapatkan rumah" ia tersenyum puas.

"Selebihnya akan kukatakan kalau kau mau ikut dengan kami"tegasnya.

Bagaimana ini? Aku tidak ingin ikut dengan orang mencurigakan seperti dia. Tapi, aku sendiri tidak punya tujuan lain. Apakah setelah memiliki pekerjaan aku bisa lari darinya? Benar, mungkin aku hanya harus berada bersamanya selama beberapa hari. Setelah itu aku akan mencari pekerjaan dan membeli rumah sendiri.

"Jadi, bagaimana??"tanya gadis itu tidak sabar. Dia terus menerus melirik jam tangannya.

"Baiklah,... tapi dengan satu syarat"jawabku akhirnya.

Gadis itu menatapku malas, "selalu begitu... sebutkan saja".

"Aku boleh mencari pekerjaan sendirikan??".

Gadis itu menahan tawanya, "hihi, tidak usah khawatir... kau sudah mendapat pekerjaan".

Lalu, gadis itu menarik tanganku keluar dari kamar.

***

Aku terdiam menatap pemandangan di luar kaca mobil yang perlahan berubah. Bangunan-bangunan semakin jarang terlihat. Yang ada hanya tanah gersang, rumah-rumah tua, dan bangunan-bangunan bobrok yang sudah habis dimakan waktu.

Setelah menarik tanganku, gadis itu membawaku ke dalam sebuah mobil van hitam. Merasa yakin sudah aman, gadis itu memperkenalkan dirinya padaku. Namanya Seraphina. Tidak ada nama belakang. Karna 'ketua' yang memberikannya nama itu.

Siapa 'ketua' itu?

Aku bahkan tidak tahu. Yang kutahu, sesuai namanya, dia adalah ketua dari 'perkumpulan-entah-apa' ini. Dan dari cara Seraphina mengatakannya, sepertinya dia adalah laki-laki yang sangat hebat. Aku bahkan tidak berani membayangkan wajahnya.

Yang tidak kusangka adalah gadis ini ternyata lumayan asik diajak berbicara. Walaupun kadang-kadang dia menatapku seolah aku ini orang aneh, tapi menurutku dia baik.

Dia memperkenalkan sang pengemudi yang ternyata bernama Bert, Bertrand. Laki-laki berkulit hitam yang berperawakan tinggi besar dan macho itu melambai ke belakang dan tersenyum ramah saat disebut namanya. Aku tidak tahu bagaimana kepribadiannya, tapi sepertinya dia orang yang baik. Kata Seraphina, Bert tidak terlalu bisa berbicara. Entah apa maksudnya itu.

"Sebentar lagi kita sampai"ucap Seraphina.

Aku tertegun. Saat ini lingkungan di sekitar kami terlihat sangat kumuh. Apakah dia yakin ini tempat yang tepat?

"Jangan khawatir, sebenarnya kami memiliki banyak tempat. Tapi, disini...".

Mobil van hitam itu perlahan-lahan berhenti di depan sebuah bangunan terbesar di tempat itu.

"Markas utama kami"

***

Continue Reading

You'll Also Like

511K 61.7K 65
Ketika Ji Ye sekarat dan hampir mati, ia menyadari bahwa semua usaha dan pengorbanannya selama ini tidaklah berarti bagi keluarganya. Keluarga ini se...
1.5M 131K 34
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
898K 60.3K 41
β€’β€’Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...
1.3M 77.8K 46
[Terbit: Pre-Order. Tersedia di Shopee: @shop.nawalara] Kematian nyatanya bukanlah akhir. Itu adalah titik awal untuk kehidupan baru Aileen. Kematian...