.
Dipagi hari terlihat ten masih bergelung dalam selimutnya. Matanya sangat berat untuk ia buka.
Sebuah tangan yang sedang melingkar dipinggang rampingnya membuat ten harus menoleh kesamping ketika sang empunya tangan mengeratkan lingkarannya.
Pemandangan pertama yang ten lihat adalah bagaimana wajah tampan yukhei yang menghiasi paginya dengan kedua mata yang masih tertutup rapat serta deru nafas yukhei yang menerpa leher sensitifnya saat yukhei mengendus leher ten.
Ten sebenarnya tau jika yukhei tidak benar-benar masih tertidur karna saat ini yukhei sedang mengelus dengan lembut tangan ten.
Ten mengangkat tangan kanan yukhei yang sedang mengelus tangannya lalu membalikkan tubuh mungil miliknya untuk menghadap yukhei.
Yukhei masih memejamkan matanya karna kantuk yang masih menguasai dirinya.
"Lucas bangun" Ten menepuk pipi yukhei dengan pelan.
"Hm" Yukhei membawa ten kedalam pelukannya kembali dengan gumaman yang tidak jelas.
Ten tersenyum tipis atas tingkah yukhei yang tidak pernah berubah dari dulu, selalu susah jika untuk dibangunkan.
Ten membalas pelukan yukhei lalu membenamkan wajahnya didada bidang milik yukhei dan kembali mengarungi mimpi bersama yukhei.
. . . .
. . . .
Tidak ada satu katapun yang dapat menggambarkan bagaimana keadaan taeyong saat ini. Taeyong terlalu bingung dengan hatinya yang terus-terusan menyebutkan nama ten dalam diam.
Apa yang terjadi padanya? Setau taeyong dia hanya membenci ten sehingga hatinya selalu mengatakan ten sedangkan saat ini dengan jelas bahwa yeri berada bersama.
Ada apa denganmu taeyong?!
Yeri melihat taeyong yang sangat kacau semenjak kejadian kemarin saat taeyong mengusir ten dari mobilnya.
Yeri merasakan ada yang aneh dengan taeyong.
Apakah taeyong mengkhawatirkan ten? Karna sejak kejadian itu ten tidak pulang kerumah sampai saat ini.
Memang hanya selang satu hari ten meninggalkan rumah tapi itu membuat taeyong jadi tidak fokus kepada dirinya.
Semua itu membuat yeri merasa kesal. Yeri berdoa agar ten tidak kembali untuk selamanya saja.
. . . .
. . . .
"Apa kau melihat ten?" Tatapan tajam menusuk dari taeyong membuat wanita yang sedang ia tanya menggelengkan kepalanya dengan takut.
"Sial" Desisan taeyong dan kepalan tangannya membuat keadaan koridor kampus menjadi hening.
Emosi yang taeyong tahan seolah-olah membuat semua orang yang berada disana menjadi diam seolah jika mereka berbicara sekatapun maka taeyong akan menghajarnya.
Taeyong sudah mencoba menghubungi ten namun ponsel ten tidak aktif.
Kemana bocah sialan itu? Taeyong menggertakkan giginya.
Taeyong tau kalau dalam seminggu ten memiliki jadwal ngampus 3 hari dan sudah 2 hari ini taeyong tidak menemukan ten di sekitar kampus.
Taeyong sudah mencoba mendatangi kelas ten namun teman satu fakultasnya memberitahukan bahwa ten sudah 2 hari tidak mengikuti pembelajaran dikampus.
Taeyong mengedarkan pandangannya dengan kedua tangan yang mencengkram rambutnya seperti orang yang sedang frustasi.
Dalam lamunannya taeyong melihat jaehyun. Apakah taeyong harus bertanya kepada jaehyun?
. . . .
. . . .
"Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang ten?!" Nada suara yang jaehyun tunjukkan sangat tidak bersahabat dengan taeyong dan taeyong bukan orang bodoh yang tidak menyadari hal itu.
"Aku hanya bertanya. kenapa kau marah?" Taeyong masih mencoba menahan dirinya untuk tidak tersulut emosi.
"Jangan pernah sekalipun bertanya tentang ten kepadaku karna aku tidak akan memberitahumu. Aku peringatkan ini yang terakhir kalinya kau bertanya tentang ten kepadaku."
Jaehyun ingin meninggalkan taeyong namun sebuah pengakuan dari taeyong mengurungkan niatnya.
"Aku mengusir ten dari mobilku. Semenjak itu aku tidak melihat ten dimana pun dan tidak bisa menghubu—"
"Brengsek!!!" Tubuh taeyong oleng karna pukulan yang jaehyun layangkan kepadanya.
Jaehyun marah kepada sifat brengsek taeyong. Harusnya jaehyun memukul taeyong berkali-kali hingga membuat malaikat maut untuk menjemput taeyong.
Tapi niat jahat jaehyun terhenti saat seseorang mendorong tubuhnya sehingga menjauh dari taeyong.
Johnny pelaku orang yang mendorongnya.
Jaehyun menatap johnny nyalang seolah berkata 'jika kau ikut campur maka aku akan mematahkan lehermu'
"Ada masalah apa kau dengan taeyong bro?" Johnny membantu taeyong untuk berdiri.
"Cihhh..." Jaehyun membuang air liurnya tepat dihadapan taeyong.
"Tanyakan saja kepada pria brengsek itu" Jaehyun langsung pergi meninggalkan taeyong dan johnny dengan amarah yang meledak.
. . . .
. . . .
"Wow! Kau pantas mendapatkannya" Johnny bertepuk tangan setelah mendengarkan cerita taeyong.
"Asal kau tau. Luka diwajahmu itu tidak sebanding dengan luka dihati ten. Kau terlalu banyak menyakitinya mr.lee"
Masa bodo dengan ceramah yang johnny lontarkan. Saat ini taeyong hanya ingin tidur dengan damai tanpa ada beban didalam pikirannya.
Johnny menggelengkan kepalanya melihat taeyong yang tidak peduli dengan omongannya.
"Mr.lee kau boleh saja tidak peduli dengan perkataanku tapi jangan menyesal jika suatu saat kau akan membernarkan semua perkataanku ini"
Johnny berisik. Taeyong yang berbaring miring dikasur empuk milik johnny langsung menyumpal telinganya dengan bantal besar.
Ngomong-ngomong taeyong sengaja menginap dirumah johnny karna taeyong tau yeri akan datang kerumahnya dan mengganggunya entah memintanya untuk menemani belanja atau sekedar berjalan-jalan.
Terkadang taeyong merasa kesal dengan wanita repot seperti yeri.
. . . .
. . . .
Ten dan yukhei sedang berada dalam sebuah restoran dengan nuansa prancis yang sangat kental.
Yukhei mengangkat tangannya untuk memanggil waiter, namun ten merasa bingung karena yang datang bukan seorang waiter melainkan seseorang pria paruh baya dengan setelan jas.
Bolehkah ten menebaknya? Pria paruh baya dengan setelan jas ini pasti mananger direstoran ini.
"Selamat malam tuan yukhei dan tuan ten. Saya sudah merekomendasikan makanan terbaik malam ini." Ten kedapatan melongo dipandangan yukhei.
Pasti ten bingung, pikir yukhei.
"Baik, tolong bawakan kesini."
Yukhei mengangkat sebelah alisnya melihat ten menatapnya dengan lekat.
"Kenapa?"
"Kenapa dia tau namaku?" Wajah serius yang ten tunjukan membuat yukhei terkekeh.
"Ini restoran milik ayahku ten."
What the hell?!
Kenapa ten baru mengetahuinya?!
"Kau lupa? Sebelum kau pergi kekorea aku pernah mengatakan datanglah kerestoran wang's dan sebutkan namamu maka kau akan mendapatkan gratisan."
Ah iya! Setalah diingat-inget pada saat itu yukhei memang pernah mengatakannya.
Ten kira yukhei hanya bercanda untuk menghiburnya.
"Jadi perkataanmu yang dulu itu benar?"
Kekehan yukhei terdengar kembali ditelinga ten.
"Kau kira aku berbohong hm?"
"Iya" Jawaban serta anggukan polos yang ten lakukan membuat yukhei mencubit hidung bangir milik ten.
"Aku kira kau hanya ingin menghiburku waktu itu"
"Ckck... Makanya jangan mengambil keputusan begitu saja."
"Mana aku tau kalau kau berkata jujur tentang itu wleee" Ten menjulurkan lidahnya.
"Jadi ten, kau tidak pernah datang kesini?"
"Tidak. Sama sekali tidak pernah."
"Jahat sekali. Mengingat kau yang suka gratisan aku sengaja memberi instruksi kalau orang yang bernama ten datang kemari maka beri harga gratis."
"Kau yang terbaik lucas! Mulai saat ini aku akan sering datang kemari."
"Ya, karna kau sudah mengetahuinya." Kini gantian ten yang terkekeh mendengar nada jengkel dari suara yukhei.
"Datang kesini bersama dengan teman-temanku sepertinya lebih baik. Iyakan?" Ten tersenyum miring.
"Siapa takut" Yukhei menyanggupi omongan ten.
. . . .
. . . .
Hari ini sudah terhitung 4 hari ten tidak masuk kuliah. Semenjak hari dimana taeyong mengusirnya dari mobil, sampai saat ini ten belum mengaktifkan ponselnya dan bahkan ten belum sempat menghubungi jaehyun untuk sekedar memberitahukan keadaannya agar jaehyun tidak khawatir.
Ten sedang mengistirahatkan tubuhnya di salah satu kursi cafe paling pojok. Saat ini ara sedang menggantikan pekerjaan ten karna mereka sering bertukar kerja untuk saling mengisi tenaga masing-masing. Ara yang bekerja dan ten yang beristirahat, begitu sebaliknya.
'Tring'
Suara bel pintu cafe terbuka menandakan ada pengunjung yang datang.
Ten melihat pengunjung yang datang adalah seorang pasangan yang saling bergenggaman tangan.
Tapi tunggu....
Ten seperti mengenal wanita itu.
Bukankah itu yeri?
Lalu siapa pria itu?
Kenapa pria lain yang bersama yeri?
Mengapa bukan taeyong?
—TBC
Hayo q bingung mau bacot apa.
Voment jsy
Maaf kalo ada typo heuheu
Btw aku miss ten verisomay.