K E N Y A (REVISI MENYELURUH)

By DianaSariDewi26

201K 3.4K 126

DON'T FORGET! Like and komen More

1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

4

8.4K 196 4
By DianaSariDewi26

HAPY READING!
VOTE & KOMENTAR NYA GUYS!


4. NAAS

Setelah mengeluarkan motor dan memasang Helm, Anya memberikan senyuman hangat saat berpapasan dengan beberapa perempuan teman kelasnya yang belum ia kenal betul. Giginya yang terlihat ginsul kala ia tersenyum membuat Anya makin kelihatan manis.

Selama menempuh perjalanan hampir sepuluh menitan dari sekolah. Dahi wanita itu mengernyit bingung tak kala merasakan motornya ada yang aneh.

Masih berjalan tapi, Anya mengurangkan laju motornya perlahan. Kacau, makin terus dijalankan makin terasa mau lepas ban belakangnya. Bahkan, motornya saat ini tidak bisa dikendalikan dengan benar.

Merasa takut terjadi apa apa, wanita itu memilih turun terlebih dahulu sekedar memastikan. Saat melihat ban belakangnya yang sudah kempes bangat membuat Anya mendesah berat.

"YAH AMPUN!" Anya membuang nafas dan membuka helm karena merasakan panas. Setelah men standarin motor, Anya jongkok dan mendekat pada ban belakang. Saat dilihat ranjau paku yang menancap diban belakangnya membuat Anya kesal.

Ia mencabutnya dan membuang kearah yang tak mungkin orang kenai, Bagaimana ini? Anya melirik sekelilingnya sangat sepi, kenapa Ban nya harus bocor ditempat yang jarang orang lewat.

Sengaja Anya memilih jalur kampung agar terhindar macet. Tapi hal ini justru ia dapatkan!

Karena takut ada sesuatu yang bisa mengancamnya. Anya segera mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ya, ia harus menghubungi mamahnya untuk memberikan bantuan kesini. Anya sangat takut ada orang jahat yang sewaktu waktu bisa mengancam keselamatan nya saat ini.

Setelah menyari kontak dan mendial nomer sang Mamah. Sampai beberapa detik baru terhubung kesebrang sana.

"Halo Mahh?" Anya menunggu balasan.

"Iya dek, Kenapa?"

Anya mendesah, "INI LOH.. BAN AKU BOCOR!"

TUT TUT

"HALO MAH? HALO?"

Panggilan putus sepihak, Anya tak lagi mendengarkan suara sang Mamah saat melihat layarnya yang menghitam. Astaga! Ponselnya habis baterai.

"YAH AMPUN!"

Anya! Kenapa bisa sebodoh ini sampai lupa mengisi daya baterai saat malam hari. Sumpah demi tuhan! Anya ingin menangis kencang sekarang juga!

Tidak, bahkan mata wanita itu sudah mengembang dengan pandangan memburam. Harus sama siapa lagi ia meminta tolong astaga! Nyatanya selama Anya berdiam disini, belum ada yang lewat sama sekali. Entah motor atau mobil. Bahkan, semut rasanya juga tak ada yang melintas didekat Anya.

Sambil membasuh peluh, tanpa banyak yang ia fikirkan lagi, Anya memilih dorong motornya sampai menemukan bengkel motor. Tapi, sampai jarak yang sudah sejauh ini belum kelihatan ada tanda tanda tempat tersebut.

Keringat bercucuran ditambah terik matahari yang makin menyengat membuat Anya merasakan lemas disekujur tubuhnya. Kakinya sudah seperti Jely! benar benar tak bertenaga.

Harus menempuh jarak berapa lagi agar Anya lolos dari derita sesatnya sekarang. Saat melihat gubug dengan bangku panjang dipinggir jalan membuat Anya menepi.

Tubuhnya harus istirahat sejenak agar tidak ambruk sekarang. Anya sudah duduk dikursi panjang yang terlihat lusuh. Bahkan, Anya sangat menjamin, dua orang yang berduduk disini akan jatuh.

Untung saja tubuhnya yang ramping dapat mempermudah. Menenggak habis air minum yang tinggal setengah membuat Anya tak lagi merasakan haus untuk sekarang. Tidak tau untuk beberapa menit kedepan. Mudah mudahan ada warung untuk ia membeli minuman.

Merasa lebih bertenaga daripada sebelumnya. Wanita itu bangkit lagi, mengambil motornya dan mendorong kembali. Dengan nafas terengah engah, Anya terus mendorong dan berdoa semoga Tambal ban ada didekatnya.

TIN TIN

Bunyi kelakson dibelakangnya membuat Anya menoleh kesamping. Kedua Tangan nya masih setia bertengger pada stang Motornya.

"Kevinn." Anya mengerutkan Kening. Kevin sudah ada disampingnya. Pria itu baru saja membuka helmnya. Sewaktu berada dibelakang, Kevin mengenali seragam sekolahnya. Oleh karena itu ia membunyikan klakson.

"Rusak?" Kevin menaikan alisnya. Ingin bertanya banyak tapi ia urungkan. Pribadinya yang suka berbicara irit menghentikan keinginan bertanya lebih.

Anya mengangguk Lesu. "Ban nya Bocorr. Aku gak ketemu bengkel dari tadi." Katanya putus asa.

Mulut Kevin membeo sebagai respon. "Masih jauh gak si Bengkelnya?" Anya memastikan lagi. Ia sudah sangat letih, nyatanya berhenti sejenak tadi tak membuat energi Anya meningkat.

Kevin mengangguk, "1 kilometeran lagi."

Anya tersontak kaget mendengarnya, "Yahh. Jauh bangat." wanita itu cemberut.

"Terus gimana nih?'' Anya mencoba bertanya pada Kevin. Barangkali pria itu punya solusi.

"Apanya?"

"Motor aku Vinn?" Tanya Anya, namun Kevin hanya mengedikan bahu tak perduli. Benar benar raja tega seorang Kevin ini!

"Gak tau."

Anya mengedipkan mata sesaat. Otak didalamnya harus bekerja keras, Mencari ide agar ia bisa pulang sekarang juga.

"A- aku, boleh pinjem ponsel kamu Vin?" Anya bertanya. Sejujurnya ia takut mengutarakan nya. Tapi lebih takut lagi kalau ia tidak bisa pulang ke Rumahnya.

Kevin nampak berfikir sejenak. "Buat?"

"Nelfon lahh!" Anya menjawab tak nyelo membuat Kevin kaget.

Tadinya ingin memberi tapi diurungkan. Anya membuat Moodnya anjlok. "Nggak!" Putusnya cepat.

Anya mendesah. Menatapnya penuh harap agar Kevin memberikan belas kasih untuk meminjamkan. Kalau tidak kepepet Anya juga tak mungkin pinjam.

"Yahh. Aku mau telfon Mamah Vin." Anya menunduk, Matanya tiba tiba saja terasa panas. Bahkan buliran air matanya akan langsung terjatuh dalam satu Kedipan.

"Gausah Nangis." Kevin mengambil Ponselnya pada Kantung Jacket terdepan. Memberikan nya pada Anya.

"Ambil." Suruh Kevin cepat. Anya dengan ragu mengambilnya. Matanya memerah.

Ia buru buru mendial Nomer mamahnya. Dan memberitahukan bahwa Motornya Bocor. Orang suruhan Ayahnya Anya akan mengambil Motornya nanti.

"Makasih Vin.." Anya memberikan ponsel Kevin. Kemudian Wanita itu mengambil pecahan dua puluh ribu pada saku depan nya.

"Buat Apa?" Kevin tak mengerti, Anya mengasongkan uang itu kepadanya.

"Gantiin pulsa kamu yang tadi."

Kevin berdecak kesal. Ngapain juga harus diganti. Kevin sekali mengisi pulsa tak tanggung tanggung sampai Ratusan Ribu. "Gausah."

"Tapi Vinn--" Anya merasa tak enak kalau harus berhutang budi padanya. Walaupan hanya pulsa, tapi Anya tetap tak mau!

"Ribet Lo!" ketus Kevin. Anya memilih diam dan tak membalas lagi, takut Kevin akan marah.

Memutar kunci dan menyalakan mesin motor, Kevin siap untuk pergi setelah Helm membalut Kepalanya. "Naik." ujar Kevin mengajak.

"Apa Vin?" Anya takut pendengaran nya salah.

"Naik atau gue tinggal!"

"Eh jangannn.." Anya takut kalau harus sendirian disini. Tanpa banyak fikir, ia segera menuruti perintah Kevin barusan.

Dengan cangung Anya menaiki Motor Kevin. "Gausah peganggan gue." Kevin Bersura. Galak

"Iya! Eh Motor aku gimana?" Anya meringis melihat motornya yang takut tertinggal. Bisa saja hilang diambil orang.

"Aman!"

"Tapi Vin-''

"Rumah temen gue ada yang deket sini, dia udah jalan buat nungguin motor lo!" mendengar itu Anya menghela nafas lega. Kalau boleh ralat, Kevin baik untuk saat ini, walaupun sifat galaknya masih ada.

Kevin Mengendari Motor dengan Kencang, tanpa memikirkan Orang yang dibelakangnya. Anya hampir Mati ketakutan. Astaga, apakah Kevin pembalap?

🌻🌻🌻

Motor yang dikendarain Kevin melaju dengan sedikit kencang. Apalagi, jalanan yang senggang siang ini membuat Kevin seolah menguasai jalan. Melirik samping, sesekali Kevin melihat ekspresi wajah Anya yang terlihat menekuk. Entahlah, apa yang dipikirin wanita dibelakang.

Sampai pada perempatan jalan setelah lampu merah, Kevin bertanya pada Anya yang sibuk memerhatikan jalan. Wanita itu berpegang pada tas Kevin, seolah takut mengenai tubuh pria tersebut.

"Belok mana?" Tanya Kevin sedikit kencang. Agar Anya mendengar.

Otomatis yang merasa ditanya pun mencondongkan jarak nya kedepan,  Kevin dapat melihat dari dekat wajah Anya yang menurut nya sedikit Manis, Ingat hanya sedikit pikirnya.

"Ambil kanan Vin. Jalan Merbabu 1 lurus terus." ucap Anya.

Anya yang pandanganya bertemu dengan Kevin segera memundurkan kepala nya dengan cepat. Malu bercampur gerogi menjadi satu. Ia masih tak menyangka pulang sekolah akan diantarkan Kevin. Mengingat pagi, habis adu mulut.

Kembali ingat membuat Anya tersenyum tidak jelas. dia menormalkan ekspresi muka nya kembali seolah tak terjadi apa apa.

Sesampainya didepan rumah Anya, Kevin segera mematikan mesinya bersamaan dengan wanita itu turun dengan gerakan cepat. Untung saja tak jatuh. Anya! Kenapa ceroboh sekali hanya karena gugup sama Kevin!

"Mau mampir dulu gak Vin?" Anya menawarkan setengah gugup Ia bersuara.

Menggeleng singkat, Pria itu baru saja menolak ajakan dari Anya. Membuat Anya mendekat sedikit dan menatapnya.

"Kenapa?" Anya bertanya heran.

"Harus ada alasan?" balas Kevin tak kalah singkat. Anya gelagepan, benar! Untuk apa ia bertanya lagi pada Kevin.

Anya Bodoh!

Tersenyum getir, Anya berkata, "Yaudah kamu hati hati. Terima kasih Vin udah nolongin aku hari ini plus nganterin aku pulang." ucap Anya sedikit malu malu.

Kevin hanya membalas dengan anggukan saja kemudian dia menutup kaca helm dan pergi dari hadapan wanita itu segera. Membuat wanita itu menatap kepergian Kevin yang semakin menjauh sebelum masuk kedalam rumah.

Mengetuk pintu rumah dua kali, Wanita itu masuk setelah membuka pintu depan.

Assalamu'alaikum

Suara Anya yang menggema di ruang tamu membuat Lisa yang sedang menunggu sang putri pulang dengan rasa khawatir segera menghampiri

Waalaikumussalam

Lisa mengulurkan tangan nya yang hendak dicium oleh sang Putri.

"Kamu kesini naik apa dek?" Lisa bingung dengan kedatangan putrinya yang cepat.

Anya membuang nafas lelah, "Tadi dianterin sama temen, Mah." jawab Anya sambil membuka sepatunya dan menaruh tasnya di sofa.

"Terus Temen kamunya mana? Kok nggak diajak masuk sih?" tanya Lisa sambil melihat ke arah depan rumahnya mencari keberadaan temen Anya.

"Udah aku tawarin, tapi dia nolak." Jawab Anya sambil mengangkat kedua bahunya.

Lisa mengangguk, ''Oh gitu. Lain kali ajak main kesini dek." Lisa berkata.

Anya mengangguk, "Iya Mah kalo dia mau." jawabnya singkat.

"Yaudah sana kamu ganti baju dulu, entar habis itu makan. Mamah udah masakin masakan kesukaan kamu." Lisa menepuk pundak putrinya untuk segera menjalankan perintah.

Anya mengangguk sebagai jawaban, "Iya Mah, aku keatas dulu." Wanita itu segera meninggalkan tempatnya sekarang.


🌻🌻🌻


Melihat Kevin yang sudah memasuki pelataran Wartik, membuat Doni yang meroko segera berdiri. Sedari tadi, Doni sibuk menunggu Kevin yang jarang sekali ke Wartik akhir akhir ini.

"YANG DITUNGGU AKIR NYA NONGOL! YOE ABANG MARCELINO SIAP NERAKTIR TOH?" Doni menatap binar Kevin yang mulai turun dari motornya.

Setelah menayapa dan ber tos ria, Kevin duduk disebelah Doni yang sibuk memainkan batang rokonya.

"Panjang Umur lo Vin, kalo kata Nenek buyut gue, kalo orang lagi diomongin terus dateng, nah itu pertanda panjang umur." Jelas Ujang sambil mengunyah permen karet yang sudah tak ada rasanya.

"Amin." Kevin tersenyum tipis.

Kembali melirik Kevin, "Tumben lama? Biasanya cepet, apa ada tugas negara dulu?" tanya Doni memulai obrolanya sambil mematik ujung roko yang baru saja ditaro ke ujung mulutnya.

"Hmm." Kevin beringsut kesamping Ujang yang tidak merokok, mungkin belom menurutnya.

"Anak baru lumayan juga ya? Boleh ni jadi bahan percobaan." Ujar Steven dengan sebelah alis menaik seolah menantang jiwa playboynya.

Doni segera menoleh cepat, "Maksud lo, Anya?" tanya Doni bingung.

"Iyalah siapa lagi." katanya cepat. Kemudian tersenyum lebar.

Doni menautkan alis bingung, "Kok elo kenal si?"

Steven tertawa, "Gue gituloh." bangganya sambil menepuk dada.

Doni menatapnya tak suka, "Kesian coyy baru masuk, noh si Dini aja yang lebih semokan." Ide briliant baru saja keluar dari otak Doni.

Steven bergidik ngeri, "DIH SEMOK DARI HONGKONG! Paha enggak, perut belipet tiga! Apalagi bokongnya, HIDIH!" timpal Steven sambil membayangkan tubuh Dini.

"Hust! Gaboleh gitu." Ujang bersuara.

Doni ketawa, "GEBETAN NYA UJANG TUH! PARAH LO?!" kata Doni pada Steven membuat pria itu menatap Ujang segera.

"Maap Jang."

"Bacot!"

Kevin, pria bukanya tidak mau mengobrol atau sekedar menimpali omongan teman temanya yang barusan diutarakan. Tetapi sedari tadi Kevin memikirkan Tokoh Utama dalam perbincangan teman temannya tersebut.

Entah kenapa, ia tidak ingin Anya termasuk bahan percobaan dari Steven yang notabenenya sudah jelas menjadi playboy ulung di sekolah pelita Bangsa.

"Jangan! kasian bego! belom ada seminggu dia disekolah, gila lo!" Sahut Doni sambil melirikan matanya kearah Kevin. Pria itu hanya berdiam seperti tidak ada raganya saja.

"Bodo amat!" Steven ketawa nyebelin membuat Doni berdecih cepat.

"SOK GANTENG NAJIS!" cibir Doni.

"Emang faktanya. Buktinya gue laku. Hahah.." tawa Steven makin membuat Doni kesal.

Lagi lagi Doni membalas yang mampu membuat Steven terdiam. "Kevin yang gantengan aja nggak kayak lo! TENGIL BET!"

"Hahahah.. Jelas tuh, Kevin limitid edition. Barang langka, harus ekstra ketat jaganya biar nggak jatoh ditangan yang salah. Bukan begitu Abwang Kevin?" Ujang bertanya membuat Kevin ketawa.

"Kalo lo, jatohnya cowok murahan Steven! Sana sini embat! Ups!" Doni menutup mulutnya pura pura kaget. Membuat Steven makin kalah.

Kevin mengeluarkan handphone miliknya dari dalam kantong jaket levis yang ia lagi kenakan. Dan barulah muncul notif notif dari grup temen tongkrong nya prihal masalah cowok Wartik.

Berdiri, pria itu berkata. "Pok, tehnya yang dingin boleh deh satu." Kevin melangkahkan kakinya menuju cemilan cemilan kecil yang akan ia beli.

"Oke, siap babang tamvan." Sahut Po Odah yang memulai membikinkan pesanan Kevin. Dipanggil seperti itu membuat Kevin tertawa. Po odah suka lucu, jadi pengen di tampol pake jempol.

"Nih makan kuaci, daripada Gibah mulu." Kevin menyerahkan bungkusan kuaci serta kacang yang ia letakan dimeja temanya.

"Mana kenyang ginian." Doni mengangkat bungkusan kuaci ke udara sambil mengoyangkanya.

Kevin berdecak sebal, "Tinggal makan aja, ribet lo." sunggut Kevin senggit, Kevin menuju bangku samping Ujang dan duduk lagi.

"Tapi kalo gue perhatiin emang tuh cewek baru kayanya lugu lugu gimna gitu. Bikin gemes tae!" Steven mengulang topik yang barusan diperbincangkan seolah tidak ada hal yang lebih penting dari itu.

"MUKA LO YANG KEK TAI!" balas Doni cepat.

"BANGKE!" sahut Steven kesal.

Kevin hanya memperhatikan teman nya bicara tanpa ada niatan sedikitpun membalas obtion dari Steven.

"Iya emang dia cantik, tapi gue udah tep duluan itu buat gue." kata Ujang sambil membuka bungkusan kuaci.

"ENAK AJA, GUE DULUAN DUT!" sahut Steven senggit, melirikan mata tajamnya kearah Ujang.

"MUKA LO YANG MIRIP KUPROY, MANA MAO DIA?" Ujang mencibir.

"BODO!" balanya tak kalah sengit.

Kevin binggung sedari tadi yang temanya sedang bicarakan, Belum tentu juga orang yang dibicarakanya mau sama mereka, aneh pikir Kevin.

Apalagi kalau Kevin memberi tahu kejadian pulang sekolah, ia mengantarkan Anya pulang sekolah, bisa ada perang dunia ketiga berlangsung diwarung pok Odah.

kevin hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua orang yang lagi beradu mulut tanpa ada niatan sedikitpun untuk meleraikanya.




VOTE NYA SAMA KOMENTARNYA💛

Ini cerita, aku Revisi lagi ya:)

Yang mau baca silahkan, aku hanya memberikan yang terbaik:)

Kalau kalian tidak suka, setidaknya jangan mencela:)

Karena aku, sama sekali nggak maksa untuk kalian baca:)

THANKS💛

Continue Reading

You'll Also Like

14.8M 1.5M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...
ZiAron [END] By ✧

Teen Fiction

7.8M 736K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
6.4M 718K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...