Pertemuan pertama yang tak begitu baik
Pertemuan pertama yang tak bersahabat
Pertemuan pertama yang bagaikan perang yang tak terhindarkan
Pertemuan pertama yang sulit untuk dilupakan
Pertemuan pertaman yang mengubah segalanya
Pertemuan pertaman yang mengubah diriku.
---Sehun---
.
.
.
.
.
Bangku sekolah menengah atas yang biasa saja. Para siswa yang terdengar mengeluh kala mendapatkan tugas ataupun sekedar mendengarkan pelajaran. Mereka selalu menganggap itu hal yang membosankan yang tidak harus mereka lakukan, namun kaki-kaki mereka entah tanpa sadar atau secara sadar selalu melangkah menuju tempat di mana mereka mendapatkan dan mencari ilmu itu.
Namun, ada kalanya mereka bosan dan jenuh dengan segalanya hingga mereka melampiaskannya pada orang lain. Kadang hanya sekedar memberi ejekan ataupun sekedar melempar lelucon pada target yang mereka tentukan secara acak. Atau, terkadang mereka tak segan untuk memukul, menampar, bahkan yang lebih fatal adalah membunuh orang atau kelompok orang dengan cara apapun, terlebih lagi dengan kekerasan, cacian ataupun sindiran yang begitu menyiksa fisik maupun mental.
Banyak korban yang telah berjatuhan lewat berbagai tindakan dalam sekolah itu, namun mereka seakan menutup mata kala mendengar berita bahwa orang yang menjadi target mereka sudah tidak ada di sekolah mereka bahkan tidak ada di dunia ini. Bahkan jika diperlukan, mereka akan memilih target lain yang lebih mampu membahagiakan mereka.
Mungkin bagi para target, mereka sudah masuk ke lubang neraka, mereka sudah masuk ke tempat yang tak sepatutnya mereka singgahi, namun apa daya, semuanya sudah terjadi, tak ada yang mampu untuk sekedar mempertahankan diri atau bahkan melawan kebiadaban yang sudah mereka alami.
Seperti tak ada kata manusiawi di sana.
.
.
.
.
.
Para siswa akan selalu menyibukkan diri dengan berbicara dengan teman atau mungkin berdiam diri di tempat duduk terpojok dekat dengan jendela yang mengarah tepat ke halaman sekolah layaknya seorang siswa satu ini.
"Hei Sehun!" Seorang siswa bertubuh tinggi berkulit putih dengan rambut yang ditata begitu apiknya pun mengganggu seorang siswa yang sedari tadi diam dalam damainya mendengarkan musik kesukaannya.
Seolah enggan untuk sekedar melihat siapa lawan bicaranya, Sehun pun beralih menatap ke arah luar jendela dengan masih mendengarkan musik lewat headset yang tersemat apik di telinganya.
"Hei!" Menarik paksa headset yang terpasang di telinga Sehun hingga membuat Sehun geram dan berdiri dengan mata tajam. Seperti elang yang tak akan melepaskan mangsanya dengan mudahnya.
"Ini baru Sehun yang ku kenal. Kau tahu, jika kau hanya menatap ke luar jendela, tak akan ada hal menarik di sana, maka dari it-"
"Katakan apa maumu Park!" Menggeram tertahan dan matanya semakin menajam menatap Park Chanyeol yang sedang tersenyum puas di hadapannya.
"Aku mendapat berita bagus"
"Apa kau pikir aku mempunyai banyak waktu?" Alis matanya sudah kembali seperti semula, bahkan tatapan mata yang semula menajam kini berubah menjadi tatapan datar.
"Sabar bro...aku dengar ada siswa baru yang akan datang pagi ini" menjeda ucapannya dan beralih menatap Sehun yang terkesan tak berminat sama sekali. Chanyeol hanya tersenyum melihat Sehun yang begitu membosankan menurutnya.
"Dan dia akan berada di kelas kita"
"Aku tak berminat" kembali duduk dan memasang headsetnya, meninggalkan Chanyeol yang memasang wajah meremehkannya.
"Aku tahu kau akan menikmatinya nanti" menyeringai dan kemudian berlalu begitu saja, meninggalkan Sehun yang matanya kini tertuju pada seseorang yang memasuki gerbang sekolah dengan senyum yang terlukis jelas di wajahnya.
"Cih!" Dan kembali fokus mendengarkan musik yang sudah berulang kali terputar.
.
.
.
.
.
Terkadang saat seorang guru datang ke kelas, para siswa akan diam dengan sendirinya. Kelas yang sebelumnya sangat ramai akan tiba-tiba berubah menjadi tempat yang tak berpenghuni. Namun, itu di sekolah yang biasa, tidak dengan di sekolah ini.
"Perhatian semua! Anak-anak, bapak mohon diam sebentar" hanya menoleh ke arah sumber suara dan kembali bising seperti semula, mengabaikan sang guru yang lelah dengan sikap anak didiknya yang tak dapat diubah lagi.
"Maafkan mereka ya, nak" tersenyum ke arah seorang siswa yang ada di sebelahnya.
Siswa itu hanya mengangguk dan kembali menatap ke arah depan tempat keributan itu terjadi.
Guru itu pun kembali menepuk pundak siswa tersebut dan menggerakkan tangannya memberikan sebuah isyarat pada sang anak didik.
Anak itu pun tersenyum dan menggerakkan tangan kanannya di depan bibirnya, menempelkannya lalu menjauhkan telapak tangannya dari bibir mungilnya yang bertujuan untuk berterima kasih pada sang guru.
Ia pun menarik napas dalam dan hendak bersuara.
"A-aa.." semua siswa yang sedari tadi berisik dengan ajaibnya terdiam dan langsung menatap ke arah depan melihat seorang siswa yang berdiri di sebelah sang guru. Melihat siswa baru itu menggerakkan kedua tangannya.
"Ah mungkin mereka masih belum mengerti, bisa kau tuliskan saja, Luhan?" Menatap sang guru dan mengangguk dengan antusias kemudian mengambil alat untuk menulis di papan tulis di belakangnya.
Menuliskan namanya dengan perlahan dan menuliskan sedikit harapan di sana.
"Halo namaku Luhan
Senang bisa berkenalan dengan kalian
Aku berharap, aku bisa mendapatkan banyak teman
Dan mohon bantuannya"
Itulah yang tertulis di sana. Selesai dengan menulis, ia langsung menghadap kembali ke arah siswa yang masih terdiam dan kemudian membungkukkan tubuhnya sesaat.
"Nah Luhan, kau bisa duduk di bangku yang kosong" Luhan pun menatap sang guru dan tersenyum, tak lupa mengucapkan terima kasih lewat gerak tangannya ke arah guru yang ikut tersenyum dan juga berterima kasih kepadanya.
Berjalan dengan senyum yang masih terlukis indah di wajahnya, mencari tempat duduk yang sekiranya masih kosong dan ia mendapatkannya yaitu di bangku paling belakang dekat dengan jendela.
Mengambil sebuah buku untuk ia tuliskan sesuatu.
"Boleh aku duduk di sini?"
Sambil tersenyum dan menatap lawan bicara yang juga menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Cih!" Dan pergi meninggalkan kelas begitu saja. Tak ada yang ingin menghentikan Sehun bahkan tak ada yang berani untuk sekedar menegurnya.
Luhan yang tak mengerti pun hanya bisa mendudukkan dirinya di tempat yang menurutnya tepat dan mengambil beberapa buku untuk ia gunakan mencatat.
"Hai Luhan...aku Kyungsoo" mencoba berbicara pada Luhan yang ada di belakangnya, namun Luhan seolah-olah mengabaikannya dan masih tetap setia pada bukunya.
Kyungsoo pun sedikit menepuk tangan pemuda yang ada di hadapannya hingga membuat Luhan tersadar dan menatap Kyungsoo bingung.
Menuliskan sebuah kalimat di kertas dan memberikannya pada Luhan.
"Bolehkah aku berkenalan denganmu?"
Membaca tulisan tersebut dan mengangguk ke arah Kyungsoo yang ada di hadapannya dan sudah tersenyum.
"Aku Kyungsoo, senang berkenalan denganmu" kembali menuliskan sebuah kalimat dan memberikannya pada Luhan.
"A-Lo...Yung-oo"
"Halo Kyungsoo" menggerakkan tangan kanannya di atas kepala dan menempelkannya di pinggir dahi, kemudian menggerakkannya ke arah depan.
"Wah...apa itu artinya 'halo'?" Luhan pun mengangguk kembali dan tersenyum ke arah Kyungsoo yang juga tersenyum ke arahnya.
"Aku akan membantumu sebisaku, jadi jika kau perlu sesuatu dariku cukup tepuk pundakku saja ya?" Luhan pun kembali mengangguk, mengerti dengan apa yang dikatakan Kyungsoo.
"Terima kasih" memberikan kertas itu ke Kyungsoo yang mengangguk antusias ke arah Luhan.
.
.
.
.
.
Bel berbunyi dan sebelum mereka keluar, guru Yoo pun berpesan terlebih dahulu pada anak didiknya.
"Tolong kalian jaga Luhan dengan baik, karena Luhan adalah seorang siswa yang berkebutuhan khusus. Jadi mohon dukungan kalian semua"
"Baik, guru Yoo" menjawab dengan sedikit malas dan langsung keluar sesaat setelah guru Yoo keluar.
"Apa kau mau pergi ke kantin bersamaku?" Luhan pun mengangguk dan merapikan semua bukunya. Setelah itu, ia langsung menghampiri Kyungsoo yang sudah menunggunya di ambang pintu.
BRUGH
Sehun dengan sengaja menjulurkan kakinya dan membentangkannya di pinggir pintu hingga membuat Luhan terjatuh akibat tindakan yang dilakukan oleh Sehun. Sedikit meringis saat hendak membangunkan tubuhnya akibat lutut yang terbentur cukup keras di lantai yang dingin dan keras itu.
"Astaga, Luhan! Apa kau tak apa?" Melihat itu, Kyungsoo langsung menghampiri Luhan yang ada di belakangnya dan menatap ke arah Sehun yang masih menatap Luhan. Namun Luhan hanya meraih tangan Kyungsoo dan mencoba mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"Apa yang kau lakukan pada Luhan?!" Berteriak pada Sehun yang masih setia berdiri di depan Luhan dengan tatapan dan wajah angkuhnya itu.
"Kau-"
"Cih! Dasar bisu!" Berlalu meninggalkan Kyungsoo yang sudah habis kesabaran dan Luhan yang menenagkan Kyungsoo dengan gelengan kepalanya.
"Tapi kau kesakitan, Lu"
Luhan pun hanya menggeleng dan menunjuk dirinya sendiri tepat di depan dada, mencoba mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"A-u...ta...pa"
"Aku tidak apa" Kyungsoo pun menatap wajah Luhan dengan tatapan sedihnya dan membantu Luhan berdiri.
"Baiklah jika kau mengatakan begitu, nah ayo kita ke kantin" meraih tangan Luhan dan menggandengnya. Pergi dari depan kelas untuk segera ke tempat yang mereka tuju.
Mereka tak sadar ada tiga orang yang masih melihat kepergian mereka dengan tatapan yang berdeba.
"Dasar pengganggu"
"Bukankah Kyungsoo-ku baik hati?"
"Ku rasa aku harus mencari Baekhyun-ku"
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
Nah ini adalah fanfic request-an dari eneng tamvan Derinlu 😁😁😁
Sedikit penjelasan dulu yaa
Nah kalimat yang berisikan petik dengan kalimat bertulis miring itu artinya dituliskan di atas kertas atau di papan tulis.
Nah ini tentang tuna rungu, jadi aku sedikit bingung cara ngomong bahasa isyaratnya, dan aku juga baru belajar tadi 😂😂😂
Mohon maaf jika ada kesalahan yang banyak banget
Salah ketik atau typo
Bahasanya yang susah dimengerti
Dan lain-lain
Dan terkahir selamat menikmati, semoga kalian suka dan tolong kasi saran 😁😁
.
HunHan
520
.
Thanks
And See yaa