Mr.Jo

By Hestepania

1.2K 306 55

Hujan. Banyak orang suka datangnya hujan dan banyak orang juga yang mengeluh karna hujan terus menerus menggu... More

Prolog
Awal dari sebuah perkenalan
Kebohongan yang gagal
My Mr.Jo
Perubahan
Sisi lain dari dirimu
Hal lain tentang mu
Kenyataan yang menyakitkan
Kita sama
Sahabat baru
Ice cream time ?
Goodbye, Aurel
Secercah harapan
Perasaan yang sama
I love you, Mr.Jo
I'll Be Here For You Whenever You Need Me
Please be mine, Step.
Too Much To Ask
Berserah
Rejection
Hurt
Misunderstanding 1
Misunderstanding 2
Something That Shouldn't Happen

Terima kasih hujan

65 15 0
By Hestepania

      Hari ini hujan begitu lebat dan membuat udaranya terasa dingin dan menyejukkan.

    "Cuaca seperti ini sangat cocok untuk tidur," ucap Step yang berdiri di koridor kelas sambil memandang kearah luar jendela.

    Dengan mendekap buku novelnya ia kembali berjalan menuju kelas Aurel.

    Setelah sampai di kelas Aurel, ia pun melihat Jo dan Aurel yang sedang tertawa bersama. Ia menghentikan langkah kakinya di depan kelas Aurel dan memusatkan pandangannya pada mereka berdua.

     Lalu kata-kata yang Aurel ucapkan semalam terlintas di pikirannya, "Ya, seperti yang kamu tahu dia itu orangnya, pendiam, jarang bergaul sama teman di kelas kecuali aku, pintar lagi. Dia itu peringkat pertama di kelas, aku gak mampu buat kalahin dia." Ia menggaris besarkan kata-kata "kecuali aku" pada kata-kata yang diucapkan Aurel semalam.

      Ia tidak ingin mereka melihatnya, entak mengapa ia hanya ingin memperhatikan mereka berdua, padahal tujuan utamanya datang ke kelas Aurel bukanlah seperti itu.

      "Tapi kenapa hanya Aurel ?" Step mengernyit.

      Tiba-tiba, ada seseorang yang tidak sengaja menabrak Step dan itu membuat buku novelnya terjatuh, Aurel dan Jo langsung menaruh pandangan pada luar kelas mereka.

      "Step ?" Aurel bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Step.

     "Kamu ganggu banget sih berdiri di sana." Ucap laki-laki yang menabrak Step tadi. "Tapi kan kamu yang nabrak aku, dari tadi orang yang lewat gak nabrak aku tuh." Kesal Step.

       Aurel langsung berdiri di tengah-tengah mereka, "Maafin teman aku ya.." Ucap Aurel pada laki-laki itu. Tanpa berkata sepatah kata apapun, laki-laki itu melangkah pergi sambil menatap sinis pada Step.

      Step memutar bola matanya lalu membungkuk untuk mengambil novelnya yang terjatuh, "Kamu apaan sih Rel, aku itu gak salah. Kenapa kamu minta maaf sama dia ?" Step pun pergi meninggalkan Aurel setelah mengatakan hal tersebut.

      "Ada apa ?" Tanya Jo yang baru saja keluar. Aurel tidak berkata apa-apa dan mereka berdua menatap punggung Step yang semakin lama semakin menjauh hingga tidak terlihat.

     Aurel merasa Step bersikap aneh hari ini dan ia bingung apa yang ia lakukan salah atau benar tadi.

    Ia pun menjelaskan semuanya pada Jo dan Jo pun menjelaskan bahwa mungkin Aurel tidak seharusnya meminta maaf tadi karena Step tentu saja tidak salah. Aurel pun menjadi merasa bersalah karenanya.

><><><><><><><

     "Aku cemburu sama Aurel ? itu gak mungkin kan ? kenapa juga aku harus cemburu sama sahabat aku sendiri." Ia menggerutu pada dirinya sendiri.

     Selanjutnya pelajaran matematika sedang menantinya dan mereka sedang dihadapkan pada test bulanan pertama mereka.

    Step membuka lembaran kertasnya lalu menguap seketika itu ia melihat pandangan Pak Sergio sedang tertuju padanya yang sedang menguap. Ia pun berdeham dan berpura-pura mencari sesuatu di kotak pensilnya.

      Setelah testnya selesai, Step dihadapkan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Setiap pelajaran yang ia jalani, ia tampak tidak begitu bersemangat. Ia terus memikirkan tentang Aurel dan Jo.

     Setelah memikirkan banyak hal, ia pun memutuskan untuk menghilangkan prasangka buruknya itu dan pergi menemui Aurel pada jam istrirahat kedua.

     Di dalam perjalanannya menuju kelas Aurel, ia menghentikan langkah kakinya dan memusatkan perhatian pada pertengkaran dua murid perempuan dari kelas lain yang tidak begitu di kenalnya.

    "Kamu kenapa ceritain semua rahasia aku ke mereka ? aku ceritain ke kamu karena aku percaya sama kamu. Kamu sahabat aku kan ?" Ucap salah satu perempuan yang berambut pendek.

    "Maaf Nad, aku.."

    Oh, jadi namanya Nadya, Step mengangguk-angguk.

   "Kamu tahu gak rasanya jadi posisi aku tadi waktu kamu ceritain semuanya ke mereka ? aku mungkin memang kelihatan baik-baik aja. Tapi.."

    Sepertinya Nadya sudah tidak mampu berkata-kata lagi, pikir Step.

    Ketika kamu menyimpan rahasia milik teman atau sahabat kamu, kamu harus menyimpannya dengan baik karena ketika seorang teman atau sahabat kita membiarkan kita mengetahui rahasianya, itu karena dia menganggap kita orang yang bisa di percayainya.

    Bagaimana rasanya jika orang yang kamu percayai malah menyebarkan rahasia pribadimu kepada orang lain ? dan bagaimana jika hal tersebut bisa membuat kamu terkena masalah besar yang tidak pernah kamu bayangkan selama ini ?

><><><><><><><

     Step dan Aurel berdiri di koridor kelas dan mereka menghadap ke jendela.

    "Step, maaf.."

    Step berdiri menghadap Aurel yang berada disampingnya, "Kenapa minta maaf ? gak perlu lagian.." Ucap Step sambil tersenyum kecil.

    "Oh iya, tadi kamu datang ke kelas karena apa ?"

     Step menggeleng, "Tidak apa-apa." Lalu tersenyum.

   "Oh iya, tadi ada pertengkaran hebat antara dua orang sahabat, mungkin ?" Step memiringkan kepalanya sambil mengangkat bahu. "Oh, benarkah ?"

    "Jadi bagaimana ?" Lanjut Aurel.

   "Sepertinya sahabatnya tidak berlaku baik, umm, karena memberitahu rahasia temannya pada orang lain."

   "Wow, sahabat yang sangat buruk." Timpal Aurel.

     Step menggenggam tangan kanan Aurel dan menggerak-gerakkannya sambil berkata, "Kita tidak seperti itu kan ?"

     Aurel tersenyum lebar, "Tidak akan." Sahutnya.

><><><><><><>

      Pada saat sedang berdiri di balkon, Step melihat Jo sedang mengeluarkan sepedanya yang lumayan besar tapi tidak terlalu besar yang entah bergigi berapa.

     Step mengeluarkan ponselnya dan memotretnya secara diam-diam, namun Jo mendongak dan mendapati Step sedang memotretnya.

    "Ayo, turunlah."

    Step tersenyum lalu berjalan keluar dari rumahnya.

     "Wow."

    "Wow ?"

    "Satu saja ?"

    "Jadi aku harus membeli berapa ?

    "Bergantian ?" Step mengganti pertanyaan.

    Jo naik dan mengisyaratkan kepada Step untuk naik.

   Step naik lalu memegang bahu Jo.

   "Sudah siap ?" Tanya Jo.

   "Ok."

   "Ayo kita berkeliling sebentar."

   Jo mulai mengayuhkan sepedanya dan Step mulai merasakan angin berhembus sangat kencang.

    "Wooohhhh !" Jerit Step.

      Karena terlalu bersenang-senang, ia pun tidak sadar bahwa ia merangkul lingkaran leher Jo lalu melebarkan kedua tangannya keatas.

      Setelah hari semakin sore, mereka pun menghentikan aktivitasnya dan cuacanya terlihat sudah mendung.

     "Wah, sepertinya akan turun hujan." Step melebarkan telapak tangannya untuk memastikan adakah setetes air hujan.

     "Ayo kita pulang."

     Step menahan Jo dan berpura-pura ia sedang lelah dan meminta untuk istirahat sebentar saja. Jo menghela napas karena dari tadi Step hanya menjerit sedangkan ia yang mengayuhkan sepedanya dan menanggung berat Step.

     Lalu tidak lama kemudian, hal yang ditunggu-tunggu Step pun datang yang dimulai dari rintihan hujan lalu menjadi begitu deras.

     Jo mengisyaratkan Step untuk naik agar mereka dapat pulang, namun Step meminta Jo turun dan berganti posisi menjadi ia yang mengayuhkan sepeda.

     "Ayo naik." Kata Step.

     Tanpa pikir panjang lagi, Jo pun naik karena mengira Step akan mengayuhkan sepeda hingga sampai di rumah namun malah sebaliknya. Step memutar dan mereka bersepeda lebih jauh lagi.

     "Hei, apa yang kamu lakukan ? kita harus pulang." Jo menggerutu.

     "Kenapa ? hujan itu menyenangkan."

     "Aku benci hujan."

     "Ok. Setelah ini kamu akan menyukainya."

     Jo memutar bola matanya lalu mengusap wajahnya yang penuh dengan rintihan air hujan yang deras.

     Jo berusaha untuk menatap ke atas langit namun itu tidak berhasil, karena tetesan air hujan membuat matanya menjadi tambah perih.

     Lalu ia mencoba melebarkan kedua tangannya keatas dan memejamkan matanya. Dingin.

    "Jika aku mandi hujan, aku merasa lebih tenang. Kayak segala beban aku hilang." Ujar Step.

     "Bagaimana denganmu ?" Lanjutnya.

     Tidak ada jawaban dari Jo, sepertinya dia begitu menikmatinya.

     Tiba-tiba, Jo memegang kedua bahu Step dan berbicara di dekat telinganya dan berkata, "Ini sungguh menyenangkan."

    Step merasakan wajahnya panas, ia tidak dapat berhenti untuk tersenyum.

    Baguslah. Terima kasih hujan.

Continue Reading

You'll Also Like

181K 10K 24
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...
654K 38K 31
Aku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di de...
THEORUZ By L I L Y

Teen Fiction

16M 1.5M 54
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.2M 35.4K 44
"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mere...