HER √

By chocobeyy

4.2K 662 392

[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia... More

0
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

3

151 36 20
By chocobeyy

Jadilah Readers yang baik, tinggalkan Vote dan Comment yang bermanfaat.
Happy Reading 💜

Author Pov-

"Pulang bareng sama siapa Sei?"

Seira menatap Raya sambil bertopang dagu, mengamati sahabatnya mengemas buku-buku sekolahnya.

Seira menggeleng lemah. Setelah selesai mengemas barang-barang sekolahnya, Raya menatap lurus wajah Seira.

"Ga usah minta jemput Mang Asep deh, bareng gue aja. Sekalian mau nyapa kak Reynand, kak Rey baru pulang kan?"

Seira mengangguk samar. Raya tahu, ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran sahabat gilanya itu. Tapi Seira bukan orang yang gampang untuk ditanyai jika ada masalah, dia akan bercerita sendiri jika dia ingin. Jadi Raya tidak mau menanyakan ataupun memaksa Seira untuk bicara.

Mereka akhirnya beranjak dari kelas yang sudah sepi itu, berjalan beriringan di koridor menuju gerbang sekolah. Tidak biasanya sahabatnya itu diam seperti ini, walaupun itu karena Angga. Setidaknya ia masih bisa untuk sekedar tersenyum.

"Sei, tadi jam istirahat lo kemana? si Rio ke kelas nyariin lo."

Seira menoleh datar, "Ngapain nyariin gue?"

Raya tampak berpikir mengingat kejadian tadi, "Mau ngajakin makan siang bareng lagi mungkin."

Seira hanya menatap kosong koridor di depannya, tak ingin bicara lebih jauh.

"Gue ke kelas Kak Angga tadi," Seira menunduk menatap langkah sepatunya.

Tuh kan, tanpa ditanya juga Seira akan bercerita.

Raya menoleh menatap wajah suram Seira, "Trus gimana?"

Seira mengangkat wajahnya lagi, "Ketauan sama temennya, Alfian namanya." Ucap Seira tanpa melirik Raya.

"Ya ampun bego'. Udah lah Sei, jangan ngintipin kak Angga terus. Kalo ketauan kaya tadi ntar lo malah dimarahin lagi." Racau Raya dengan mimik cemas.

Seira tak menjawab, hanya diam mengingat apa yang akan terjadi padanya di rumah nanti.

***

"Seira pulang."

Dua remaja itu memasuki rumah besar nan mewah.

"Minum apaan?" tanya Seira setelah melempar tasnya ke atas sofa.

"Apa aja, bibi kemana emang?" Raya mengikuti Seira menuju konter dapur.

Seira celingak-celinguk mencari keberadaan bibi, tapi tak terlihat.
Seira mengambil satu kotak minuman berisi jus guava, lalu meraih dua gelas kaca.

Raya duduk di depan konter dapur, melihat pergerakan sahabatnya itu yang sedang menuangkan jus guava ke satu gelas di atas konter.

Seira mendorong gelas kaca berisi jus guava itu ke arah Raya yang duduk di seberang konter. Setelah Raya menyentuh gelas itu, Seira berbalik ke kulkas. Mengambil satu kaleng soda, lalu dituangkannya pada satu gelas yang kosong -miliknya.

Seira menyeruput gelas berisi soda itu, lalu mengernyit sedikit. Ia menatap Raya, mengintruksikannya untuk duduk di ruang tamu.

Raya menaruh gelas jusnya di atas meja kaca begitu juga dengan Seira.

"Udah deh, minum soda mulu'. Ga baik monyet." Pesan Raya menatap Seira agak kesal.

"Ga sering kok," bela Seira.

"Kak Rey kayaknya belum pulang kantor." Ucap Seira setelah mengamati isi rumah.

Raya hanya mengangguk seraya sedikit sesal.

"Kak Angga?" tanya Raya hati-hati.

Seira menggigit bibir bagian dalamnya sambil berpikir. "Biasanya pulang malam."

Raya membuat huruf 'o' tanpa suara.

Dering ponsel Seira terdengar memenuhi ruangan, Seira segera menyambar tas nya, mencari benda pipih itu.

"Udah download lagu comeback mereka toh?" tanya Raya sedikit antusias.

Seira mengedipkan matanya menggoda Raya, ia tahu pasti Raya sangat iri saat tahu Raya ketinggalan sesi comeback bias mereka.

Seira mengamati nama penelepon di layar ponselnya, setelah itu mendengus memutar bola matanya.

"Ga diangkat?" tanya Raya setelah meneguk jus guavanya.

Seira tak melirik Raya, tapi sedetik kemudian ia menyeret icon hijau di layar ponselnya.

"Apaan?" tanya Seira malas.

"Lo dimana? Gue depan rumah."

***

Seira Pov-

What the hell? Cecunguk itu depan rumah gue?

Gue melangkah malas menuju pintu rumah, setelah membuka pintu tampaklah sosok alien yang bertengger di motor besarnya sambil nyengir anjing ke gue.

Heol.

Dia pikir gue tersepona? Terpesona maksud gue. Kalo udah berhubungan sama dia, gue emang jadi kebawa bego'nya dia. Ngeselin.

"Ngapain?" gue nanya sambil tegak pinggang di teras.

"Mau mastiin kalo lo udah nyampe rumah." Dia nanya pake senyum-senyum, na-jis.

"Gue udah di rumah, lo bisa pulang sekarang."

"Aduh, tiba-tiba kepala gue sakit. Kaki gue keram, tangan gue kesemutan, mata gue burem, perut gue melilit."

Anying! Dikira gue bisa ditipu pake acting kelas teri gitu?

"Di rumah gue ga ada dokter, pulang deh. Gue ngantuk." Dusta gue.

"Raya boleh masuk, tapi gue engga." Jawab dia santai.

Skak!

Si tolol ini emang bikin gue mati kutu terus, cepetan ke alam barzakh ngapa sih.

Gue melirik Raya yang masih duduk anteng di sofa, belum jadi gue ngejawab malah suara klakson mobil yang berisik.

Setelah mobil udah di garasi, Kak Reynand sama Kak Lania keluar dari mobil menuju ke arah gue.

Taruhan, kakak-kakak gue pasti nyuruh si curut ini buat masuk dulu.

"Loh, Raka kan?" mampus kak Lania masih inget ini bocah lagi.

"Temen sekolah Seira?" lah, kak Reynand ngapain pake nanya.

Si sinting Raka sok-sok malu lagi, dasar muka dua.

"Ga diajak masuk Sei?" tanya kak Lania.

Bau-baunya, si Raka bakal disuruh masuk nih.

"Raka cuma singgah kok kak, udah mau pulang jugak." Gue kedip tu si Raka, buat ngiyain kata gue barusan.

YaLord, gue lupa. Si tengil Raka kan bego' mana ngerti dia bahasa isyarat. Bahasa Indonesia aja merah mulu'. Maafkan kebodohanku Tuhan.

"Masuk juga belum," kan, kan, apa kata gue.

"Ya udah, ayo masuk dulu." Kalo kak Rey yang ngajak, gue bisa apa?

Gue liat dah tu muka kemenangan si Raka, pengen gue terjang tu muka sok polosnya. Sayangnya gue lagi pake rok, lama-lama seragam sekolah gue ganti juga pake celana training.

"Kak Rey, apa kabar?" Raya yang liat kedatangan kak Rey langsung ngulurin tangan buat salaman.

"Baik, kamu gimana Ray?" tanya kak Rey balik.

"Baik juga kak, kapan pulang kak?" Raya duduk dibarengi sama kak Rey juga si monyet dari gue hantu.

Gue masih setia dengan tampang kesal khas gue.

"Kemarin, udah lama ga jumpa ya."

Raya terkekeh, sahabat gue yang satu itu emang deket sama keluarga gue.

"Kakak ke dalam dulu ya," pamit kak Rey seraya tersenyum lalu berjalan menuju kamarnya.

Tinggal gue, Raya sama si bego Raka di ruang tamu.

"Minum apaan?" tanya gue ga nafsu.

Setidaknya gue masih punya sopan santun.

"Apa aja deh, bebas." Dia nyengir lagi.

Air putih aja deh pikir gue, terus gue berjalan menuju konter dapur, baru tiga langkah gue jalan.

"Eh Sei, kalo ada sih yang kayak Raya gini. Tapi pake gelasnya yang agak gedean, kalo ada strawberry boleh tu dikasih di tepi gelasnya."

Raka bangsad!!

***

Author Pov-

Reynand keluar dari kamarnya, melirik Seira yang sedang asyik menonton acara musik korea yang selalu ditayangkan setiap malam.

Reynand berjalan menuju lemari pendingin, mengambil beberapa buah lalu berjalan mendekati Seira. Reynand meletakkan piring berisi buah itu di atas meja tepat di hadapan Seira.

"Kata bibi, kamu jarang makan buah." Reynand mengambil tempat di sebelah Seira lalu menggigit apel di tangannya.

Seira hanya melirik Reynand, memperlihatkan deretan giginya sebentar lalu sibuk kembali ke layar televisi.

"Kamu harus banyak makan buah, kan lagi masa pertumbuhan." Pesan Reynand setelah menambah gigitan di apelnya.

"Seira makan buah kok, cuma jarang aja." Ucap Seira tanpa melirik Reynand.

"Makanya harus sering-sering." Tambah Reynand lagi.

Seira hanya beradegan hormat ke arah kakaknya itu.

"Angga belum pulang Sei?" Lania yang baru saja keluar dari kamar mencomot buah pir di atas meja, lalu duduk di sofa sebelahnya.

"Belum kak, coba kakak telpon." Seira sontak menatap penuh Lania yang sedang mengunyah pir-nya.

"Anak itu sering pulang malam Lan?" Reynand tampak sedikit cemas.

Lania tak menjawab, bimbang antara harus mengiyakan atau bagaimana. Jika ia mengiyakan, Reynand pasti akan mengintrogasi Angga malam ini.
"Kok pada diem?" Reynand meletakkan apel-nya yang masih tersisa separuh lagi. Pikirannya sudah tertuju kepada adik lelaki satu-satunya itu.

Seira dan Lania hanya diam menunduk.

"Ga ada yang mau jawab?" tanya Reynand lagi.

Tingtong.

Suara bel rumah berdering, pertanda ada seseorang diluar sana. Segera bi Atun berjalan cepat untuk membuka pintu. Pintu terbuka, memperlihatkan seorang lelaki remaja berpakaian seragam sekolah yang urak-urakkan.

"Angga pulang." Salam lelaki itu tanpa melirik seisi rumah.

"Kamu dari mana Ga?" suara berat milik Reynand menjawab salam Angga, membuat Angga terpaksa harus berhenti melangkah lalu menghadap kakak sulungnya itu.

Tidak ada jawaban, Reynand berjalan mendekati Angga. Membuat api kepanikan Seira dan Lania hampir saja membara.

"Udah jam sembilan malam, kamu baru pulang sekolah?" Reynand masih berusaha bertanya dengan nada normal.

"Tadi Angga ke rumah temen dulu." Jawabnya menunduk.

Seberapapun nakalnya Angga, seberapapun hebatnya ia berkelahi, ia tak pernah bisa melawan kakak sulungnya itu. Bukan tidak berani, ia hanya menghormati Reynand sebagai kakak tertua di keluarganya. Bagaimanapun kesal dan sakit hatinya pada Reynand, ia tak pernah bisa menanam dendam di dalam hatinya.

"Besok-besok pulang dulu ke rumah, ganti baju baru pergi lagi. Ga enak diliat orang jam segini masih pake baju sekolah." Reynand mengusak rambut Angga sayang.

Bagaimanapun, Angga tetaplah adik Reynand, tidak ada istilah pilih kasih dikamusnya. Hanya saja yang membuat perlakuannya sedikit berbeda, semata-mata karena Angga anak lelaki. Ayahnya sudah mengajarinya dengan keras sejak kecil. Jika Reynand salah, maka ia harus dihukum. Jika Reynand berani berbohong, maka ia dipukul.

Tapi itu tak membuatnya membenci ayahnya, malah membuatnya bersyukur karena telah membuat mentalnya kuat sampai sekarang. Itulah yang ia ingin ajari pada Angga, itu juga kenapa Reynand selalu bertindak keras terhadap Angga.

Angga anak lelaki, anak lelaki tidak boleh lemah. Karena itu Reynand membedakan bagaimana cara ia mendidik Angga dengan Lania dan Seira. Dari kecil juga, Reynand sudah mengajari apa itu tanggung jawab kepada Angga. Suatu saat nanti Angga juga akan menjadi sepertinya, ia yang akan menggantikannya saat Reynand tidak di rumah. Maka dari itu, Reynand selalu menanamkan rasa tanggung jawab kepada Angga untuk menjaga Lania juga Seira.

Angga sebenarnya anak penurut, ia anak yang jujur dalam segala hal, ia pintar dan membanggakan.
Angga sangat menyanyangi keluarganya, Reynand tahu sendiri bagaimana Angga menyayanginya dan juga Lania. Angga anak yang manja dan periang jika di dekat Reynand dan Lania. Tapi ia berbeda saat bersama Seira. Ia berubah menjadi anak yang pendiam dan dingin, sayangnya itu terjadi hanya kepada Seira.

Sampai detik ini, Reynand juga tak mengerti apa yang terjadi antara kedua adiknya itu.

Angga mengangguk lalu melangkah menuju kamarnya, melempar tasnya asal lalu berjalan menuju balkon kamarnya.

Belum lama ia berdiri disana, ketukan dipintu kamarnya memaksanya untuk menoleh ke belakang.

Angga Pov-

Biasanya kak Lania mengunjungi kamarku jika terjadi masalah, bukankah hari ini tidak terjadi apa-apa?

Aku memutar kenop pintu, menangkap sosok gadis yang membawa nampan berisi makanan berdiri di depan pintu kamarku.

"Kak ini.."

Aku menutup pintu itu keras, aku tidak akan melakukan itu jika Kak Lania yang berada di depan pintu kamarku.

Gadis itu terus mengetuk pintu kamarku, membuat suara bising yang aku benci. Benci karena dia yang melakukannya.

Aku kembali membuka pintu kamarku, sekilas tampak keraguan dan ketakutan di wajah gadis itu. Hatiku mencelos saat menyadari itu, bahkan ia merasa takut padaku.

Aku meraih nampan itu kasar, "Ntar gue makan."

Aku menutup kembali pintu itu. Ingin sekali rasanya berbicara dengannya, tapi egoku melarang keras untuk sekedar menyapanya.

Aku meletakkan nampan berisi makanan itu ke atas nakas, lalu duduk di tepian kasur. Mataku menangkap sebuah bingkai foto di atas nakas, disana ada dua pasang anak lelaki dan perempuan.

Anak gadis yang paling kecil itu berada dipunggung seorang anak lelaki, tersenyum bahagia menghadap lensa kamera. Anak lelaki yang terlihat paling tua sedang mengusak puncak kepala bocah lelaki yang sedang menggendong gadis perempuan dipunggungnya. Satu lagi, anak perempuan yang sedang berdiri memeluk pinggang anak lelaki tertua juga tersenyum manis difoto itu.

Lihat bagaimana aku menyayangi gadis kecil itu dulu, lihat bagaimana kak Reynand mengusak rambutku waktu kecil dulu, lihat bagaimana dekatnya kak Lania dengan kak Reynand saat ia memeluk pinggang kak Reynand, dan lihat juga bagaimana eratnya tangan gadis kecil dipunggungku itu memeluk leherku.

Sayangnya, itu dulu.

Aku beralih pada nampan di dekat bingkai foto itu, ada sesuatu yang menarik perhatianku, sebuah note kecil terletak di sudut nampan.

Aku meraih note itu,

Kak Angga harus makan. Seira takut kakak sakit.

Aku memejamkan mataku, ada rasa menyesal di sudut kecil hatiku, tapi segera ku tepis secepat mungkin. Aku baru saja ingin meletakkan asal note itu ke atas nampan, tapi tulisan di sudut bawah kertas itu membuatku tertegun.

Ada film anime kesukaan kakak, buka TV sekarang deh.

Seira benci anime, sangat benci. Tapi ia malah mengingatkanku untuk menonton film itu. Tapi bukan disana permasalahannya, bukan kalimat itu yang membuatku tertegun, bukan. Melainkan kalimat di bawah itu.

Seira sayang kakak.

Hancur sudah pertahananku sedari tadi, gagal sudah usahaku untuk tidak meneteskan cairan bening dari mataku.

Satu tetes.

Dua tetes.

Note kecil itu basah akibat air hujan yang terbentuk di bawah mataku.








~1 October 2017

Continue Reading

You'll Also Like

349K 34.5K 25
Gean mengulangi masa kecilnya disaat ia sudah beranjak dewasa.
249K 13.7K 27
[FASE 3; ADULT-DARK-ROMANCE 🔞] Dunia Aksel kembali dan Brianna sudah berada dalam genggamannya. Namun, apakah mungkin hubungan mereka setelah pernik...
78.8K 5.4K 27
💫[SEQUEL PEJUANG SEPERTIGA MALAM]💫 Kehidupan di dunia ini ibaratkan air laut yang pasang surut. Kesedihan bisa saja datang kapan saja, namun kebaha...
893K 41.6K 22
Devan pemuda manipulasi yang transmigrasi ke tubuh seorang figuran yang polos dan tinggal sendiri di kosan.