*
*
Happy Reading
Jangan lupa untuk vote+comment ya~
Hargai usaha saya teman :')
*
*
*
Pekerjaanku bertambah hari ini. Aku yang biasanya pergi kekampus bersama Woojin sekarang hanya bisa menggunakan bus untuk sampai kekampus. Ditambah lagi aku harus membantu namja ini untuk berjalan.
"Ya, aku bisa jalan sendiri" ucap Woojin ketika kami turun dari bus.
"Andwae.. aku akan membantumu" ucapku sembari mempererat rangkulanku padanya.
"Aku tidak mau menyusahkanmu paboya.. bobotku lebih berat darimu" ujarnya.
"Aniya.. aku tidak merasa begitu" ucapku.
Woojin pun diam dan terus melangkah maju dibantu olehku. Ya, memang aku tidak bisa mengatakannya begitu saja, dia memang memiliki bobot cukup berat dibanding dengan tubuh kecilku. Tidak, aku tidak kecil, aku cukup tinggi-.-
"Ya~ Park Woojin.. Kim Seora.." ekspresiku berubah datar ketika Jihoon datang dan menyapa kami.
"Wae wae? Anjoha?" tanyaku malas.
"Ne.. anjoha!" kesalnya.
"Uh?" aku menatapnya heran.
"Ya, sini.." Jihoon mendorongku pelan dan menggantikan posisiku merangkul Woojin.
"Ya ya ya.. mwoya?!" Woojin terlihat berontak saat Jihoon menggantikan posisiku.
"Lebih baik kau beristirahat di ruang unit kesehatan kampus saja" ucap Jihoon.
"Ya, aku punya kelas tari hari---".
"Ya, dengan keadaan seperti ini kau mau menari? Berhentilah bersikap bodoh Woojin-ah!" gerutu Jihoon.
"Ya, sirheo! Aku harus menghadiri kelas tari!" ucap Woojin keras kepala.
"Woojin-ah.. kali ini aku harus menyetujui usulan Jihoon, lebih baik kau beristirahat di unit kesehatan saja" ucapku.
"Ya, Seora---".
"Setelah kelas menari berakhir aku akan langsung menemuimu, eoh. Akan kuminta Seongwoo atau Ahn Na untuk menemanimu di ruang unit kesehatan nantinya" ucapku disertai anggukannya.
"Ya, ternyata isu yang dikatakan orang-orang satu kampus benar. Park Woojin hanya ingin mendengarkan Kim Seora saja, ah.. jinjja.." ujar Jihoon membuatku menggeram kecil.
"Ya, jangan terus berbicara tak jelas! Bawa saja Woojin ke ruang unit kesehatan!" kesalku sembari memukul keras punggung Jihoon.
*
*
*
Setelah mengantarkan Woojin ke ruang unit kesehatan, aku dan Jihoon pun kembali untuk menghadiri kelas menarinya Hoseok sonsaengnim. Sayangnya kami sudah menunggu selama 30 menit diaula tari tapi Hoseok sonsaengnim tak kunjung datang.
Aku yang mulai geram pun memberanikan diri menghampiri Jihoon yang sedang asyik dikerumuni oleh banyak yeoja.
"Ya, Jihoon-ah" panggilku
"Wae?" tanyanya cukup ramah, ya.. aku tahu itu hanya pencitraan saja.
"Ya, jugeullae?! Ttarawa saekki-ya---".
"Ya. Kim Seora! Dimanakah sopan santunmu, eoh?! Kenapa kau memanggilnya seperti itu? Apa kau tak punya tata krama?!".
"Ya, kau kasar sekali!".
"Dasar yeoja---".
"Ya, Jihoon-ah. Ppalliwa!" kesalku.
"Okay okay.. cha.. aku harus berbicara dengan Seora.." ucap Jihoon sembari melepaskan diri dari kerumunan yeoja itu.
Seketika tatapan tak suka itu ditujukan oleh mereka padaku. Dan aku tidak peduli, apapun itu. Aku pun melangkah keluar dari aula diekori oleh Jihoon.
"Dimana Hoseok sonsaengnim, apa kau sudah menghubunginya?" tanyaku.
"Belum, wae?" tanya Jihoon balik.
"Tanyakan apa kelasnya jadi atau tidak, aku punya keperluan lain jika kelasnya batal" ucapku gelisah.
"Ya, neoya wae?" tanya Jihoon heran sembari berusaha menghubungi Hoseok sonsaengnim.
"Aku harus menjaga Woojin di ruang unit kesehatan" ucapku.
"Itu? Ah, kupikir apa! Tanyakan saja sendiri kepada Hoseok sonsaengnim!" ia melempar ponselnya kepadaku dan masuk kembali keaula.
"Ya.. anak itu kenapa, eoh?!" heranku.
Aku pun memutuskan untuk menghubungi Hoseok sonsaengnim. Setelah berbincang mengenai kehadirannya dikelas hari ini, aku mendapat kabar jika Hoseok sonsaengnim tak dapat hadir karena urusan pribadinya. Aku masuk kembali kedalam aula dan mengembalikan ponsel milik Jihoon.
"Jihoon.. igeo.." ucapku.
"Apa yang dikatakan Hoseok sonsaengnim?" tanyanya.
"Dia tidak bisa hadir, kelas hari ini dibatalkan.." ucapku sembari berbalik.
"Ya, mau kemana?" tanya Jihoon sembari menghampiriku.
"Menemui Woojin.." jawabku.
"Ya, sebelum itu bantu aku melakukan sesuatu.." bisik Jihoon.
"Uh? Mwo?" tanyaku.
"Nanti saja kita bicarakan diluar, disini terlalu ramai" ucap Jihoon.
Kami terus-terusan berbisik dan membuat para yeoja itu semakin tak senang denganku.
"Ya! Kim Seora! Berhentilah bersikap genit seperti itu!".
"Ya! jinjja!".
"Dasar kau!".
"Apa yang kau bica---".
"Mwoya?! Ini urusanku dengan Jihoon, eoh! Berhentilah ikut campur! Lagipula aku tidak berselera dengan pangeran tampan kalian ini!" ketusku sembari melangkah pergi sebelum keributan yang lebih besar terjadi.
*
*
*
Seperti yang diminta oleh Jihoon, aku menunggu diperpustakan tepatnya ditempat paling pojok bersama Lee Na. Jihoon mengatakan jika ia ingin menepati sesuatu yang berpasal dengan Lee Na.
"Seora, kenapa mengajakku kesini? Kau ingin kutemani membaca buku?" tanya Lee Na.
"Aniya.. aku mengajakmu kesini karena Jihoon yang memintanya" ujarku.
"MWO?!".
"Ya.. ssttt!" aku mengingatkannya jika kami masih berada dilingkup perpustakan saat ini.
"M-mwo? Neo micheosseo? Sirheo! Aku per---".
"Lee Na, dia tak akan melakukan hal buruk padamu, percayalah!" ucapku menyakinkannya.
"Ya, kau lupa? Dia menyiksaku dan memperlakukanku semaunya kala itu? Na sirheo!" kesal Lee Na.
"Aku yakin dia tak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu kali ini karena kali ini aku disini, i said if i will protect you from him, right? You remember it?" ingatku.
"Yeah.. i know, but---".
"Lee Na" suara itu membuat Lee Na menoleh.
Secepat mungkin Lee Na bersembunyi dibelakangku dan meminta perlindungan dariku terhadap Jihoon.
"Ya, dia kesini hanya untuk minta maaf" ujarku kemudian.
"M-mwo? That's impossilble.." ucap Lee Na tak percaya.
"Yang Seora katakan benar, aku kesini untuk meminta maaf perihal kejadian itu. Aku tahu jika kau benar-benar keterlaluan padamu, jadi maafkan aku. Kupastikan aku tidak akan pernah menganggumu lagi" ucap Jihoon.
"Apa dia serius? Park Jihoon? Itu dia?" tanya Lee Na tak percaya.
"Ya, eotte? Kau mau memaafkannya?" tanyaku kepada Lee Na.
"... lakukan satu hal untukku dan akan kumaafkan kau" ucap Lee Na.
"Mwo?" tanya Jihoon.
"Ajak Seora makan bersama di cafe dan turuti apa saja yang mau dia beli!" tegas Lee Na.
"Ide bagus---MWO?!" aku menatap tajam yeoja ini.
"Hanya itu? Fine" ucap Jihoon setuju.
"Ya ya ya.. jangan libatkan aku dalam urusan kalian, eoh!" gerutuku.
"Mianhae Seora-sshi.. kau sudah terlibat jauh dalam urusan kami.." ujar Jihoon.
"Apa kau ingat? Kau akan memenuhi satu permintaanku setelah aku mengantarkanmu menemui Woojin waktu itu, sekarang.. ayo ikut aku, kau harus bersamaku seharian ini!" tegasnya.
"Sirheo.." aku mencoba lari tapi Jihoon menggenggam erat tanganku.
"Eodiga?" tanyanya dengan smirk menyebalkan itu.
"Cha.. urusi saja dia Seora.. aku harus menghadiri kelas vokalku sekarang" ucap Lee Na.
"Yaaa.. Hwang Lee Na, neoya jinjja.. aku menyelamatkanmu dan kau membawaku kedalam masalah namja saekki ini!" kesalku.
"Saekki? Tapi minam kan?" goda Lee Na membuat pipiku memerah.
"Ya! Aniya!" bantahku.
"Sudahlah.. aku tampan kan? Kajja!" Jihoon mengangkat tubuhku dan memikul tubuhku dibahunya layaknya barang.
"Ya ya ya! Mwoya?!" aku berontak ketika ia mengangkat tubuhku.
"Lee Na, sampaikan kepada Joong Ki sonsaengnim jika aku dan Seora sedang mengerjakan tugas penting, eoh" ucap Jihoon.
"Okay"
*
*
*
to be continued-
******
- Bikey (Kuki)
Maafkan update-an yang gaje ini kawan😂
📣tinggalkan jejak~