Kedua pria dewasa itu terduduk diruang keluarga dengan wajah serius. Terlihat ditangan mereka sebuah dokumen perusahaan WindAir Company and Groups.
"Kau... yakin itu dia, Kak? Aku... sedikit meragukannya," ujar salah seorang dari mereka yang menggunakan topi berlambang tanah.
"Aku yakin. Kau lihat namanya. Taufan B. Walau kita tidak tau bagaimana wajahnya, aku yakin dia adalah saudara kita," jawab pria yang dipanggil 'Kakak' itu.
"Tapi, huruf B dinamanya memilik arti apa Kak?"
"Itu marga kita! Boboiboy! Dan aku yakin dia adalah Adikku Taufan!"
"Bagaimana jika itu bukan Kak Taufan?! Aku tidak mau kita salah orang lagi, Kak! Ini sudah orang ke-3 yang memiliki nama 'Taufan'!"
"Tapi..."
Mereka terdiam. Batin mereka mengatakan, itu adalah saudara mereka. Tapi mereka juga takut.
Bagaimana jika mereka salah lagi?
^^^^^
Fang melangkahkan kakinya malas. Ini sudah pukul 4 sore dan Taufan belum bangun. Mereka bisa terlambat. Ia kemudian mengetuk pintu kamar disebelah kamarnya.
"Taufan! Bangun! Udah hampir sore! Malam nanti kita ada meeting! Taufaannnn!!!"
Pintu terbuka menampilkan Taufan yang masih memakai piyama tidur berwarna biru laut bergambar lumba-lumba. Ia mengucek-ngucek matanya, lalu memandang Fang.
"Hai Fang. Why?"
"Kau masih bertanya kenapa?! Bangunlah! Malam ini kita ada meeting!" geram Fang kesal.
Taufan menepuk dahi Fang keras lalu berseru, "ASTAGA! Aku lupa Fang!"
"Kenapa kau malah menepuk dahiku?! Cepatlah bersiap-siap! 1 jam lagi kita berangkat!" tutur Fang kesal.
Taufan mengangguk. "Boleh tidur 15 menit lagi?" tanyanya membuat Fang berteriak kesal.
"TAUFAN!"
18.30
Mereka telah sampai ditempat diadakannya meeting. Fang berjalan lebih dahulu dari Taufan karena tak bisa menahan malu akibat penampilan Taufan yang benar-benar... Urgh! Rasanya Fang ingin melemparkan bom atom kearah Taufan. Bayangkan saja, dia ini mau meeting atau piknik sih? Kaos polo berlengan panjang berwarna biru, jeans panjang berwarna navy dan sepatu olahraga merek Nike. Belum lagi kacamata bulat juga tompel kecil yang berada disudut bibir kanan atas Taufan. Sialnya, Taufan juga memakai softlens berwarna hijau daun.
Taufan benar-benar menjadi gila malam ini! batin Fang kesal.
"Excuse me, Miss. I'm Fang Lee, secretary of WindAir Company and Groups. And he is Taufan B. President of WindAir Company and Groups. Can you tell me where Mr. Boboiboy now?" tanya Fang pada resepsionis.
Resepsionis wanita itu tersenyum hangat lalu menjawab, "Of course, Mr. Lee. Mr. Boboiboy is waiting for you both in meeting room at 35th floor," jawabnya sopan.
Resepsionis itu kemudian mengantar mereka menuju ruangan meeting yang berada dilantai 35. Tak lama mereka pun sampai didepan ruang tempat akan dilaksanakannya meeting itu. Resepsionis itu pun pamit kembali kelantai dasar. Taufan menghela napasnya pelan. Kenapa tiba-tiba ia menjadi gugup? Apa yang terjadi dengannya? Ini seperti bukan dirinya saja.
Tok... Tok...
"Masuk!" Terdengar suara jawaban dari dalam. Fang pun membuka pintu dan mulai memasuki ruangan itu diikuti Taufan.
"Hello Mr. Boboiboy. I'm Fang Lee, and he is Taufan B, President of WindAir Company and Groups." Fang mulai memperkenalkan diri. Taufan yang awalnya menunduk langsung mengangkat kepalanya dan terkejut melihat 2 orang dengan wajah seperti dirinya.
"Senang bertem-.." omongan Fang terhenti ketika kedua pria itu berbalik. Ia terkejut. Sangat terkejut. Begitupun dengan kedua pria itu. Kedua pria dengan wajah kembar itu saling berpandangan lalu menatap Taufan. Taufan menelan salivanya susah.
Ada apa ini? Kenapa wajah mereka bisa sama seperti dirinya? Mungkinkah... Tidak! Taufan menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pemikiran yang baru saja melintas diotak jeniusnya itu. Kedua pria itu masih terus memandang Taufan dan Fang dengan wajah terkejut. Namun mereka segera menetralkan ekspresi mereka.
"Ehem, i'm Halilintar Boboiboy. President of Boboiboy Groups. And he is my brother and my secretary, Gempa Boboiboy. Nice to meet you, Mr. B, Mr. Lee," ucap pria bernama Halilintar itu dengan nada dingin. Pria bernama Gempa yang disebelahnya tersenyum hangat.
"Mari kita mulai meeting ini, Mr. B, Mr. Lee."
Dan sekarang, ingin sekali Taufan lari dari tempat ini.
^^^^^
"Senang bekerja sama dengan anda Mr. B, Mr. Lee," ucap Halilintar lalu menjabat tangan Fang dan Taufan. Taufan membeku ketika telapak tangannya bersentuhan dengan telapak tangan milik Halilintar dan Gempa. Halilintar yang memandangnya datar, dan Gempa yang tersenyum ramah padanya juga Fang.
Taufan tersenyum tipis. "Mr. B, saya sedikit penasaran dengan anda sebenarnya," ucap Gempa membuat jantung Taufan berdetak kencang. Ada apa dengannya?
"Uhm. Anda penasaran karena... apa?" tanya Taufan sedikit kaku.
Gempa tergelak pelan, sementara Halilintar mendengus. "Hahaha. Tidak usah kaku seperti itu. Uhm. Wajah anda sangatlah mirip dengan kami, boleh kami tau marga keluarga anda?" tanya Gempa sopan. Taufan dan Fang terhenyak. Fang diam memandang mereka bertiga. Fang memandang mereka remeh, bagaimana mau memberitahu tentang marganya. Taufan saja tidak ingat siapa dirinya terkena amnesia 7 tahun yang lalu.
Fang memperhatikan wajah Gempa yang masih tersenyum hangat, namun ia tau dari pancaran mata emas Gempa, terdapat sedikit harapan bahwa Taufan adalah saudaranya.
Halilintar memang diam, tapi dalam hatinya ia berharap bahwa Taufan itu...
"Blourd. Marga saya Blourd, dan maaf saya bukan kembaran anda."
Halilintar seketika membulatkan matanya.
"Blourd?!" pekiknya membuat Fang dan Taufan heran. Taufan berbohong tentang nama marganya. Dan entah mengapa itu membuatnya... kosong.
"Ada apa?" tanya Fang heran. Ia berpura-pura heran. Ia tau, Taufan pasti asal-asalan memberitahu. Halilintar menetralkan wajah terkejutnya menjadi datar kembali.
"Maaf," ucapnya.
"Baiklah, Mr. Boboiboy, sebaiknya kami pulang sekarang, malam semakin larut dan kami tidak terlalu tau jalan Kuala Lumpur," ujar Fang.
Gempa mengangguk.
"Kalian pulang menaiki apa?" tanya Halilintar datar. Taufan dan Fang berpandangan lalu memandang Halilintar bingung.
"Taksi mungkin, kami tadinya menyuruh supir kami pulang terlebih dahulu," jawab Taufan lalu tersenyum tipis.
Halilintar berjalan menuju sebuah meja kecil yang diatasnya terdapat sebuah kunci mobil dan mengambilnya lalu memlemparkan kunci itu ke Gempa, yang beruntungnya berhasil ditangkap oleh Gempa.
"Biar kami antar." Ucapan singkat Halilintar itu membuat Fang dan Taufan mengangguk tanpa sadar.
^^^^^^
Keadaan hening. Gempa yang sedang menyetir mobil BMW mewah berwarna hitam ini nampak fokus melihat jalanan yang sedikit macet akibat hujan. Keadaan didalam mobil sedikit hening. Hanya terdengar suara Fang yang sedang mengobrol dengan Halilintar tentang bisnis mereka. Ini yang CEO-nya Fang atau Taufan sih? Taufan sendiri sekarang sedang memperhatikan ramainya jalanan Kuala Lumpur melalui jendela mobilnya ia buka. Sesekali ia melambaikan tangannya pada wanita-wanita yang melihat Taufan dari pinggir jalan.
"Wahh! Kuala Lumpur kalau malam ramai sekali ya. Seperti melihat kota London saja, namun sedikit berbeda," celetuk Taufan ceria. Gempa tersenyum tipis. Fang dan Halilintar yang sedang berbincang tersenyum tipis mendengar perkataan Taufan.
"Tentu saja. Kuala Lumpur mungkin memang berbeda dengan London, tapi Kuala Lumpur juga mempunyai destinasi wisata yang menarik," ucap Gempa. Taufan menatap Gempa.
"Wah! Benarkah?! Bisakah kau memberitahuku Gempa? Aku ingin sekali berjalan-jalan di negara ini!" ujarnya penuh semangat.
"Hahaha. Kau semangat sekali Kak Taufan. Ups!"
Hening.
Taufan mengerjapkan matanya mendengar panggilan Gempa padanya. Hatinya terasa,nyaman dan hangat. Oh Tuhan, bagaimana jika Gempa dan Halilintar benar-benar keluarganya? Ia harus cari tau tentang keluarga Boboiboy nanti. Semoga saja Fang mau membantunya. Kalau nggak mau, Fang akan Taufan paksa untuk membantunya, dengan bantuan Stanley juga tentunya.
"Wahhhh! Boleh boleh! Kau panggil aku Kakak yaaa! Aku ingin sekali dipanggil seperti itu!" Taufan mengangguk antusias mendengar panggilan dari Gempa. Fang hanya diam. Sepertinya ia tau rencana Taufan nantinya. Dan lihatlah, Gempa kini tersenyum manis lalu mengangguk.
Entah mengapa Halilintar merasa hatinya menghangat. Ia perlahan menarik kedua sudut bibirnya. Tipis. Bahkan Fang yang disebelahnya pun tak menyadarinya.
"Jangan terlalu hyper Taufan."
"Kau iri ya Pang karena kau tidak se-hyperative aku??" goda Taufan.
Fang hanya mendengus sebal. Gempa tertawa kecil, ia lalu menatap Taufan yang tersenyum jahil lalu kembali fokus mengemudi.
"Apa kau masih disini besok Kak?" tanya Gempa.
Taufan nampak berpikir sejenak, ia ingin berada disini. Tapi, bagaimana pekerjaannya di London? Ah, ingin rasanya ia beristirahat sejenak dari kepenatan pekerjaannya. Tapi, tanggung jawabnya diLondon sangat besar. Aha! Ia punya ide.
"Tentu! Aku seminggu disini bersama Fang, sahabatku Stanley juga akan kesini nantinya," ujar Taufan.
Fang menatap tak percaya. Sepertinya Taufan benar-benar ingin lempar dari dalam mobil ini. Seminggu?! Ayolah! Mereka masih memiliki pekerjaan diLondon! Pria itu benar-benar gila! Sampai dihotel nanti ia harus sedikit memberinya pelajaran. Lihat saja nanti, Fan. Kubuat kau jadi gorengan hangus! dengus Fang.
____________________________________
Chapter 2 up! Indah mau tanya dong. Menurut kalian cerita ini kayak mana? Bagus atau nggak? Bukan apa-apa sih sebenarnya, cuman penasaran aja😆.
Okay! Vote dan komen yaa❤