Protect

By theblackrosee

7.7M 742K 95.7K

[Selesai] [Tolong jangan plagiat] "Kenapa lo terus-terusan nyusahin sih?" Perempuan berponi dengan rambut di... More

Prolog
Bab 1 - Ajakan
Bab 2 - Bujukan
Bab 3 - Stole
Bab 4 - No!
Bab 5 - Nekat
Bab 6 - Baper
Bab 7 - Kekesalan Anta
Bab 8 - Talk
Bab 9 - Senyum dong!
Bab 10 - Conversation
Bab 11 - Takut
Bab 12 - I know, but...
Bab 13 - Jangan Ganggu!
Bab 14 - Topik Itu Lagi
Bab 15 - Pulang!
Bab 16 - Retak
Bab 17 - Getar
Bab 18 - Marah
Bab 19 - Khawatir?
Bab 20 - Bingung
Bab 21 - Benci
Bab 22 - Antartika
Bab 23 - Rei
Bab 24 - Degub
Bab 25 - Gelisah
Bab 26 - Rei dan Anta
Bab 27 - Trying but,-
Bab 28 - Peduli (?)
Bab 29 - Usaha
Bab 30 - Malu?
Bab 31 - Space
Bab 32 - Cemburu?
Bab 33 - The Thing He Never Said
Bab 34 - Cemas
Bab 35 - I'm Telling You
Bab 36 - No, Please! Don't Do it!
Bab 37 - Resah
Bab 38 - Pukulan
Bab 39 - One Question
Bab 40 - Mungkin
Bab 41 - Accept it
Bab 42 - Menahan
Bab 43 - Pilihan
Bab 44 - Memohon

Bab 45 - I'm Done

164K 16.8K 5.7K
By theblackrosee

Aurora tahu, harusnya ia tidur nyenyak pada jam 3 pagi. Namun matanya tidak bisa di ajak berkompromi sama sekali. Perempuan itu menyerah dan akhirnya memilih untuk keluar dari rumahnya untuk mencari ketenangan.

Perempuan itu berhenti tepat di sebuah rumah besar berwarna putih dengan pagar hitam. Ada seekor anjing berwarna hitam yang menggaruk kepalanya, matanya hanya terbuka setengah. Aurora menghela napas, duduk di depan pagar rumah yang menjadi penghalang antara dirinya dengan anjing tersebut.

Aurora mengeluarkan dua bungkus roti dari hoodienya. "Njing, tidur?" tanyanya sambil membuka roti tersebut.

Mata anjing berwarna hitam itu kembali terbuka, seperti hapal wajah gadis di depannya yang selalu menjulurkan lidahnya ketika melihat dirinya. Jadi, ia kembali menutup matanya.

"Woi, Njing. Ih kok tidur?" tanya kesal sambil melempar secuil roti itu ke depan anjing tersebut.

Hal kecil itu malah membuatnya terkekeh, perempuan itu memeluk kakinya dengan tangan kiri. Sebelahnya lagi ia gunakan untuk memegang roti.

Aurora tahu, ini adalah hari terakhir Antariksa di Indonesia.

Perempuan itu mengunyah lambat-lambat roti coklat yang ada di mulutnya. Ada satu fakta yang baru terpikirkan olehnya hari ini.

Orang yang datang akan selalu pergi.

Aurora sadar, ia harus belajar untuk sendiri. Belajar bagaimana mempersiapkan diri ketika orang yang ada di dekatmu akan pergi. Namun ia sama sekali belum sempat mempersiapkan diri.

Aurora tahu dirinya bukanlah suatu hal yang pantas untuk dijadikan sebuah prioritas. Ia sadar.

"Hari ini, Anta bakalan pergi." Katanya sambil membuka bungkusan roti yang baru. "Tahu gak Anta? Yang sering boncengin Rora itu lho."

"Njing dengerin, ih malah tidur. Sama-sama songong nih kayak Anta!" ocehnya kesal dengan mata berair.

Dinginnya malam ini tidak mengalahkan dinginnya tangannya saat ini ketika menyebutkan nama Anta.

"Antariksa perginya sama Medusa!" Kata gadis itu sambil mengusap air matanya. "Cewek sok baik yang pergi waktu Anta cacat. Dia itu gatel banget sama Antanya Rora, ih jijik banget." cercanya penuh emosi.

Ia tahu Antariksa akan kembali lagi. Namun ia takut bahwa ada perubahan diantara mereka. Ia takut ia tidak akan bisa lagi mengusili laki-laki itu karena ia sudah menjadi milik orang lain.

Aurora membagi dua roti yang sedari tadi ia pandangi. Memberinya pada anjing itu, matanya terbuka dan hanya mengendus bau roti tersebut.

"Gayanya songong bener!" Aurora melotot ketika anjing itu membuang wajahnya, seolah tidak sudi memakan roti buatan Aurora.

Perempuan itu menghela napas, ia tidak berhasil menghibur dirinya saat ini. Ia hanya ingin Antariksa keluar dari kepalanya.

Selama beberapa detik, Aurora beberapa kali menghela napas. Harusnya ia sudah terbiasa ditinggalkan, kenapa harus merasa sesakit ini? Ia menempelkan dahinya ke lutut karena merasa matanya memanas.

Aurora berdiri, memasukkan bungkusan roti itu ke dalam kantung hoodienya. Menatap anjing yang sudah tidur tersebut.

"Pst, anjingnya Pak Tatung yang songong, Rora pulang." Katanya pelan.

Ia membalikkan badannya dan terhuyung ke belakang. Punggungnya bersandar pada pagar besi hitam itu sambil mengatur napasnya ketika laki-laki berbadan tinggi itu berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke dalam kantungnya.

Wajahnya datar. Begitu datar dan matanya sedikit menyipit.

"Ngapain?" Tanya Aurora sengit. Menaikkan kembali harga dirinya yang sudah memohon pada sosok di depannya untuk tinggal padanya.

"Berdiri."

"Dari kapan?" tanya Aurora panik.

Laki-laki itu terdiam sejenak.

"Sejak lo bilang, Medusa suka ganggu Antanya Rora."

***

"Nta! Nta! Dengerin gue," kata Azka dengan napas memburu. Kedua tangannya ia rentangkan untuk menghalangi jalan Antariksa yang begitu santai.

Laki-laki dengan jaket abu-abu dan kedua telinga di tutup earphone itu terdiam sejenak. Menatap sahabatnya itu dengan datar.

"Lo gila?!" Tanya Azka marah.

Azka begitu kalap ketika ia baru saja datang dan Antariksa memasuki satu koper besar ke dalam taksi. Ia bahkan di maki para pengguna jalan ketika kebut-kebutan mengejar taksi tersebut.

"Minggir lo." Katanya sambil berjalan ke arah samping, menarik koper tersebut.

"Nta! Pikir pake otak!"

"Gue bilang minggir," Laki-laki itu kembali berjalan namun Azka menghalanginya.

Ia sudah berbicara mengenai hal ini kepada Antariksa. Ia tidak tahu bahwa laki-laki itu benar-benar menerimanya di saat orang tuanya tidak mengizinkannya.

"Lo!"

"Apa sih?" tanya Antariksa kesal. "Telat gue."

"Telat apaan?! Telat PMS lo?!" Bentak Azka "Lo emang tai!"

"Ka, minggir dari hadapan gue!"

"Ngomong sekali lagi gue colok mata lo."

"Lo mau apa?"

"Lo udah izin sama orang tua lo? Gue tahu kalau mereka lagi di luar kota."

"Udah. Gue udah dapat izin. Jadi sekarang, bisa lo minggir dari hadapan gue?"

Mendengar itu, Azka menghela napas. Ia mengepalkan tangannya seraya menurunkan kedua tangannya.

"Terserah lo," kata laki-laki itu, menyerah. Ia mengikuti Antariksa yang menyeret kopernya. Berjalan di antara keramaian yang begitu padat.

***

Prom night kali ini begitu riuh dan penuh tawa. Begitu mengesankan karena tidak di adakan di aula sekolah mereka yang besar seperti tahun-tahun kemarin. Kali ini, sekolah Aurora mengadakannya di pantai.

Ada banyak lampu yang di pasang di prom terbuka kali ini. Begitu cantik untuk menerangi malam. Ada sebuah panggung yang lumayan besar untuk para murid yang mengisi acara menyanyi. Acara prom sudah resmi di buka 10 menit lalu dan semuanya sedang tertawa ketika mendengar para siswa yang menyanyi.

Baiklah, perlu Aurora berikan fakta jika saat ini dirinya bukanlah bagian dari keriuhan yang menyenangkan tersebut. Ia merasa kosong. Menerima fakta bahwa Antariksa sudah pergi bersama Ratih.

Perempuan itu berjalan menghindari keributan yang dibuat oleh teman-temannya itu. Ia hampir terjatuh ketika kakinya tidak menapaki lantai kayu. Aurora terlihat kesal, ia membuka high heels 7 cm itu dan menentengnya.

Ia harus belajar untuk sendiri. Tidak ada lagi Antariksa yang akan memanjakannya walau berbarengan dengan segala penghinaannya.

"Kenapa sih harus pergi?" katanya lagi, marah pada fakta yang ada.

Aurora berjalan lumayan jauh, lalu duduk di sebuah batu besar sambil menghela napas. Ia menatap gaunnya yang begitu indah. Berwarna biru dongker yang jatuh sampai ke lutut.

Ia menikmati sesak di dadanya, menikmati setiap luka untuk kesekian kalinya. Aurora menyelipkan rambutnya yang tergerai itu ke belakang telinganya. Ia merogoh earphone dari dompetnya dan melihat ke arah handphonenya. Ia menggigit bibir bawahnya, ia kembali memasukkan handphonenya ke dalam dompet.

"Ra,"

Bahkan suaranya masih terdengar pelan di otaknya. Lihat bagaimana dampak kehilangan Antariksa dari hidupnya.

"Ra,"

Baiklah, mari sudahi semua ini.

"Lo marah sama gue?"

Sepersekian detik, tangan gadis itu bergetar, lalu menatap laki-laki dengan jas biru dongker itu membawa sebuah buket berisi coklat, bunga dan boneka kecil. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum yang membuat mata Aurora mengabur.

Bukannya laki-laki itu harusnya-

Tidak ia tidak peduli bagaimana. Tidak peduli apa alasannya. Tidak peduli lagi ketika ia hampir terjatuh turun dari baru besar tersebut.

Laki-laki itu tertawa, membantu Aurora turun lalu berjinjit memeluknya begitu erat. Sampai akhirnya suaranya berubah menjadi isak tangis yang begitu pilu.

"Gue belum pergi, tapi lo udah nangis."

Tidak ada jawaban, hanya suara tangis itu. Kedua tangan Aurora memeluknya semakin erat.

"Bukannya Anta tadi pergi?" tanyanya begitu keras di sela-sela tangisnya.

Antariksa masih diam, tersenyum kecil dan mengacak rambut Auroranya. Roranya Anta.

***

Azka begitu bodoh.

Tidak perlu di jelaskan lagi betapa kesal Azka ketika melihat Antariksa malah mengantar koper itu kepada salah satu temannya yang mendapatkan beasiswa. Temannya itu ada urusan sebentar dengan temannya dan menitipkan kopernya pada Antariksa. Namun karena kemacetan, ia meminta Antariksa untuk mengantar koper itu ke bandara.

Antariksa mengacak pelan rambut gadis itu, menyodorkan buket itu pada Aurora.

"Ngapain nangis lo?" tanya Antariksa masih menunggu gadis itu menerima buket itu.

Aurora mengelap air matanya. Akhir-akhir ini dirinya sering sekali menangis.

"Kaget." Katanya lalu mengusap air matanya dengan kasar. "Kok bisa disini?" tanyanya sambil sesegukan.

"Kenapa emang?" tanya Antariksa.

"Bukannya lagi sama Ratih?" Tanyanya balik masih belum mau mengambil buket tersebut.

Antariksa menurunkan tangannya, "Tadi dia peluk gue sambil nangis asal lo tahu," laki-laki itu tersenyum miring.

Aurora menatapnya lagi.

"Gue tahu itu keputusan bodoh untuk nolak beasiswa itu, tapi disini orang tua gue gak ngasih izin gue untuk pergi karena gue anak satu-satunya. Dan gue sadar gue harus jagain mereka."

Antariksa menyelipkan rambut Aurora kebelakang telinga.

"Mereka alasan mutlak gue ninggalin itu semua. Dan lo alasan kedua. Gue juga pengen jaga lo."

Dan entah kenapa, semua sesak itu tiba-tiba saja menghilang dari hati Aurora.

"Lo bukannya juga gak suka Antanya lo dekat-dekat sama Medusa?" Antariksa terkekeh, begitu manis.

Kenapa laki-laki di depannya begitu tampan dengan jas berwarna biru gelap yang senada dengan miliknya?

"Bukan gitu," kata Aurora sambil menatap kakinya yang berpijakan dengan pasir.

"Terus?" Antariksa terkekeh, meletakkan tangannya di pinggang Aurora, menarik perempuan itu untuk mendekat.

Aurora hanya menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa karena Antariksa juga sudah mendengar semua percakapannya dengan anjing Pak Tatung tadi pagi.

"Lo tahu, antartika gelap tanpa aurora. Boleh gue jadi antartika yang ketika gelap dapat sinar dari lo?"

Pertanyaan yang begitu mudah di jawab Aurora tanpa harus berpikir. Ia mengambil buket yang Antariksa ulurkan padanya dan mengangguk antusias.

"Ayo balik ke pesta kita. Gue pengen ngajak lo dansa."

Antariksa menggunakan kedua tangannya yang kosong untuk ia letakkan di pinggang gadis itu. Membuat perempuan di depannya itu gugup.

"Anta, Rora gak bisa dansa."

Antariksa terkekeh, mengambil high heels ditangan kanan Aurora dan berjongkok memasangkannya. Setelah selesai ia menatap Aurora, mengacak rambut gadis itu.

"Untuk hal yang mungkin gak bisa lo lakuin, gue siap untuk ngajarin lo bagaimana caranya melakukannya. Ayo dansa, Ra."

*** SELESAI***

I'M SERIOUSLY NERVOUS FOR THIS!

GUE PUNYA BEBERAPA PERTANYAAN BUAT KALIAN.

Kesan kalian baca cerita Protect?

Bagian cerita Protect yang kalian sukai bagian yang mana mana?

Kenapa suka cerita protect?

Kalau Protect di novelin, apa harapan kalian untuk novel Protect?

JANGAN LUPA DI JAWAB YA!

*JANGAN LUPA NABUNG UNTUK NOVEL PROTECT YAW 🐍

KARENA DI NOVEL BAKALAN LEBIH SERU LAGI 🐍🐍🐍😎

-ROSE

Continue Reading

You'll Also Like

121K 5.7K 68
Judul sebelumnya : Your Boy (Spin Off Mikaela) (COMPLETE) Nantes yang menjalani kehidupannya bersama sang papi kesayangan, Edgar diharuskan menerima...
1.2M 49.3K 32
GANTI JUDUL. CEWE BARBAR => LOLA Sequel of (S)He Is Crazy #2 Cover by : @Lita-aya SELURUH CERITA MASIH UTUH. TAPI PRIVATE ACAK. FOLLOW UNTUK MEMBA...
94.3K 15.4K 64
"Apa kamu tau? Kenapa judul Angga&Anggie tidak menggunakan spasi?" "Nggak tau. Kenapa?" "Karena, aku gak mau cinta kita terisi nama orang lain di spa...
1.9K 219 5
⚠️ (Plagiator dilarang membuka !!!) Note : Cerita mengandung bawang, silahkan siapin tissue. ●●● Gadis lugu dengan kelopak mata sayu itu menatap send...